Jarum jam menunjukan pukul 8.00 pagi. Aravaska yang baru saja sampai di halaman rumah Noha, dengan rapih ia menuruni motornya dan berjalan menuju pintu rumah Noha.
Ia yang baru saja akan mengetuk pintu menghentikan niatnya saat pintu terbuka perlahan. Menampilkan sosok Noha yang menggunakan dress mocca di bawah lutut dan tak lupa dengan tas hitamnya yang tersampir di bahunya hingga ke pinggang. untung saja cewek ini pakai sepatu convers dan bukan menggunakan high heels.
"Apa lo? dateng-dateng bukanya salam. Malah mau mukul kepala orang," Sinis Noha
Cowok itu tak menghiraukan perkataan Noha. Ia justru menatap Noha dari bawah hingga ke ujung kepala. "Lo yakin mau pake baju kaya gini?"
Apaansih ni cowok bukanya di puji malah di ejek. Dengan kesal Noha memiringkan kepalanya. "Emangnya ada yang salah? lo yang pake kaos sama kemeja item aja ga gue permasalahin."
Aravaska terkekeh. "Bukan gitu, emang lo nyaman pake baju kaya gitu?"
Noha memalingkan pandanganya. "Nya-nyaman-nyaman aja kok." Aravaska hanya menghela nafas. Mereka berjalan menuju motor Aravaska yang terparkir tak jauh dari mereka. Cowok itu memberikan helm bulat kepada Noha.
Saat Aravaska sudah siap di atas motornya, Noha malah kesibukan dengan dressnya. Ia merasa risih duduk diatas motor sport dengan dress yang terbuka bila terkena angin. Aravaska sedikit tersenyum tipis, ia sedikit memutar badannya menatap gadis yang duduk di belakangnya.
"Gue tanya sekali lagi, lo nyaman pake baju itu? kalo risih mending lo ganti pake baju yang menurut lo nyaman. Mumpung masih di rumah lo," kata Aravaska dengan memelankan suaranya.
Noha mendengus kesal. "Gue bilang nggak!"
Aravaska hanya terkekeh sambil memutar kembali badanya ke kendali motor. Ia menyalakan mesin motornya dan berjalan dengan kecepatan sedang, membelah ramainya jalanan.
•••
Motor hitam Aravaska berhenti di depan taman bermain untuk anak-anak dan orang dewasa. Ia memarkirkan motornya di area parkiran yang sudah disediakan. Noha turun sambil membuka helmnya."Kita ngapain kesini?" tanya Noha.
Aravaska yang baru saja turun dari motor tidak menghiraukan pertanyaan Noha. Ia mendekatkan wajahnya, Noha yang merasa salting sekejap memejamkan matanya. Namun, ia merasa sebuah tangan sedang menyisir rambutnya ke belakang.
"Gausah geer, rambut lo acak-acakan."
Noha membuka matanya perlahan. Ia merasa sangat malu sekali, mengapa ia mudah sekali baper. Pipinya kini terlihat memerah. Ah gila malu bangett.
Cowok itu mempimpin jalan diikuti Noha yang berlari kecil menghampirinya . Ia menatap ke sekitar, mendapati banyak sekali orang yang sedang bermain permainan dan tertawa lepas.
"Mau kesana?" Aravaska menunjuk ke arah penjual eskrim yang berada tak jauh dari posisinya saat ini, eskrim itu terlihat tidak begitu ramai. Noha mengangguk sebagai jawaban.
Mereka berjalan santai menuju ke arah tukang eskrim. "Pak beli eskrimnya dua."
"Oh iya, mau rasa apa mas?" tanya penjual eskrim.
"Kalo saya rasa cokelat." Aravaska menoleh ke arah Noha yang ada di sebelahnya. "Lo mau rasa apa?"
"Hmm, vanilla ajadeh."
"Sama Van-"
"Yaampun mas ini gimana sih, masa rasa kesukaan pacarnya sendiri ga tau." Ujar penjual eskrim memotong perkataan Aravaska.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYTHREADPLAN [REVISI]
Teen FictionSemua ini tentang dendam,ambisi, dan keserakahan. ⚠️⚠️WARNING⚠️⚠️ Beberapa part banyak mengandung unsur kekerasan, mohon untuk para pembaca agar bijak menanggapinya.