8

4.3K 493 50
                                    

"Kenapa kau ingin aku menyetujui pernikahan sepihak ini?
Walaupun sifatnya sebagai seorang yole sangat berantakan tapi dia masih putraku!"

Obelix menghembuskan nafasnya kasar, kedua alisnya mengerut dalam.
Ia benar-benar tidak dapat menerima keadaan Odelia yang secara tidak langsung 'dipaksa' untuk menjadi Ratu Erebus periode selanjutnya itu.


Setelah mereka berdua, Obelix dan Zephyr menyelesaikan masalah antara pangeran dan ayah si cantik.
Raja sendiri yang memutuskan untuk memberikan hukuman kepada Sebastian yaitu menghafal seluruh nama penduduk Erebus dalam waktu tujuh hari.

Kemudian ia sebagai ayah Sebastian merelakan salah satu jubah kerajaan miliknya untuk dibakar habis oleh mantan jenderal perangnya sendiri.

Keterlaluan?
Ia berpikir tidak, tidak ada yang tahu bagaimana cara agar Obelix menghilangkan emosinya.

Jika Obelix ingin membakar jubah Raja maka dengan cara apapun harus ia lakukan dan itu satu-satunya cara untuk meredakan emosinya.

Menurut Raja Erebus, itu adalah keputusan paling tepat.
Lebih baik seperti itu daripada satu kastil Endymion ini hancur oleh emosi Obelix yang meledak-ledak.

Dan ia akan menjamin keselamatan Odelia selama berada di Ether dan tentu saja tidak akan membocorkan rahasia bahwa Odelia merupakan putra Jenderal paling ditakuti di Erebus.

"Aku mewakili putra mahkota dengan tulus meminta maaf padamu karena hal ini tidak sesuai dengan apa yang kau inginkan." Zephyr buka suara.

"Cih, percuma saja kau meminta maaf padaku." Obelix berjalan mendekat ke arah Zephyr lalu berhenti tepat di depan meja seraya bersidekap dan menatap Raja Erebus itu dengan pandangan menusuk.

Zephyr tersenyum, walaupun Obelix memiliki image garang diantara prajurit kerajaan, jauh di dalam lubuk hati yang paling dalam laki-laki ber-zoe merah itu sangat peduli dengan orang-lain dan rela melakukan apa saja untuk menolong walaupun harus menyerahkan nyawanya sendiri.

Diantara banyaknya penghuni Erebus, ia yang paling memahami sifat Obelix karena mereka tumbuh bersama.
Ia yakin Obelix masih menyimpan sesuatu yang tidak ingin ia ketahui sebagai seorang Raja Erebus.

"Obelix-"

"Iya iya, berhenti!
Aku tahu apa yang akan kau katakan." Obelix mangangkat tangan kanannya sebagai isyarat agar Zephyr tidak melanjutkan kalimatnya.

Zephyr menggeleng maklum, "Aku memang tidak merencanakan pernikahan antara pangeran dan putramu, Obelix.
Aku berani bersumpah kepada dewa bukan aku yang sengaja membuat mereka berdua bertemu!
Tapi bukankah kau berpikir itu adalah takdir dewa?"

Soal burung kesayangan Sebastian yang lepas, apa itu tidak masuk hitungan?
Biarkan Zephyr yang memikirkannya sendiri.

"Kau!" Obelix kembali berbalik seraya menunjuk Zephyr dengan wajah emosi.

"Obelix, kau menghilang begitu saja selama lebih dari sepuluh tahun tanpa menjelaskan apapun.
Jika kau memiliki suatu masalah, kau bisa meminta bantuan padaku."

Obelix mengepalkan tangannya, masih menahan emosi yang ingin sekali ia tumpahkan.

"Kau pikir meminta bantuan padamu akan segampang itu?" Obelix menggelengkan kepalanya seraya tertawa sinis.

"Baiklah jika kau bersikeras tidak ingin mengatakannya, aku tidak akan memaksamu, Obelix." Zephyr berdiri kemudian berjalan menghampiri Obelix dan berhenti di sisinya.

"Tapi aku sangat bersyukur bahwa kau dan keluargamu baik-baik saja dimanapun kalian berada selama ini. Dan tenang saja, aku akan menjaga Odelia seperti putraku sendiri selama kau tidak ada disini.
Atau kau ingin kembali menjabat? Kami akan menerimamu dengan tangan terbuka." Zephyr tersenyum tulus.

Obelix mendengus kasar, dengan tiba-tiba ia meninjukan bola api dari tangan kanannya ke arah perut Zephyr.

Tapi refleks Raja Erebus jauh diatas rata-rata manusia biasa, jadi ia dapat dengan mudah menghindar dan kini sudah duduk kembali di kursinya setelah ia membuat portal angin dan menghisap bola api milik Obelix yang hampir menghantam dinding kastil.

"Kau masih saja menyebalkan, kenapa tidak ada satupun zoe milikku yang bisa mengenaimu?
Bahkan setelah bertahun-tahun." Obelix menaikkan salah satu alisnya heran.

"Itu karena kau..." Zephyr sengaja menghentikan kalimatnya.

"Apa?" Tiba-tiba Obelix kembali merasa emosi.

"Bodoh." Zephyr berbisik tetapi masih dapat didengar Obelix.

SLASH!

Tiba-tiba seluruh tubuh Obelix mengeluarkan api merah pekat.

"HAHAHAHA~" Zephyr terbahak, sekejap ia menghilang dari ruangannya karena kali ini sepertinya Obelix benar-benar berniat membunuhnya.

____________

Odelia termenung di balkon kamar yang tadi siang disiapkan sendiri oleh Ratu untuknya.
Mengingat kembali apa yang dibicarakan oleh Ratu, membuatnya merasa terbebani dengan sesuatu yang mustahil dapat ia lakukan.

Menjadi seorang Ratu Erebus?
Itu tidak ada sama sekali dalam benaknya dari ia kecil hingga sebesar ini.
Ayah dan ibunya saja tidak pernah sekalipun menceritakan silsilah kerajaan atau apapun itu mengenai 'Raja dan Ratu'.
Yang mereka ceritakan hanya sebatas kegagahan seorang prajurit kerajaan, hingga suatu hari ia memiliki cita-cita untuk menjadi seorang prajurit.

Sebenarnya Odelia sangat ingin menjadi prajurit perbatasan, tapi karena ibunya pernah mengatakan bahwa Yole tidak diijinkan menjaga wilayah perbatasan, yang mana memiliki resiko paling besar karena berhadapan langsung dengan wilayah kerajaan lain.
Ia memutuskan untuk menjadi prajurit istana saja, toh sama-sama prajurit.

Awalnya, Obelix menentang keras keputusan Odelia untuk ikut test masuk di Ether.
Tetapi setelah ayah dan ibunya mendiskusikan tentang itu semalaman tiba-tiba saja keesokan harinya ayahnya yang tadinya sangat tidak setuju berbalik sangat antusias untuk mendaftarkannya.

Ia juga tidak tahu cara apa yang dilakukan ibunya untuk meyakinkan ayahnya.
Baru saja merasa senang karena sebentar lagi cita-citanya akan terwujud malah muncul masalah lain.

Ya, Sebastian yang adalah seorang Pangeran Erebus tiba-tiba dengan seenaknya melamarnya.

Odelia mengacak surai panjangnya, merasa kesal sendiri dengan nasibnya.
Apa benar jika sering membuat kesal ayahnya akan mendapat balasan seperti ini dari dewa?
Tapi kenapa secepat itu?

Rupanya Odelia tidak rela menghentikan keisengannya kepada ayahnya sendiri.

Yang terpenting sekarang adalah ia ingin sekali berbicara dengan ibunya. Baru beberapa hari saja tidak bersama ibunya, ia sudah merindukannya.
Tapi ia tidak bisa pulang sekarang, bagaimana dengan cita-citanya jika ia memilih untuk pulang?

Sebastian tengah berjalan di taman belakang kastil Endymion kemudian menghentikan langkahnya saat melihat Odelia yang tengah termenung di balkon salah satu kamar di kastil Endymion, menjentikkan jarinya untuk membuat gulungan berisi nama-nama penduduk Erebus menghilang oleh pusaran angin seukuran telapak tangannya.
Pangeran Erebus itu kemudian berteleportasi ke tempat Odelia berada.

Odelia tersentak kaget saat tiba-tiba Sebastian muncul di depannya seraya tersenyum menyebalkan -menurutnya.

"Apa yang sedang kau lakukan disini, cantik?"

Odelia menatap sinis pada Sebastian, lihat orang ini!
Apa dia tidak punya rasa menyesal sama sekali?

"Karena kau tidak mau menjawab pertanyaanku, biar kutebak."
Sebastian melangkah masuk kedalam balkon kemudian tanpa persetujuan.

"Kau merindukan ibumu?
Ingin berbicara dengannya?"

"Berhenti membaca pikiranku!" Odelia menutupi kepalanya dengan telapak tangan, mungkin menurutnya dengan melakukan itu ia dapat menghalangi Sebastian melakukan telepati atau sejenisnya.

Sebastian tertawa kecil, "Mungkin aku bisa membantumu untuk berbicara dengan ibumu sekarang."

Odelia menatap serius kepada Pangeran Erebus itu.

"Kau serius?"

Sebastian mengangguk.

"Katakan padaku bagaimana caranya!"

EREBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang