11

3.4K 384 52
                                    

"Yang Mulia, hamba rasa ada yang tidak beres padanya!" Seorang penasihat istana berbisik kepada Raja Erebus setelah mengecek salah satu keadaan seorang prajurit perbatasan yang kini tengah terbaring di sebuah ranjang di salah satu kamar kastil Endymion.


Zephyr sedikit mengangguk, ia menyetujui perkataan salah satu penasihat kepercayaanya tersebut.
Setengah jam yang lalu salah satu pimpinan prajurit menemuinya dan melaporkan bahwa terdapat satu orang prajuritnya yang mendapat serangan magis yang entah datang darimana sumbernya.
Karena orang itu langsung tidak sadarkan diri maka pemimpin itu memutuskan untuk membawa prajurit tersebut ke kastil Endymion karena dikhawatirkan sesuatu yang tidak beres akan terjadi dan satu-satunya orang yang dapat menangani hal yang tidak diinginkan hanya raja sendiri.


Zephyr melemparkan mantra zoe kepada prajurit yang masih tergeletak di ranjang tersebut membuat mantra itu seperti melahap tubuh sang prajurit.
Dari getaran yang diterima Zephyr pada tubuh itu, ia merasa ada sebuah elemen aneh yang seperti menggerogoti tubuh prajurit itu dari dalam.

Dan benar saja, tiba-tiba prajurit itu terbangun dan berteriak dengan kencang.
Seluruh bagian mata milik prajurit itu seperti ditutup selaput berwarna putih.
Kemudian zoe milik prajurit tersebut yang tadinya berwarna coklat muda mulai berubah warna menjadi berwarna hitam pekat.


“Yang Mulia!” Penasihat tadi segera membuat perisai magis dengan zoe merah miliknya untuk melindungi Raja Erebus karena tadi prajurit itu berusaha menyerang Zephyr.


Zephyr mundur, ia dengan tenang membuat sebuah tali dari angin miliknya yang dengan cepat mengikat dengan kuat tubuh prajurit yang masih berteriak kencang itu.

“Panggilkan tabib dari istana utama! Hanya dia yang tahu mengenai situasi ini.” Zephyr menepuk bahu penasihat miliknya, ia bukan seorang ahli pengobatan dan situasi ini jika tidak segera ditangani ia khawatir akan membahayakan orang-lain maupun prajurit itu sendiri.
Karena ia juga tidak ingin salah satu prajuritnya terluka tanpa sebab yang jelas.


“Baik, yang mulia!” Penasihat itu berlutut dihadapan Zephyr.


“Jangan biarkan orang-lain untuk masuk kedalam ruangan ini!” Zephyr kembali menambahkan seraya melangkah keluar dari kamar tersebut.


Dua orang prajurit istana yang berjaga di depan pintu segera berlutut, mereka kemudian mengunci pintu kamar itu dengan elemen zoe milik masing-masing.

_______

Beberapa saat setelah kepergian Raja dan penasihat raja dari kamar tersebut tiba-tiba pintu kamar yang tadi masih terkunci oleh mantra itu hancur berantakan.
Kedua orang yang tadi juga berjaga disana ikut terlempar karena kekuatan yang menghancurkan pintu itu lebih diatas kedua orang tersebut.


“Gawat! Jangan biarkan dia keluar!” Salah satu prajurit itu berkata kepada rekannya yang masih terbatuk karena serangan tadi mengenai dadanya.

Prajurit yang satu lagi mengangguk setuju.
Mereka memasang kuda-kuda kemudian secara bersamaan membuat sebuah kurungan dari zoe air dan tanah milik mereka.
Sebuah benteng terbentuk dan mengurung prajurit yang sepertinya sudah kehilangan akal sehatnya itu akibat zoe miliknya yang sudah termakan oleh sesuatu yang terlampau kuat.
Namun sepertinya zoe yang dimiliki prajurit itu lebih kuat karena benteng itu kembali hancur dan sebuah duri tajam keluar dari tubuh prajurit itu kemudian menusuk kedua prajurit istana yang masih berusaha menahannya agar tidak pergi.


Kedua prajurit istana itu terjatuh bersamaan, rupanya mereka sudah gagal melaksanakan amanat raja pada mereka.


Prajurit itu mengedarkan pandangannya, Ia menggeram kemudian menghilang dari posisinya berada tadi.
Sekejap kemudian ia sampai di lapangan yang digunakan para pangeran untuk latihan.
Disana ia melihat seorang remaja ber-zoe merah yang sedang mengelus seekor kuda putih, tiba-tiba sebuah suara di kepalanya muncul.
‘Bunuh anak itu!
Bunuh sebelum dia menghancurkan kita!’
Prajurit tersebut kembali berteriak dengan keras.


Hal itu mengagetkan Odelia dan Sebastian yang memang ada disana.
Merasa sesuatu yang tidak beres tengah terjadi Sebastian segera berdiri di hadapan Odelia dengan posisi siap menyerang.

Benar apa yang dipikirkan Sebastian karena setelahnya prajurit yang tiba-tiba muncul tadi menyerang dengan cepat kearahnya.


Sebastian menarik keluar panah dengan sebuah kristal berwarna biru sebagai ornamennya dari tato di lehernya.
Sebastian kemudian melesatkan tujuh anak panah dengan api berwarna hijau di setiap ujungnya.


SPLASH


DUAARRRR


Prajurit itu berhasil menghindar tetapi pipinya berhasil tergores tiga anak panah milik Sebastian.


Kuda milik Odelia yang terkejut segera berlari menjauh sementara Odelia terdiam di belakang Sebastian. Ia terlalu terkejut dengan kejadian yang tengah ia alami saat ini.


“Sebas-“


“Odelia, tetap berlindung di belakangku!” Sebastian menggenggam salah satu lengan Odelia yang tanpa sadar menggenggam dengan kuat jubah miliknya.


Prajurit itu kembali meraung, ia semakin marah karena tidak berhasil menyerang incarannya.
Prajurit itu kembali melancarkan serangannya dengan melemparkan sebuah duri berwarna hitam pekat yang melesat luar bisa cepat kearah kedua remaja tersebut.


Sebastian segera mendekap Odelia dengan erat kemudian berguling untuk menghindari duri-duri tajam itu.


Duri tersebut menancap kepada sebuah pohon besar begitu tidak dapat mengenai sasarannya.


Odelia menatap marah pada prajurit tersebut yang berulang-kali mencoba menyerangnya dan Sebastian.

“Apa kau sudah gila, hah?!” Odelia bangkit duduk dari posisinya yang tadi menindih Sebastian.
Walaupun sempat merasa takut tapi ia lebih tidak suka melihat  ada orang yang berniat melukai orang lain.


“Odelia?” Sebastian menatap heran pada calon pendampingnya tersebut yang ternyata sama sekali tidak merasa ketakutan.


“Diam!
Aku sedang berbicara padanya!” Odelia menutup mulut Sebastian dengan telapak tangannya dan mendorong Sebastian agar tetap berbaring di tempatnya.


Prajurit yang sudah kehilangan kewarasannya itu menggeram, tanpa menjawab perkataan dari Odelia ia kembali melancarkan serangannya pada Odelia.
Kali ini ia mengibaskan tangannya dan munculah sebuah cakaran berukuran besar melalui udara.


Zoe milik Odelia berkilat, ia kemudian menjentikkan jarinya.
Lalu muncul sebuah bola api di atas prajurit itu dari yang tadinya berukuran kecil lama-kelamaan menjadi sangat besar dan bola api itu jatuh menghantam prajurit tersebut ke tanah menghasilkan lubang besar.

Tetapi tidak sampai disitu karena zoe milik ibu Odelia lagi-lagi bereaksi saat Odelia dalam bahaya karena sebuah rantai berwarna ungu tiba-tiba muncul dari dalam tanah kemudian membentuk perisai magis yang menghisap cakaran yang hampir meengenai Odelia.
Setelah cakaran itu menghilang sepenuhnya, rantai tersebut hancur berkeping-keping berubah menjadi kupu-kupu ungu yang berterbangan lalu menghilang ke atas langit.


Sebastian menatap takjub pada apa yang dilakukan Odelia.
Bahkan menurutnya, ia sama sekali bukan tandingan Odelia karena Odelia bisa menangani prajurit yang hampir melukai mereka dengan mudah.


Kembali, dari tubuh Odelia muncul sebuah asap berwarna ungu pekat yang melayang menuju prajurit yang masih berusaha merangkak naik dari dalam lubang yang tadi Odelia buat.

“Aku tidak bisa membiarkan orang jahat sepertimu berkeliaran di dunia ini!” Odelia membuat kurungan dari zoe api miliknya yang kembali mengurung prajurit yang sekarang tidak sadarkan diri karena menghirup asap penenang yang tadi dikeluarkan oleh tubuh Odelia.


Odelia tidak sadar bahwa asap penenang itu juga terhirup oleh Sebastian yang masih terbaring di sampingnya akibatnya Sebastian ikut tidak sadarkan diri karena dosis asap yang dikeluarkan Odelia sangat tinggi.
Dan hanya Obelix seorang yang mampu menahan dosis setinggi itu.


Odelia mendengus kesal, waktu makan siangnya jadi tertunda karena hal ini.
Odelia mengalihkan pandangannya pada Sebastian.
Ia mengerjap heran saat Sebastian juga memejamkan matanya.

Memangnya apa yang tadi ia lakukan pada Sebastian?
Oh, apa pangeran bodoh ini menghirup asap yang dikeluarkan olehnya tadi?
Odelia menggelengkan kepalanya, dasar bodoh.

“Bangun!” Dengan tidak manusiawinya Odelia menampar kepala Sebastian dengan keras akibatnya Sebastian tersadar dari pingsannya setelah wajahnya menghantam perut milik Odelia.
Dan Odelia sedikit menyesali perbuatannya karena perutnya terasa sakit setelah menerima hantaman wajah Sebastian.

“Apa wajahmu ini terbuat dari batu?!” Odelia mengacak-ngacak wajah tampan Pangeran Erebus itu tanpa perasaan.


Sebastian tidak menanggapi apa yang dilakukan Odelia pada wajahnya karena sekujur tubuhnya menjadi sangat lemas sekarang.


“Sebas, Odelia!
Kalian baik-baik saja?” Terdengar suara Raja Erebus yang berlari mendekati kedua calon pemimpin Erebus dimasa mendatang.

EREBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang