Noha berjalan menghampiri seorang pria yang tengah duduk menikmati cahaya bulan yang memantul di genangan air danau. Ia duduk bersebelahan dengan pria itu.
"Gue ga sengaja liat lo jadi gue berenti," ujar Noha membuka suara.
Aravaska menarik nafas dalam dan menoleh ke arah Noha.
"Setiap ngeliat lo gue selalu keinget seseorang tapi gue ga tau itu siapa," Suara Aravaska terdengar serak.
"Bisa kita ngomong santai?" tanya Noha, lalu di balas anggukan dari sang pria.
"Gue dulu punya temen cowok, dia itu cemen, cupu lagi," Noha sedikit terkekeh jika membayangkanya. "Dia dulu pernah dibully sama temen seangkatanya terus gue tolongin deh, sejak dari situ gue deket sama dia,"
"Terus dimana sekarang temen lo?" tanya Aravaska penasaran.
Noha memandang Aravaska dengan lekat. "Dia ada di hadapan gue sekarang,"
"Apa?" Noha terkejut dengan perkataanya barusan.
"Ahaha, itu, anu, eumm gue harus pulang udah malem soalnya,"
Noha bediri dan berjalan menjauh sedikit, belum jauh dari posisi semula ia dihadang seorang pria dengan pistol di tangan kananya yang menodong ke arah nya.
Liam dengan wajah datarnya masih menodongkan pistolnya, namun kali ini berbeda arah, ia menodongkan pistol ke arah Aravaska yang berdiri tegap di belakang Noha.
"Jangan main senjata di depan cewek!"
Aravaska berjalan maju dan mendorong pelan Noha ke belakanganya.
"Gue mau semua ini cepet kelar dengan di kuburnya jasad lo vaska,"
Aravaska berjalan mendekati Liam dan menatapnya marah.
"Jangan pernah lo usik orang terdekat gue! kalo gue yang lo incer tembak gue sekarang!" sentak Aravaska tanpa rasa takut.
"Va lo apa-apaan sih?"
"Noha sorry tolong jaga mereka buat gue,"
"Engga anjing!! lo ga matii," Noha menatap Liam heran.
"Turunin pistol lo SEKARANG!!" Teriak Noha di barengi dengan suara tembakan pistol yang mengarah ke langit.
"Lo ga usah ikut campur Noha," Liam memasukan kembali pistolnya ke dalam saku jaket.
"Gue berhak ikut campur! tujuan gue itu dia, kalo sampe dia kenapa-kenapa tujuan gue dateng ke sini sia-sia paham lo!"
"Maksud lo?"
Lagi-lagi Noha keceplosan di hadapan Aravaska.
"Jujur ke gua sebenennya lo siapa?" tanya Aravaska.
Noha yang kebingungan harus menjawab apa, hanya bisa berkata terbata-bata. Tiba-tiba liam mendekat dan berbisik kepada Aravaska.
Noha yang khawatir langsung menjauhkan Liam dari Aravaska. Ia tidak tahu apa yang dikatakan Liam kepada Aravaska sehingga membuat Aravaska meraung kesakitan dengan hebat.
"ARGGGGGGHHHHH," Aravaska berlutut dengan tangan yang menjambak rambutnya kuat.
Di saat Noha sibuk dengan Aravaska tanpa ia sadari Liam sudah hilang entah kemana.
Tanpa pikir panjang Noha menelpon ambulans, karena tidak mungkin ia bisa membawa Aravaska menggunakan motor sportnya sendirian.
•••
Malam yang panjang bagi Aravaska, saat bangun ia terkejut saat melihat ia berada di mana dan siapa yang berada di sampingnya.
"Ah!shhhhttt," Aravaska memegang kepalanya yang terasa sakit.
"Lo udah bangun Va?" Daffa membawakan sarapan untuk sepupunya itu.
Aravaska tidak menghiraukan Daffa melainkan ia sibuk mencari kesekitar.
"Nyari apaan lo?"
"Noha dimana?"
"Heh bro, dia itu cewek ya pasti udah pulang lah, ngapain dia nungguin lo di rumah sakit semaleman?"
"Kok lo bisa disini?"
"Semalem Noha nelpon gue, katanya lo di rumah sakit, sebagai sepupu yang baik gue harus jagain lo dong,"
Aravaska mencoba mengingat kembali kejadian semalam dan apa yang di bisikan oleh Liam.Ia bangkit dari brankar rumah sakit yang membuat Daffa khawatir.
"Mau kemana lo?"
"Gue mau pulang,"
"Sabar tante Lisa sama bokap gue lagi di jalan buat jemput lo,"
Daffa perlahan memapah Aravaska kembali berbaring di brankarnya untuk beristirahat.
•••
Dengan segala alasan Aravaska membujuk mama nya agar hari ini ia bisa masuk sekolah dengan keadaan yang bisa dibilang kurang sehat.
"Va, lo tumben amat pengen banget masuk sekolah? biasanya lo pura-pura sakit demi bolos," Sindir Daffa.
Mereka berdua berjalan menyusuri lorong sekolah yang terlihat cuku sepi karena beberapa menit yang lalu bel sekolah sudah berbunyi.
"Assalamualaikum," Sapa Daffa.
Untung saja Pak Muhktar belum masuk ke kelas sebelum mereka. Keduanya duduk di bangku masing-masing.
"Kok tumben lo berdua telat?" Tanya Bian dari bangku belakang.
"Gue tadi bantu nyebaringin semut yang ada di lampu merah," jawab Daffa.
"Wah bisa ngelawak juga lo Fa?" Sahut Dilan yang duduk di samping Bian.
"Manusia mah gitu kalo udah stress banget pikiranya pasti pingin ketawa makanya banyak kasus orang gila itu kebanyakan ketawa karena mereka ga bisa memuat penderitaan hidup,"
"Ngomong apaan sih lo Bi?"
Selang beberapa menit Pak Muhktar memasuki kelas dengan buku tebalnya dan senyum manisnya.
"Selamat pagi, hari ini kita ulangan harian,"
"Yaallah demi langit dan bumi kenapa bapak Muhktar ga pernah tutup usia," teriak Biann membuat suasana kelas seketika hening.
"Apa kamu bilang Bian?" Pak Muhktar berjalan mendekati Bian.
"Tutup pintu maksudnya pak biar ulanganya ga ke ganggu,"
Selamat Bian hari ini mereka semua mengerjakan ulangan matematika dengan penuh tekanan.
To be Continued.......
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYTHREADPLAN [REVISI]
Teen FictionSemua ini tentang dendam,ambisi, dan keserakahan. ⚠️⚠️WARNING⚠️⚠️ Beberapa part banyak mengandung unsur kekerasan, mohon untuk para pembaca agar bijak menanggapinya.