16

2K 279 64
                                    

Odelia jatuh terduduk saat ikatan dari zoe angin di tubuhnya menghilang, ia berusaha keras untuk melepaskan diri sejak kepergian Sebastian tadi dengan mencoba mengendalikan ikatan angin itu agar mengikuti perintahnya, samar-samar muncul zoe berwarna hijau dari ujung rambutnya.

“Sebastian sialan!
Kemana dia pergi?
Awas saja saat nanti kembali, aku akan benar-benar membakarnya sampai gosong!
Kali ini tidak ada ampun!” Odelia bersungut-sungut kepada hembusan angin yang seperti berkomplot dengan Sebastian dan membuatnya bertambah kesal.

Odelia termakan emosi di kepalanya, dengan wajah memerah kesal ia berjalan pergi menuju bagian dalam hutan, walaupun ia tidak yakin akan bisa menemukan jalan keluar dari dalam hutan.
Ia harus segera kembali dan melapor perbuatan tidak layak Sebastian pada dirinya!
Entah Raja atau Ratu, ia tidak peduli yang penting melapor!

Beberapa saat berjalan Odelia menghentikan langkahnya karena merasa mendengar suara dari balik semak-semak tinggi berjarak beberapa meter darinya.
Didorong rasa penasaran, Odelia berjongkok demi mengintip sebenarnya berasal dari apa suara tersebut.

Jongkok, semakin rendah dan rendah tanpa sadar Odelia sudah berbaring tengkurap di atas tanah dan matanya terbelalak saat melihat seseorang sedang dicumbui oleh dua orang yang terlihat sangat mirip, atau sebut saja mereka kembar.
Yang satu dengan zoe biru dan yang satu lagi zoe ungu, sama seperti ibunya.
Sementara seorang yole yang terlihat pasrah memiliki zenna aneh dengan dua lengkungan tambahan seperti sayap pada bagian kanan dan kirinya, warna kedua bagian sayap itu pun seperti kedua laki-laki kembar disana, biru dan ungu.

Odelia tidak bisa menutupi rasa shock nya, selama ia hidup ia belum pernah melihat hal-hal erotis secara langsung seperti saat ini, kecuali Sebastian yang selalu mencoba melecehkannya tetapi selalu gagal.

Matanya melebar dengan pipi yang merona tiba-tiba.
Tiba-tiba ia bangkit dengan rasa kesal luar biasa, tidak!
Belum tentu mereka berdua orang baik-baik.
Bisa saja yole itu sedang dilecehkan! Ia harus menolongnya!

Odelia melompat dengan bantuan angin dari ujung kakinya, ia tidak segan untuk menendang kedua laki-laki berwajah sama itu kemudian menarik yole yang sedang berbaring agar bersembunyi di belakangnya.

Odelia mendengus saat melihat kedua laki-laki itu terkejut dengan kedatangannya.

Yole di belakang Odelia pun ikut kebingungan karena tiba-tiba Odelia menariknya.

“Kalian tidak bisa melecehkan seseorang dengan seenaknya!
Apa kalian tidak merasa malu mengeroyok seorang yole seperti ini?!” Odelia membentak kedua orang yang masih dalam posisi jatuh dan terkejut sekaligus.

Kedua laki-laki itu saling berpandangan satu sama-lain kemudian menampakkan raut semakin bingung.

“Umm, terima-kasih sudah mengkhawatirkanku.” Yole dibelakang Odelia menyentuh lengan Odelia, membuat yang bersangkutan menoleh untuk menatapnya.

Yole bertubuh sedikit lebih tinggi dari Odelia itu tersenyum hingga matanya menyipit, tampak seperti menghilang. Surai berzoe kuning miliknya berkibar saat tertiup angin.

“Tenang saja, aku akan membantumu dari orang-orang jahat ini!” Odelia kembali menatap kedua laki-laki tersebut dengan dengusan kesal.

“Ah, mereka bukan orang jahat.” Yole itu berbisik halus, sedikit merasa malu karena ada seseorang yang memergoki mereka bertiga.

“Tidak perlu membela mereka!
Aku benar-benar tidak berbohong akan menolongmu.” Odelia bersiap menggunakan zoe miliknya sebelum sebuah kalimat membuatnya bengong ditempat.

“Tapi mereka suamiku.”

“Eh?” Odelia tidak dapat kembali berkata-kata, ia kemudian berbalik dan menatap yole berzoe kuning itu.

“Kau pasti bercanda.” Odelia berkata dengan wajah tidak dapat dijelaskan.

“Tidak, aku serius.
Mereka adalah suamiku.” Yole itu menggenggam tangan Odelia seraya tersenyum.

Odelia tiba-tiba kembali terserang shock, ia terdiam dengan pandangan kosong.

“Cisse...” Salah satu laki-laki itu mendekat pada yole berzoe kuning disana.

“Egy.” Yole bernama Narcisse itu menggeleng seraya tersenyum.

Laki-laki yang lainnya, dengan zoe berwarna biru ikut berjalan mendekat pada kedua yole yang ada disana.

“Bisa beritahu kami siapa dirimu?” Tanya pemilik zoe berwarna ungu dengan sedikit nada datar.

Odelia mengerutkan kening, ia balik bersembunyi dibelakang yole pemilik zoe kuning.

“Namaku Narcisse, boleh kutahu siapa namamu?” Narcisse bertanya, kembali mengulang pertanyaan Egy yang tidak mendapat jawaban.

“O-Odelia.” Odelia berpura-pura tenang, ia tidak menyangka akan bertemu seorang yole dengan dua suami sekaligus dan hal yang tadi tidak sengaja ia lihat benar-benar berpengaruh pada psikisnya karena ia tidak dapat sembuh dari rasa malunya.

Suasana masih penuh keheningan atas kesalahpahaman yang dialami Odelia, namun sekejap berubah riuh saat angin besar tiba-tiba berhembus disekitar empat orang tersebut.
Tidak lama muncul sosok Sebastian dari dalam pusaran angin yang kini menghilang.

“Oh, Pangeran.” Ega, pemilik zoe biru membungkuk kepada Sebastian.
Diikuti Egy dengan hal yang sama.

Sebastian ikut membalas, belum juga ia berdiri tegak Odelia tiba-tiba memukul kepalanya kemudian mencekik lehernya hingga Pangeran Erebus itu terdorong beberapa langkah kebelakang.

Narcisse menutup mulutnya saat melihat adegan kekerasan yang dilakukan yole berzoe merah itu kepada pangeran mereka.
Apa tindakan seperti itu dibolehkan? Ia bertanya melalui tatapan matanya pada kedua laki-laki kembar disana secara bergantian.

Ega dan Egy juga sama terkejutnya tetapi mereka hanya mengamati hal itu dengan tenang sekaligus terhibur.

“Kau, kau!
Kenapa pergi begitu saja?!” Odelia berteriak terlalu semangat seraya menghentak-hentakan kakinya yang sebenarnya juga menginjak kaki Sebastian berulang-kali.

Sebastian pasrah, tidak ada yang bisa menenangkan emosi pemilik zoe berwarna merah.
Tidak ada! Termasuk dirinya juga tidak.
Lagipula tidak mungkin Odelia membunuh tunangannya sendiri kan?
Itu akan menjadi berita paling ‘Hot’ di Erebus jika terjadi.
Keluar api dari hembusan nafas Odelia, ia sudah seperti ayahnya saja.

Sebastian juga merasa iris ruby Odelia semakin menyala dan itu terlihat sangat cantik untuknya.

“Aku minta maaf sudah mengikatmu dan meninggalkanmu tadi.” Sebastian tersenyum simpul seraya menyentuh kepala bersurai perak panjang Odelia.

Emosi Odelia menguap begitu saja, ia tiba-tiba kembali mengingat kejadian yang terakhir kali ia alami dan hal itu sangat membuat malu dirinya.
Odelia tiba-tiba menunduk, menghindari pandangan Sebastian dan pipinya mulai merona.

Sebastian menatap bingung, apa Odelia sedang malu padanya?
Oh, manis sekali!
Tolong, sepertinya pangeran satu ini sedang salah paham.

“Jadi kau memaafkanku, cantik?” Sebastian bertanya semangat.
Tanpa aba-aba Sebastian memeluk erat Odelia, terlihat wajahnya senang sekali.

Ketiga orang yang masih berdiam diri menonton drama dadakan itu berjengit secara bersamaan saat Odelia kembali menendang Sebastian hingga jatuh telentang di atas tanah.

“Siapa yang memaafkanmu, hah? Kapan aku mengatakannya?!
Dasar bodoh! Sa- @#$%&*£¥₩€!”

Narcisse kembali terbengong-bengong dengan berbagai umpatan kasar yang dilontarkan Odelia dengan lancar.
Bukankah di depan mereka itu adalah Sebastian?
Pangeran Erebus mereka?
Tetapi yole di depan mereka sama-sekali tidak segan kepada Sebastian dan malah senang sekali menyiksanya.
Sebastian juga tidak terlihat tersinggung atas perlakuan yole ber tempramen bom atom itu.

EREBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang