18

2.2K 263 40
                                    

Pada rintangan kedua Altair terdiam saat melihat beberapa kuda milik peserta lain sebelum dirinya kesulitan untuk menyeberangi lumpur.
Ia sedikit merasa lega karena berada di urutan terakhir di kloter ini. Untungnya kuda yang diberikan pada Altair mudah untuk diajak bekerja-sama jadi dengan tekad antara  dirinya dan kuda itu, yole berzoe teal dapat menyelesaikan rintangan tersebut.

Matthias mengembangkan senyumnya di ruang tunggu.

Sebastian bertanya untuk memastikan sesuatu, “Kau Matthias, bukan?”

Matthias menatap Sebastian, “Benar, Pangeran.”

“Yolemu cukup hebat.” Sebastian memberikan pujian.
Ia tidak menyangka jika turnamen yang selama ini tidak ia hadiri ternyata cukup menyenangkan.

“Terima-kasih, Yang Mulia.” Matthias tersenyum tulus atas pujian yang diberikan Sebastian pada Altair, ia kembali menatap Altair di lapangan yang kali ini sedang mengelus kuda dibawahnya.

“Saudaraku, apa yolemu juga ikut turnamen?” Ega bertanya karena penasaran.
Jika ada seseorang yang bahkan diajak bicara oleh pangeran pastilah orang itu menarik.

Matthias mengangguk ke arah Ega, ia tidak mengenal laki-laki itu tetapi setidaknya mereka bisa menjadi rekan di masa depan.

Sementara para peserta dan penduduk yang ada di sana terfokus pada peserta yang sedang ada pada tahap seleksi di lapangan, Odelia yang berada di ruang tunggu khusus  untuk yole berdiri gelisah.
Mungkin saja setelah ini gilirannya dan jika boleh jujur ia tidak yakin akan dapat lolos seleksi kali ini mengingat porsi latihannya tidak terlalu memuaskan.
Ia tanpa sadar berjalan keluar dari ruang tunggu dan masuk ke ruang tunggu disisi lain.
Disana ada lebih banyak orang mengingat ruang tunggu itu bukan untuk yole, ruang tunggu memang dipisah.

Odelia mengedarkan pandangannya pada seluruh isi ruang tunggu itu kemudian tatapannya terhenti pada seseorang yang tengah duduk di kursi barisan kedua dari depan dengan jubah yang ia kenali adalah milik Sebastian, ia melihat Sebastian menggunakan jubah tersebut kemarin.

Odelia bergegas mendekati seseorang yang ia yakin itu adalah Sebastian.
Setelah sampai Odelia duduk tepat di belakang Sebastian.
Ia merasa sedikit lega karena tidak ada seorangpun yang menduduki kursi barisan ketiga di belakang Sebastian.
Karena ia tidak pernah berinteraksi dengan orang lain, hal itu akan membuatnya tidak nyaman.
Odelia awalnya enggan untuk memberitahu kepada Pangeran Erebus bahwa dirinya disana, tetapi Sebastian adalah satu-satunya orang yang ia kenal selain Raja dan Ratu Erebus.

Odelia pada akhirnya menepuk bahu Sebastian dua kali dari belakang.
Sebastian sedikit mengeryit tersinggung karena belum pernah ada yang berani melakukan hal seperti itu kepadanya.

Namun Sebastian terkejut saat melihat Odelia lah yang menepuk bahunya.
Ia dengan cepat berpindah posisi ke samping Odelia dengan teleportasi.

“Cantik, kenapa kau kemari?” Sebastian bertanya penasaran.

Odelia bertambah gelisah, “Mungkin sebentar lagi giliranku.” Odelia memberikan jawaban pelan, pandangannya terpaku ke sudut lain.

Sebastian tersenyum.

“Gugup?” Sebastian meraih pergelangan tangan Odelia kemudian mengusap telapak tangan yole cantik itu yang sedingin es, rupanya Odelia benar-benar gugup.

Odelia mengalihkan pandangannya pada Sebastian, kenapa orang ini bisa tahu kegugupannya?!

“A-aku tidak!” Mendengus, Odelia menarik tangannya dari genggaman Sebastian.

Sebastian kembali tersenyum, ia meraih kedua pipi Odelia kemudian mengusapnya.

“Jangan gugup, jika kau memang gagal di turnamen kali ini kau masih bisa melakukan tugas lain yang lebih penting.”

EREBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang