2

5.3K 586 38
                                    

Sudah sepekan lamanya kejadian yang menurut Odelia sial itu menimpa dirinya.
Sepekan ini pula Odelia berusaha melupakan Sebastian -si pangeran bodoh itu, menurutnya.
Lagipula ia sudah tidak pernah mendengar suara Sebastian di kepalanya.

Odelia kembali ke rutinitas normalnya, yaitu berlatih bersama dengan ayahnya.
Kali ini ia belajar mengendalikan elemen zoe miliknya yang belum secara sempurna ia kuasai.
Ia dapat membuat ledakan api skala besar tanpa melewati fase yang seharusnya, yaitu mengeluarkan zoe miliknya sesuka hati.

Pertama kali Odelia mencoba menggunakan zoe adalah saat ia berumur sepuluh tahun.
Sedikit terlambat karena kebanyakan anak lain dapat mulai mengeluarkan zoe milik mereka ketika umur mereka delapan tahun.

Saat itu pula zoe milik Odelia keluar tanpa sengaja dan itu berhasil meledakkan gudang di samping rumah orang-tuanya, karena saat itu ia tengah bermain bersama anak serigala berwarna putih miliknya di gudang.
Cukup berhasil membuat kedua orang-tuanya terkejut dan segera menghampiri sumber ledakan yang ternyata dibuat oleh anak mereka.

.....

"Lakukan seperti ini, Odelia!" Obelix menjentikan jarinya, sesaat kemudian api berwarna merah pekat sewarna zoe miliknya muncul di ujung jari miliknya, berkobar tenang mengikuti gerakan angin.

Odelia mengangguk mengerti.
Ia melakukan hal yang sama seperti yang ayahnya ajarkan.
Menjentikan jari miliknya, zoe di surai peraknya berkilat merah menyalurkan elemen ke ujung dua jari yang tadi ia jentikan. Dan-

DUAR

Muncul ledakan disertai kobaran api berukuran sedang selama sepersekian detik membuat Odelia terlempar kebelakang beberapa meter kemudian jatuh terduduk.

"Uhuk, uhuk!" Obelix terbatuk, ia menghirup asap yang tertinggal dari ledakan tadi.

"Hah." Obelix menghela nafas, sudah dua hari ini ia mengajari anaknya yang cantik itu untuk belajar mengendalikan zoe miliknya tapi sama sekali belum membuahkan hasil.

"Istirahat dulu kalian berdua." Enee, datang dari dalam rumah lalu duduk di kursi panjang yang ada di halaman depan.

"Kau terlalu banyak menggunakan zoe milikmu, Odelia!"

BUK

Odelia meringis, memegangi kepalanya yang tadi kena jitak ayahnya.

"Aku sedang berusaha, ayah!" Odelia berteriak kesal seraya menghentak-hentakan kakinya.

"Jangan berteriak padaku!" Obelix melotot sangar.
Anaknya ini memang kurang-ajar sekali padanya.

"Aa-ampun-ampun!" Odelia kembali berteriak saat ayahnya menarik kedua telinganya hingga memerah.

"Kau itu Yole, bersikaplah lebih lemah-lembut seperti ibumu! Astaga."

"Bukan salahku ayah!
Aku kan juga anakmu!" Odelia protes.

"Tapi wajahmu tidak cocok mengikuti ayah seperti ini.
Kau lihat?
Ayah lebih tampan darimu bukan?" Obelix menjatuhkan Odelia yang tadi masih ia jewer hingga terdengar suara keras karena Odelia jatuh telungkup ke atas tanah.

Obelix berpose macho ke arah Enee yang tersenyum kalem seraya bertepuk tangan pelan untuknya.

"Khh, AYAAAAH!"

DUAR

Ledakan lagi, kali ini Obelix terkapar dengan tubuh gosong oleh Odelia.

"Ahaha." Enee tertawa canggung, sebenarnya ia sudah bosan melihat Obelix dan Odelia yang setiap hari bertingkah seperti ini.
Tapi mau bagaimana lagi, sifat mereka sama.
Sama-sama mudah meledak jadi percuma saja ia menasehati karena besoknya lagi akan kembali terulang.

Odelia bangkit seraya bersungut-sungut kemudian menghampiri ibunya yang tengah duduk membaca buku tentang tumbuhan obat, ia sama sekali tidak peduli dengan keadaan ayahnya yang masih terkapar di tanah.

"Ibu~" Odelia merengek saat ia duduk di tanah berumput hijau di depan ibunya lalu menidurkan kepalanya di pangkuan Enee.

"Hm?"

"Apa aku bisa jadi prajurit hebat?"

"Tentu saja.
Della punya zoe yang bagus."

"Tapi aku belum bisa mengendalikannya."

"Pasti bisa.
Kalau ayah Della tidak bisa mengajari Della, ibu yang akan melakukannya." Enee menaruh buku yang tadi ia baca di sampingnya lalu membelai sayang surai Odelia yang panjang.

Odelia mendongak menatap wajah cantik ibunya, beberapa detik kemudian ikut tersenyum.

"Della hanya perlu mengizinkan zoe membagi kekuatan.
Biarkan zoe melindungimu." Enee meraih tangan Odelia lalu membukanya, membuat kedua telapak tangan anaknya itu terbuka berdampingan.

Odelia menatap telapak tangannya, zoe berkilat di surai peraknya menuju kedua telapak tangannya.
Setelahnya muncul bola api seukuran bola golf di tengah-tengah telapak tangannya.

"Ah!" Odelia tersenyum seraya menatap ibunya yang juga tersenyum padanya.

"Coba lihat ini, anak ku." Enee mengarahkan ujung jari telunjuk kanan miliknya mendekati api milik Odelia kemudian mengeluarkan elemen zoe miliknya ke bola api itu.

Tiba-tiba muncul naga kecil berwarna ungu dengan sayap phoenix yang berkobar memancarkan api berwarna merah-ungu pekat.

Odelia membelalakan matanya tidak percaya, apa yang dibuat ibunya ini? Sangat luar biasa.

"Ibu, apa ini?" Odelia memandang kagum kepada makluk kecil menyerupai naga di atas telapak tangannya.
Naga itu menatap kedua orang yang tengah memandanginya secara bergantian.

"Sebenarnya zoe milik ibumu itu langka."

Odelia berjengit kaget saat suara ayahnya tiba-tiba terdengar di belakangnya.
"Langka?"

Enee menutup telapak tangan anaknya membuat naga kecil dengan sayap phoenix tadi menghilang.

"Ya.
Itu sebabnya ayah tidak membiarkan ibumu tinggal di Ether."

"Kenapa?
Bukankah disana ibu bisa jadi prajurit istana?
Itu hebat kan?"

BUK

"Aduh!"

Obelix mengibaskan tangannya yang tadi terkepal untuk menjitak kepala anaknya, "Kau pikir ayah mau membiarkan ibumu terjun ke medan perang? Yang benar saja!"

"Heee~ tapi yole dilarang terjun ke medan perang kan?"

"Seperti yang ayah katakan tadi.
Zoe ibumu itu langka!
Dan kemungkinan pemilik zoe seperti ibumu dibawa ke medan perang itu 98 persen."

Odelia mengangguk-angguk mengerti. Memang benar, di Emera sendiri ia tidak pernah melihat zoe berwarna ungu selain milik ibunya.
Eh? Kapan terakhir kali ia pergi keluar ya?

"Tipe zoe ibumu itu ahli strategi.
Ya kan, sayang?" Obelix nyengir polos kearah Enee.

Enee mengibaskan tangannya lalu muncul puluhan paku kecil berwarna ungu di bawah telapak kaki Obelix.

Obelix mendadak terdiam, "SAKIIIT!~" Kemudian raungan nyaring dari seorang Obelix pemilik zoe merah pekat.
Si macho tukang meledak tapi sayang keluarga.

"Kalau begitu ibu tidak perlu ke Ether, biar anakmu ini yang pergi kesana untuk menjadi prajurit hebat! Hahahaha!"

"Tapi Della, bukannya kau akan menikah dengan pangeran Sebastian?" Enee bertanya dengan wajah polos dan senyum manis yang merekah di bibirnya.

"Eh?"







(TBC.......)

EREBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang