Aravaska duduk di kursi markas dengan kaki yang menyilang di atas meja, sambil sibuk menghisap rokoknya. Sedari pagi ia sudah berada di dalam markas seorang diri, sebab membolos hari itu adalah perilaku yang benar menurutnya. Mengapa demikian? Sebenarnya semalam ia mendapatkan pesan dari nomor yang tidak terdaftar, dan mengancamnya bahwa orang tersebut akan menaklukan kekuasaannya. Siap siaga sebelum perang adalah kebiasaanya, tanpa memberitahukan rencananya kepada siapapun.
Benar saja dugaannya, selang beberapa menit ia berpikir. Enam orang anak buahnya masuk kedalam markas dengan lengan yang saling membahu satu sama lain disertai banyaknya luka di wajah dan bagian tubuh lainnya.
"Anjing! Ternyata kemampuan gue belum seberapa untuk ngelawan mereka," umpat salah satu anggota tanpa menyadari keberadaan Aravaska di sana.
"Siapa yang buat lo semua kaya gini?" Mendengar suara serak khas Aravaska, membuat perhatian enam orang tersebut teralihkan kepada seorang pria dengan seragam sekolah yang menatap dingin ke arah mereka. Dengan sigap, semuanya langsung berdiri dengan tegap menahan rasa sakit dan nyeri di sekujur tubuh masing-masing.
"Ga usah sok kuat di hadapan gue!" Sentak Aravaska.
"Ma-maaf bos." Ujar Arjuna. Cowok yang paling banyak menerima luka di wajah serta tubuh itu mengangkat pelan kepalanya.
"Lo ini bawahan langsung Daffa kan? Kenapa lo bisa kaya gini? Orang mana yang bisa bikin malu lo di hadapan gue kaya gini."
Dengan berani Arjuna menatap langsung mata dingin Aravaska. "Joga."
Singkat, padat, namun berbahaya. Itulah yang langsung terlintas di benak Aravaska, wajar saja jika anak buahnya itu kalah. Bahkan ia saja harus menyatukan kedua geng untuk menjebloskan Joga kedalam penjara, dan tak sampai disitu mereka juga terpaksa mengorbankan dua orang untuk ikut ke dalam penjara bersama Joga dan Liam. Aravaska lalu bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Arjuna yang terlihat semakin melemah. Ia berdiri menatap Arjuna yang sedikit lebih pendek darinya.
"Istirahat dulu, malu lo bisa di bayar setelah lo sembuh dan bisa ikut bertarung ngelawan orang yang bikin lo kaya gini."
Cowok itu lalu berjalan hendak pergi meninggalkan mereka semua yang menatapnya penuh kagum.
"Bos," panggil Arjuna tiba-tiba.
Langkah kaki Aravaska terhenti sejenak dan sedikit memutar badanya menghadap Arjuna. Ia menatap dingin Arjuna yang sepertinya ingin menyampaikan sesuatu.
Dengan ragu Arjuna menatap langsung netra hitam Aravaska. Ia menarik nafas panjang berulang. "Bos, kenapa masalah ini makin besar?"
Belum sempat memahami pertanyaan Arjuna, cowok itu kembali mengungkapkan isi pikiranya.
"Padahal awal dari semua ini cuma Lordeagle dan Joga. Kenapa LionsKing juga ikut kacau."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYTHREADPLAN [REVISI]
Teen FictionSemua ini tentang dendam,ambisi, dan keserakahan. ⚠️⚠️WARNING⚠️⚠️ Beberapa part banyak mengandung unsur kekerasan, mohon untuk para pembaca agar bijak menanggapinya.