15

2.5K 274 50
                                    

Sebastian memerangkap seseorang yang dianggap mencurigakan olehnya dengan pusaran angin.

Remaja bersurai panjang dengan sebuah tiara di sisi kanan wajahnya membelalak terkejut, ia tidak menyangka Sebastian akan berhasil mengejar dan menemukannya, Pangeran Erebus memang luar biasa.

Pemilik zoe berwarna teal itu menoleh kepada Sebastian, wajahnya yang lembut sedikit menunjukkan perasaan khawatir, mungkinkah Sebastian akan melakukan sesuatu padanya?
Atau yang paling buruk adalah bahkan ia bisa dimasukan kedalam penjara.
Ya, walaupun ia tadi tidak sengaja menolong kedua orang yang sedang butuh bantuan itu.
Sifatnya yang terlalu penakut akan membuatnya memikirkan hal-hal buruk di kepalanya walaupun sebenarnya hal tersebut tidak benar-benar terjadi dan hanya imajinasi liarnya saja.

“Maafkan aku, Pangeran.
Aku tidak bermaksud melakukan sesuatu yang aneh.” Suara halus remaja dengan setelan berwarna putih itu terdengar selanjutnya, ia hanya tidak ingin Sebastian menganggapnya sebagai musuh karena sebenarnya niatnya datang ke kota Ether adalah untuk mengikuti turnamen.

Pandangan tajam Sebastian sedikit melunak, merasa orang tersebut dapat dipercaya, ia segera mengibaskan tangannya agar pusaran angin miliknya menghilang.

“Katakan dengan jujur apa yang kau lakukan disini!”

Aura Sebastian yang mendominasi sedikit membuat pemilik zoe berwarna teal itu menggigil takut.

“A-aku sedang berjalan mencari tempat turnamen di adakan tetapi aku tidak sadar sudah terpisah dengan tunanganku dan akhirnya tersesat di hutan ini.
Kemudian saat aku sedang mencari jalan keluar tiba-tiba tidak sengaja melihat pangeran dan seseorang sedang dalam keadaan yang sulit jadi aku memutuskan untuk membantu. Begitu melihat kalian baik-baik saja aku memutuskan untuk kembali pergi mencari jalan namun tidak tahu pangeran akan mengejarku hingga sampai kesini.
Aku benar-benar minta maaf!” Remaja itu menjelaskan panjang lebar seraya menunduk dalam, tidak berani menatap Sebastian.

Sebastian merasa tenang saat mendengar penjelasan mendetail seseorang di depannya, jika ia tidak salah lihat seharusnya orang ini adalah seorang yole.
Dan mendengar rentetan panjang yang di utarakan membuat ia tersenyum saat mengingat Odelia juga tipe yang cerewet seperti yole ini. Mungkinkah semua yole selalu memiliki stock kalimat panjang? Bahkan ibunya juga seperti itu.

Sebastian kembali menajamkan tatapannya saat melihat sekelebat bayangan tiba-tiba melesat diantara pohon lalu secara cepat seseorang bertubuh hampir setinggi dirinya muncul di depan yole yang masih menundukkan wajahnya.
Sebatian refleks mundur beberapa langkah untuk memberi ruang diantara mereka.

Tanpa menunggu pertanyaan yang akan dilontarkan Sebastian, satu lagi remaja dengan kulit kecoklatan yang juga tampan berlutut di depan Pangeran Erebus.

“Pangeran.” Suaranya memberi penghormatan.

Sebastian ikut membungkuk khas bangsawan, etika seorang pangeran untuk membungkuk kepada siapapun yang memberikan penghormatan terlebih dahulu harus dibalas dan Sebastian tentu saja mematuhinya.

“Apa yang bisa ku bantu?” Sebastian bertanya tenang.

“Maaf karena sudah merepotkan pangeran.
Aku meminta ijin untuk membawa orang ini ke tempat turnamen.” Laki-laki ber-zoe jingga itu masih berlutut.

“Jadi dia tunanganmu?” Sebastian kembali bertanya memastikan.

“Benar, Yang Mulia.” Laki-laki itu mendongak, menampilkan iris jingga yang berbinar ramah.

“Maka bawalah dia, jangan membuatnya kembali tersesat sendirian.
Banyak hewan buas bahkan hewan legenda di hutan ini.” Sebastian memberikan peringatan.

“Baik, Pangeran.
Terima-kasih sudah mau direpotkan oleh kami.” Laki-laki itu berdiri kemudian menoleh untuk menatap tunangannya yang masih menunduk.

Hah, jika Sebastian tidak menahan tunangannya beberapa saat tadi kemungkinan akan butuh waktu lama ia berputar-putar di hutan unttuk menemukan yole itu.
Diam-diam pemilik zoe jingga bernama Matthias itu mengucapkan terima kasih kepada putra mahkota di dalam hatinya.

Sebastian mengangguk, ia tanpa mengatakan apapun lagi menghilang dari tempat itu untuk kembali menemui Odelia, ia khawatir sesuatu terjadi pada calon istrinya tersebut apalagi keadaan Odelia yang masih terikat.
Sebastian juga menyiapkan mentalnya untuk mengahadapi Odelia nanti, siapa tahu yole cantik itu akan menyerangnya begitu ia kembali.

Matthias sedikit terkejut karena tiba-tiba calon raja Erebus itu menghilang dari pandangannya, sebelumnya ia memang mendengar bahwa Raja dan Pangeran Erebus dapat berteleportasi tetapi melihatnya secara langsung sangat mengejutkan untuknya.

Setelah kembali dari rasa terkejutnya Matthias kembali menatap tunangannya yang sama-sekali belum bergerak dari posisi terakhirnya.

“Hei, Pangeran sudah pergi.
Apa yang sebenarnya terjadi tadi?” Matthias menepuk bahu yole ber-zoe teal di depannya.

Remaja bernama Altair itu melonjak kaget.
Ia tidak sadar dengan tunangannya yang rupanya sudah berada di hadapannya karena terlalu tenggelam dengan rasa takutnya pada Pangeran Erebus.

“Matth, kau mengejutkanku.” Altair meringis, pemilik zenna berwarna gradasi teal dan jingga itu segera menempel erat pada laki-laki tinggi di depannya.
Ia takut tersesat lagi.

“Sudah kukatakan sebelumnya untuk menungguku di depan kedai, kenapa kau pergi sendiri?” Matthias menyentil dahi berzenna milik Altair dengan jarinya.

Altair kembali meringis, bukan salahnya jika ia memutuskan sedikit berjalan-jalan sendiri karena Matthias terlalu lama memesan di dalam kedai.
Selain penakut ia juga tidak sabaran jadi didorong naluri tidak sabaran miliknya, Altair memberanikan diri untuk berjalan-jalan tetapi ia tidak menyangka akan berjalan terlalu jauh hingga meninggalkan jalan utama bahkan secara tidak sadar masuk kedalam hutan.

Matthias menghela nafas saat tidak mendengar jawaban dari Altair, ia kemudian berjongkok di depan yole itu, menyuruh Altair untuk naik ke punggungnya.

“Apa?” Altair bertanya bingung.

“Naiklah, kita tidak punya waktu lagi untuk mencari penginapan yang masih kosong.
Hari sudah semakin sore, apa kau tidak merasa lapar?
Kita melewatkan makan siang jika kau tidak lupa.”

Altair mengucapkan ‘oohhh’ panjang sebagai respon.
Pantas saja perutnya bergemuruh, jadi itu karena ia kelaparan dan melewatkan makan siang?
Ia bahkan tidak menyadarinya karena terlalu takut dengan kehadiran Sebastian.

Tanpa membuang waktu Altair naik ke punggung Matthias dengan semangat.
Tak apalah menganggap tunangannya sendiri sebagai kuda.
Karena kecerobohannya, ia dan Matthias kehilangan kuda mereka dan mau tidak mau mereka harus meneruskan setengah perjalanan ke Ether dengan berjalan kaki. Mengingat desa tempat mereka tinggal ada di ujung Emera, hal itu cukup membuat kakinya membengkak karena tidak terbiasa berjalan jauh secara terus-menerus.

“Matth, maaf.
Gara-gara aku kita jadi kehilangan kuda, kakiku juga bengkak.” Altair sangat menyesal dengan apa yang terjadi pada mereka selama perjalanan.

Matthias tersenyum, ia tidak akan pernah merasa keberatan dengan apapun yang dilakukan Altair walaupun hal itu harus menghancurkan tubuhnya.

“Tidak masalah, lalu apa gunanya diriku jika harus lari saat kau dalam kesulitan?” Matthias berkata jujur seraya mulai melangkah keluar dari dalam hutan.

Wajah Altair memerah, kenapa laki-laki ini selalu dapat membuatnya kehilangan kata-kata untuk menjawab?
Padahal setahunya ia adalah orang paling cerewet di desanya.

“Jangan dipikirkan.”

Altair mengangguk, ia tidak mencoba untuk menjawab Matthias dan memilih menyandarkan dagu di bahu laki-laki tegap itu.








Adakah yang mulai suka sama pair baru satu ini? :3

EREBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang