22

619 69 13
                                    

Odelia duduk di atas kuda hitam milik salah satu prajurit. Sekarang sudah tiba gilirannya untuk seleksi, seperti apa yang dikatakan Sebastian sebelumnya padanya.
Ia masih tidak mengerti sebenarnya siapa orang yang bisa menyusup dan mulai mengganggu penghuni Erebus?
Kenapa ia akhir-akhir ini merasakan perasaan asing yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya?

Odelia menggosok leher belakangnya yang tiba-tiba terasa dingin yang menusuk hingga ke tulang.
Ia jatuh ke dalam lamunannya sendiri dan tidak menyadari jika tanda seleksi untuk kloternya dimulai sudah di bunyikan.
Odelia berjengit saat suara Sebastian tiba-tiba memanggilnya.

‘Odelia!’

Tersadar, Odelia segera mengendalikan kuda yang tengah ia tunggangi.
Pelatihan yang ia terima sebelumnya bisa dibilang sangat singkat namun ia berusaha percaya diri akan hal itu walaupun tidak terlalu yakin karena ia hanya pernah berkuda dengan kuda miliknya sendiri.

Kuda hitam itu mengikik dengan keras sebelum berlari dengan sangat kencang. Entah apa yang membuat kuda itu merasa sangat senang dan membuatnya berlari tanpa beban.

Odelia terkejut namun berhasil memegang tali kekang dengan waktu yang tepat sebelum ia terlempar jika tidak menyadari kuda itu akan berlari dengan kencang.

“Woah! Pelanlah sedikit!” Odelia berkata pada kuda itu dengan susah payah, tubuhnya terguncang dengan keras hingga ia bisa mendengar suara lonjakan tubuhnya sendiri di telinganya.

Sebastian di ruang tunggu melihat dengan tenang. Ia merasa kuda yang dinaiki Odelia sedikit aneh namun sejauh ini ia tidak akan melakukan apapun atau orang lain akan curiga saat mereka melihat pangeran mereka sudah repot datang dan menolong seseorang di arena turnamen.

Kuda itu melompati besi pembatas dengan langkah ringan dan lincah membuatnya melewati beberapa orang yang sudah terlebih dahulu memulai sebelum Odelia, mereka bahkan kewalahan untuk mengendalikan kuda-kuda yang mereka tunggangi. Sekilas tatapan mereka mengarah kepada kuda sekaligus Odelia yang melewati mereka dengan ekspresi heran.

Berhasil melewati rintangan pertama kini kuda itu kembali berlari dengan cepat ke dalam kolam lumpur yang sudah berwarna coklat pekat yang sebelumnya berwarna agak cerah, hal itu terjadi karena peserta sebelumnya sudah menggunakan kolam tersebut maka air kolam yang sudah terinjak-injak membuatnya semakin berwarna makin coklat.

Odelia sedikit mengeryit tidak nyaman melihat kolam tersebut.
Ia sebelumnya tidak pernah bermain dengan tanah atau bahkan lumpur, ekspresi jijik kentara sekali di wajahnya.

Sebastian menyeringai melihat wajah cantik Odelia yang berekspresi seperti itu. Tidak menyangka calon permaisurinya akan tidak sesuka itu dengan hal yang kotor.

SPLASS

Kaki kuda hitam itu menginjak air kolam di bawahnya dengan kuat menghasilkan cipratan ke segala arah.
Air itu bahkan mengenai rambut Odelia yang terikat, jangan lupakan setelan kulit Odelia pula yang berwarna ungu menawan.

Odelia melotot, “ARGGGGGGHHHH!” Teriaknya kesal.

Matthias melongo menatap Odelia yang kini sibuk mengibas-ngibaskan tangan kanannya untuk membersihkan noda lumpur di bajunya sementara tangan kiri masih memegang tali kekang dengan kuat supaya tidak terjatuh.
Sebastian di sebelahnya bahkan sudah tertawa sambil memukul-mukul kursi di depannya.

Penonton bersorak dengan riuh saat Odelia berteriak dengan suara melengking miliknya. Yakinlah, mereka seperti mendapat hiburan baru saat ini. Mengingat belum ada satu orang yole pun yang berteriak saat seleksi sebelumnya.

Odelia makin kesal.
Wajahnya memerah karena marah pada kuda di bawahnya. Ia tidak terpikirkan sebelumnya jika ia harus melewati kolam lumpur ini padahal jelas-jelas sudah melihatnya berulang-kali saat menunggu gilirannya di ruang tunggu. Ia ingin cepat mandi! Sialan!

EREBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang