3

5.4K 567 52
                                    

Sebastian memacu kuda miliknya -Jidzik, di arena berlatih kuda yang ada di belakang istana Erebus. Ditemani oleh ibunya, Stevanny.

Ratu Erebus itu menatap anaknya yang tengah serius berlatih kuda seraya menikmati buah anggur yang disediakan pelayan istana.
Iris biru indah Stevanny berbinar saat melihat Sebastian bersama kudanya berhasil melompati besi yang sengaja dipasang di arena berlatih.

"Sebastian, berhentilah sebentar! Temani ibumu menikmati sore yang damai ini." Stevanny tersenyum anggun, pemilik zoe berwana biru pekat itu kemudian berdiri dari kursi santai miliknya.

Sebastian balas tersenyum.
Ia tidak mungkin tidak menuruti keinginan ibunya itu.
Setelah menggiring kudanya agar berputar-balik, Sebastian turun dari atas kudanya ketika sampai di hadapan Stevanny.

Jidzik meringkik riang, kuda hitam itu segera berlalu mencari makan sendiri.

Stevanny menuntun Sebastian agar duduk di sampingnya.

"Ibu ingin sesuatu?" Sebastian bertanya seraya menatap wajah ibunya yang tengah tersenyum padanya.

Stevanny menggeleng lalu menggenggam tangan sang pangeran Erebus.

"Hanya memastikan sesuatu."

Dari seminggu yang lalu Stevanny sebenarnya ingin bertanya langsung kepada putera tampannya itu tetapi ia selalu tidak memiliki waktu karena harus menemani raja mempersiapkan turnamen di Ether. Ia bahkan baru kembali ke istana tadi pagi.

"Memastikan sesuatu?" Sebastian mengerutkan keningnya.

"Ada zoe berwarna merah yang mulai tumbuh di rambutmu, Pangeran." Stevanny mengatakannya seraya tertawa kecil.

Sementara Sebastian sendiri terkejut dengan perkataan ibunya.

Zoe? Berwarna merah?
Sejak kapan?
Ia tidak menyadarinya sama sekali.

"Siapa?
Siapa yang sudah kau lamar, Sebastian?" Stevanny bertanya antusias.

Ia sudah menunggu saat-saat seperti ini.
Waktu ketika pangeran Erebus itu memiliki pendamping.
Stevanny sudah ingin pensiun dari status 'Ratu' yang ia sandang. Salahkan ayah Sebastian yang terlalu tergila-gila padanya dan mau tidak mau ia harus mengisi status itu.
Walaupun Stevanny adalah keturunan bangsawan tertua di Erebus sebenarnya ia hanya ingin menjadi seseorang yang biasa-biasa saja.

Tapi yah, itu sudah berlangsung selama puluhan tahun jadi untuk apa ia menyesali keadaannya.
Justru Stevanny merasa bersyukur karena ia dapat ikut andil membangun Erebus menjadi negara yang damai dan makmur seperti sekarang.

"Itu..."

"Ayolah, pangeran.
Kau jadi seperti raja saja.
Dulu beliau melamar ibu tiba-tiba sekali padahal kami belum saling kenal.
Apa pangeran juga melakukan yang seperti itu?"

Sebastian meringis, a-ah.
Rupanya ia melakukan seperti yang ayahnya lakukan ya?
Benar-benar, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

"Kau benar-benar melakukannya!
Oh, ya ampun!"

Stevanny menutup mulutnya tidak percaya, "Ibu harus melaporkannya ke ayahmu!" Stevanny segera bangkit lalu berjalan tergesa-gesa hendak ke ruangan suaminya, karena itu ia hampir saja terjatuh ketika pakaian kerajaan berwarna biru miliknya terinjak sendiri.

"Ibu, tunggu-tunggu!" Sebastian memanggil ibunya dengan nada panik.

Berdiri hendak mengejar kepergian ibunya, Sebastian tiba-tiba tersandung kakinya sendiri.
Sebastian jatuh tengkurap karena insiden tadi.
Namun dari ujung kakinya tiba-tiba keluar percikan api yang selanjutnya menghasilkan ledakan besar di arena latihan kuda itu, tapi tenang saja tidak ada yang terluka hanya kuda-kuda di kandangnya mengikik kaget serta prajurit dan pelayan yang juga terkejut.

EREBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang