Side Story

3.4K 436 21
                                    

"AYAAAAAAAH!"

JITAK

"AAA-MPHH!"

"Jangan berteriak-teriak disini, kau mau dimakan hewan penunggu hutan?" Obelix membekap mulut putra semata-wayangnya, tak lupa pelototan tajam yang kerap ia gunakan kepada si cantik berzoe merah itu.

"MMMMH! MHHHPH!" Odelia berusaha melakukan protes melalui mulutnya yang sebenarnya tidak terlalu berguna.

Injakan di kaki kanan kemudian Obelix dapatkan dari Odelia.
Benar-benar anak ini.
Obelix dengan enggan melepaskan bekapannya di mulut Odelia.

"Ayah kenapa selalu jahat padaku?" Odelia menunjuk-nunjuk ayahnya dengan semangat tak terkira setelah mundur beberapa langkah menghadap sang ayah.

Obelix bersidekap seraya menatap Odelia dengan malas.

"Itu karena kau tidak pernah mendengarkan apa yang ayah katakan." Obelix menyeringai.

Sedikit merasa terhibur saat melihat ekspresi Odelia yang terlihat sangat jengkel padanya, oh lihatlah pipi putra cantiknya yang berubah kemerahan ketika merasa kesal itu.

"Aku mau cari kayu bakar di sebelah sana saja, ayah jangan mengikutiku!" Odelia berlalu seraya bersungut-sungut, meninggalkan ayahnya yang kini mematung.

"Odelia!
Jangan terlalu jauh!" Obelix akhirnya menghela nafas, lebih memilih untuk mengalah.
Toh, Odelia tidak akan mungkin pergi jauh karena anak itu tidak tahu jalan kembali ke desa.

......

Beberapa menit berlalu Obelix belum juga melihat Odelia kembali dari mencari kayu bakar.
Lama-lama ia merasa khawatir juga, namun baru berniat untuk pergi mencari putranya, Odelia sudah terlebih dahulu berlari menghampirinya dengan kecepatan kilat kemudian segera bersembunyi di balik punggungnya.

"Ada apa denganmu?" Obelix mengerutkan alisnya bingung setelah menoleh kepada Odelia.

"Ada setan hijau! Ayah, usir dia!" Odelia menunjuk seseorang yang tengah berjalan menghampiri mereka.

Obelix mengalihkan pandangannya menuju 'setan' yang Odelia maksud.

"Hai, ayah." Ucap laki-laki itu dengan senyum khas miliknya.

Dahi Obelix berkedut kesal.
"Siapa yang kau panggil ayah?!" Obelix bertanya mengintimidasi.

"Anda tentu saja." Sebastian masih tersenyum kalem.

"Dia ayahku!" Odelia melongokkan kepalanya seraya memberikan tatapan mengejek kepada Sebastian.

"Sebentar lagi." Sebastian masih tersenyum.

"Jangan mendekat!" Obelix memberikan tatapan tajam pada Sebastian, ia membuat perisai berbentuk lingkaran dari api yang mengelilinginya dan Odelia.

Sebastian terkejut, hampir saja ia terkena percikan api merah pekat yang dikeluarkan Obelix.

"Ayo pulang, ayah!
Aku tidak mau diculik setan hijau itu!" Odelia memegangi lengan ayahnya dengan kuat.

"Ide bagus.
Aku juga tidak mau berurusan dengan bocah kerdil ini." Obelix mengangguk setuju.

Sebastian tersedak dalam hati, kerdil? Perasaan ia sudah rajin minum susu dan tubuhnya juga tidak pendek? Tapi calon ayah mertuanya mengatainya kerdil?
Oh, Obelix yang agung.

"Tunggu!" Sebastian merentangkan tangannya, mencegah kedua orang berzoe merah itu yang hendak kabur.

"Ayah, aku hanya ingin menyapa Odelia." Pangeran Erebus itu menampakan wajah memelas yang diturunkan ibunya.

Sedikit membuat Obelix merasa iba, ingat hanya sedikit.
Sedikitnya itu 1% dari 100% dan kalian tidak perlu membayangkannya.

"Tsk."

"Bohong! Dia bohong ayah!
Tadi dia mencoba menciumku!" Odelia menunjuk Sebastian tidak terima, enak saja hanya menyapa. Setan hijau itu tadi benar-benar berniat melakukan pelecehan kepada bibirnya.

"APA KAU BILANG?!"

KOAAAAK

Obelix mengeluarkan api dari tangannya kemudian melemparkannya kepada Sebastian yang membelalak tidak siap menerima serangan darinya.

DUAARRR

Ledakan yang terjadi tiba-tiba itu membuat Obelix mengerutkan keningnya, sial.
Rupanya ada yang menangkis serangannya dan benar saja, api miliknya terhisap ke arah atas.
Dan itu angin bukan?
Oh, demi Dewa.
Kenapa rambut jabrik itu muncul disini?

Ehem.
Perlu author beritahukan, rambut Raja Erebus itu tidak jabrik dan cuma Obelix seorang yang mengatai Zephyr seperti itu.
Entah apa alasannya.

"Kenapa kau datang kemari?
Tidak lihat aku sedang sibuk?" Mood Obelix jatuh ke tanah.

Zephyr tersenyum kalem.
"Aku hanya mencoba melindungi putraku karena kulihat kau berulang-kali mencoba menyerangnya."

"Aku tidak peduli yang jelas kalian berdua sudah mengganguku dan Odelia mencari kayu bakar.
Odelia ayo pergi!" Obelix mengibaskan jubah berwarna merah miliknya dengan angkuh kemudian berjalan menuju kudanya yang masih setia menunggu di bawah pohon diikuti Odelia yang kali ini benar-benar menempel dan menurut padanya.
Mungkin anak itu takut Sebastian akan langsung menyerangnya jika tidak dekat dengan sang ayah.

Zephyr menggeleng maklum.
Raja Erebus itu kemudian menatap putranya.

"Kau mencoba menggangu Odelia bukan, pangeran?" Zephyr bertanya.

"Aku hanya menyapanya." Sebastian membela diri.

"Kudengar kau bisa melakukan telepati, kenapa tidak menggunakan itu saja?"

"Beberapa hari ini aku tidak bisa konsentrasi."

"Merindukan Odelia?
Itu yang membuatmu tidak bisa konsentrasi?"

Sebastian menatap ayahnya kemudian menyeringai, ayahnya memang paling mengerti dirinya.

Zephyr menepuk bahu tegap Sebastian.
"Ayo kembali, ibumu mencarimu." Setelah berkata seperti itu Zephyr menghilang begitu saja dari tempatnya.

Sekali-lagi Sebastian tersenyum menatap punggung Odelia yang bergerak menjauh bersama kuda putihnya.
Ia kemudian ikut menghilang menyisakan pusaran angin yang bertiup beberapa saat.

EREBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang