5

4.7K 592 63
                                    

Tiga hari telah berlalu.
Pagi menjelang siang ini akhirnya Obelix dapat melihat jelas pintu gerbang raksasa kota Ether yang menjadi tujuannya.
Atau sebut saja ia sedang berkunjung ke kampung halaman.
Ditemani Odelia yang sedang terkagum-kagum dengan pemandangan sekitarnya.

Ether sangat berbeda dengan Emera. Jika di Emera, kalian hanya akan melihat rumput hijau serta rumah-rumah yang dikelilingi pegunungan. Sedangkan di Ether jalanan sudah sangat mudah dilalui karena berlapis marmer.

Kastil-kastil kerajaan yang tersebar di beberapa titik Ether.
Kastil-kastil itu digunakan oleh Raja saat ia berkunjung ke Ether untuk melihat calon prajurit Erebus yang baru ataupun untuk melantik mereka.
Mayoritas laki-laki berwajah tegas hilir-mudik di jalanan Ether.

Obelix melangkah ke pos jaga seraya menarik putera cantiknya yang bagai anak hilang.
"Yo." Obelix mengangkat tangannya dengan gaya keren.

Seseorang yang tengah berjaga di pos tadi mendongak dari kegiatannya membaca gulungan laporan yang harus ia serahkan ke Raja.
Namun begitu ia melihat dengan jelas siapa yang berdiri di balik meja jaga, mata berwarna kuning miliknya melotot lebar.

"OBE-!"

Obelix buru-buru membekap mulut pemilik zoe berwarna kuning di depannya.
Bisa repot jika ia ketahuan tengah berada di Ether saat ini.

"Apa kabar ?" Obelix menyeringai seraya menatap mantan bawahannya yang rupanya sekarang turun pangkat jadi penunggu pos jaga itu.

"Jenderal! Kapan kau datang?" Pemilik zoe kuning itu bertanya dengan bisikan yang hanya dapat di dengar oleh Obelix.

"Kau tidak perlu tahu kapan aku datang.
Cukup biarkan aku masuk dan bertemu dengan Raja.
Jangan lupa datang saat aku membakar rambut jabriknya itu."

"Jenderal, kau masih saja tidak sopan dengan Raja, padahal berpuluh-puluh tahun telah berlalu."

Kalimat berani dari mantan anggota Obelix itu berhasil membuat si empunya mengeluarkan api di kepalan tangannya hingga kemudian-
"Ouch! Ampun ampun!"

Laki-laki bernama Eryx itu meringis saat menerima bogeman zoe khas jenderal mereka yang selalu Obelix gunakan untuk mendisiplinkan pasukan kerajaan yang dulu ia pimpin.

"Ayah, kapan kita akan makan?
Aku sudah kelaparan sejak tadi."

Suara Odelia berhasil menghentikan kedua orang yang tengah terlibat acara reuni dadakan itu.

Si cantik bersurai panjang itu memasang wajah polos dengan tangan yang mengusap-usap perut datarnya.

Lagi-lagi Eryx terkejut saat melihat seorang remaja di hadapannya, wajahnya sekilas mirip Obelix tapi apa-apaan zenna berwarna pelangi di dahinya itu?
Dia siapa?
Adik Obelix?
Eh tapi tunggu, bukankah tadi anak yang lebih pendek darinya itu memanggil Obelix ayah?

"Jenderal?"

"Dia anakku.
Kau lihat?
Kami mirip bukan?" Obelix merangkul Odelia yang masih diam.

"Tunjukan padanya sehebat apa dirimu, Odelia!" Sambungnya.

Odelia sebenarnya enggan, ia baru tahu kalau ayahnya ternyata hobi pamer.

Odelia menjentikkan jarinya kepada Eryx yang sekarang tengah serius menatapnya, tetapi bukan api yang keluar malah ledakan yang berhasil melemparkan laki-laki berzoe petir itu ke lantai.

"Oops..."

Odelia menatap polos.
Sedangkan Eryx terbatuk, tidak menyangka ia akan terkena serangan kejutan dari Yole remaja itu.

Obelix terbahak, sebenarnya ia juga terkejut karena Odelia yang setahunya kemarin saat belum berangkat ke Ether sudah dapat mengendalikan zoe miliknya namun tadi tiba-tiba kembali membuat ledakan seperti biasanya.
Ah, sudahlah.
Ia ingin segera pergi menemui Raja Erebus dan istirahat dengan tenang.

EREBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang