10

3.8K 417 66
                                    

Hari ini merupakan hari yang melelahkan untuk seorang Odelia. Remaja cantik itu berulang-kali meminum air putih yang disiapkan pelayan di kastil Endymion hingga habis, bahkan ini sudah gelas yang ke lima.

Apa yang sebenarnya tengah ia lakukan?
Rupanya seperti yang ayahnya katakan sebelumnya bahwa akan ada pelatihan sebelum seleksi di Ether adalah benar adanya.
Dan karena ia merupakan seseorang yang diistimewakan oleh Raja Erebus sendiri, maka Odelia memiliki tempat latihan khusus di dalam istana.
Tidak seperti yang lain, mereka berlatih di lapangan besar yang merupakan alun-alun kota Ether.

Odelia mengusap peluh di dahi mulusnya.
Ia kemudian memilih duduk di kursi panjang yang ada di pinggir lapangan. Tidak ada siapapun disini.
Hanya ada kuda putihnya yang setia menemani.
Ayahnya sudah berangkat kembali ke Emera tadi pagi.

Walaupun ia biasanya sangat jahil kepada Obelix tetapi pagi tadi ia tetap memeluk ayahnya itu dengan erat selama lebih dari lima menit baru bersedia melepaskannya.

"Kenapa harus ada besi seperti itu? Mengganggu latihanku saja!
Lihat, dahiku berulang kali hampir menyentuhnya!" Odelia bersungut-sungut entah pada siapa.

Mungkin kepada besi pembatas yang memang sudah dari sananya dipasang oleh leluhur anggota kerajaan Erebus untuk latihan para pangeran terdahulu?
Atau kepada kudanya sendiri yang sekarang tengah serius menatapi dua kupu-kupu berwarna ungu yang tengah kejar-kejaran di atas kepalanya?

Entahlah, hanya Dewa dan Odelia yang tahu.
Oh, atau mungkin Sebastian yang tidak sengaja membaca pikirannya?
Karena Pangeran Erebus itu tiba-tiba muncul di belakang Odelia meninggalkan pusaran angin yang berhembus pelan.

"Cantik.
Kau sudah selesai latihan?" Sebastian berbisik di telinga kanan Odelia.

Odelia terlonjak kaget, pemilik zoe berwarna merah itu bangkit berdiri kemudian berbalik mundur beberapa langkah.

"Kenapa kau datang kemari?
Raja memintamu belajar di perpustakaan bukan?
Kau berniat menggangguku latihan?" Odelia melontarkan pertanyaan bertubi-tubi dengan nada sarkastik.

Sebastian tersenyum salah paham, senang sekali diperhatikan calon istri seperti ini.

Odelia bahkan menatap sinis pangeran Erebus itu, bibirnya komat-kamit merapal mantra yang dipelajari entah darimana.

"Aku sudah selesai belajar.
Dan bukankah lebih menyenangkan jika aku berada disini?
Mungkin aku bisa membantumu." Sebastian berjalan menghampiri Odelia kemudian duduk di tempat yang tadi Odelia gunakan.

Odelia membalas dengan wajah kecut, mau dilihat sampai kapanpun baginya Sebastian itu menyebalkan. Menyebalkan berarti menyebalkan! Apapun yang pemilik zoe hijau itu lakukan sangat menyebalkan baginya.

Ia jamin berada di dekat Sebastian terlalu lama bisa membuat jantungnya pecah karena tekanan darahnya naik.
Yah, walaupun ia marah-marah setiap saat.

Dan apa-apaan ekspresi sok tampan yang diarahkan Sebastian padanya itu?

"Aku latihan di tempat lain saja.
Kau membuatku sakit mata!" Odelia buru-buru menaiki kuda miliknya dan bersiap hendak melarikan diri dari sana tetapi Sebastian rupanya lebih cepat menahan tali kekang kuda putih itu dan memberikan aura mengintimidasi membuat kuda itu tidak berani bergerak.

"Ada apa denganmu Ze? Ayo jalan!" Odelia mengerutkan keningnya kesal kenapa kudanya tidak mau mengikuti perintahnya.

"Menyerah saja, cantik.
Dia lebih menurut padaku." Sebastian melepas sarung tangan berwarna biru miliknya yang sejak tadi ia gunakan.

Odelia mendengus kemudian menatap Sebastian emosi.

"A-"

"Ssh. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu." Sebastian berkata dengan nada serius memotong kalimat yang hendak dilontarkan si cerewet itu.

Sekejap Odelia terdiam.
Ia seperti terhipnotis saat melihat kedua bola mata sebastian yang salah satu iris hijaunya berganti warna menjadi merah, sangat mirip dengan miliknya.

Sebastian menjulurkan tangan kanannya kemudian membuka telapak tangannya.
Muncul bola api berukuran kecil yang lama-lama menjadi seukuran telapak tangannya.

Odelia menggelengkan kepalanya cepat, membuatnya tersadar dari lamunannya tadi.

"Itu..."

"Zoe milikmu juga tumbuh padaku. Aku mulai bisa mengendalikannya." Sebastian tersenyum kembali kemudian menghilangkan bola api ditangannya.

"Tidak mungkin." Odelia menunjuk Sebastian tidak percaya.

Sebastian bangkit, ia menghampiri Odelia kemudian.

"Untuk apa aku berbohong padamu? Zoe milikku juga sudah tumbuh di dalam dirimu."

"Bagaimana bisa?" Odelia masih tidak dapat mempercayai perkataan Sebastian.

Sebastian mengalihkan pandangannya kepada pelayan yang hilir mudik membawa perlengkapan kebersihan.

Semalaman tadi ia sudah memikirkannya.
Jika ia tidak salah menebak Odelia merupakan satu-satunya orang di Erebus yang dapat menyerap energi zoe milik orang lain dan membuatnya tumbuh di dalam tubuhnya sendiri tanpa menghilangkan zoe pemilik aslinya.
Ini adalah kemampuan yang belum pernah ada sebelumnya.

Dan ia sebagai seseorang yang bisa dikatakan sebagai pasangan Odelia mendapat dampak yang sama.
Hanya saja, kemampuan itu tidak dapat beradaptasi di dalam tubuhnya akibatnya hanya zoe milik Odelia sebagai satu-satunya zoe yang dapat tumbuh.

Pangeran Erebus itu kembali tersenyum lembut dan memberikan tatapan memuja pada Odelia.
Siapa sangka dibalik sifat Odelia yang meledak-ledak tersimpan sesuatu yang sangat luar biasa.
Ia jadi memikirkan alasan sebenarnya ayah dan ibu Odelia memilih menyembunyikan Odelia. Apa orang-tua Odelia sudah tahu hal ini akan terjadi?

"Ibu menyuruhku memanggilmu untuk makan siang.
Kau bisa melanjutkan latihan nanti. Untuk apa kau bersikeras latihan seperti ini?
Lagipula sebentar lagi kau akan menjadi seorang ratu."
Sebastian mengatakan itu dengan ekspresi polos tidak menyadari Odelia yang sudah emosi dan berniat menyeruduknya dengan kepala Ze beberapa langkah lagi.

Kemudian...

Sebastian benar-benar terjungkal ke belakang akibat tubrukan kepala Ze padanya, dan pelakunya?
Siapa lagi jika bukan si cantik Odelia.




.......

EREBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang