PAP/Sixteen⚔️

23 6 0
                                    

Holaaa guysss aku up wkwkwk
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hahhaha. Kau menyesal kah telah menolak anakku?" Tanya jors kini telah duduk di ruangannya bersama nard. "Jujur aku telah bertemu dengannya sebelum en berada di rumah sakit" ucap nard mengulas senyumnya.

"Benarkah? Lalu kalian bertemu dimana?" Tanya paman jors. "Nard?" Seorang gadis masuk dengan pakaian kepolisiannya "nak? Mengapa kau tidak bilang pada ayahmu bila kau mengenali nard?" Tanya jors pada putrinya.

"Aku tidak sempat ayah" jawab elen lalu duduk di samping nard.

"Kapan kau akan melamar putriku?" Tanya jors memainkan kedua halisnya, menggoda dua insan itu.

"Apa yang ayah bicarakan?" Tanya elen bingung.

"Nard menyu---" ucapan jors terjeda, "tidak! Aku hanya ingin menyukai ayam panggang!" Ucapan nard sungguh tidak masuk akal.

"Kalian kenapa?" Tanya elen kembali.

"A-ayo kita bermain ke rumahku en!" Ajak nard menarik pergelangan tangan elen. "Mau kau bawa kemana putriku, nard? Jangan sampai kau menghamilinya!" Teriak jors lalu tertawa.

Benar saja perkataan pria itu bahwa ia mengajak elen bermain ke rumahnya hanya ingin memperkenalkannya kepada wiyna, bukan bermain seperti yang jors pikirkan. Itu terlalu gila.

"Mengapa kau begitu aneh, tuan nard?" Tanya elen masih begitu bingung. Nard gelagapan tidak jelas mengumpat tidak jelas.

"A-aku amhhh. Aku lapar!" Alibi nard kembali namun, elen tidak sungguh sungguh bingung ia juga merupakan psikologi kalau kalian lupa. Elen tertawa seketika memukul bahu nard, nard melongo dibuatnya sampai sampai ia harus membagi perhatiannya dengan jalan dan juga kepada elen.

"Emm. Mengapa kau tertawa,en. Apakah ada yang lucu disini?" Tanya nard masih mode canggungnya.

"Hahahhaha. Ya tuhan perutku sakit." Elen masih tertawa bahkan terbahak bahak sambil memegang perutnya.

"A-ada apa?" Tanya nard memberhentikan mobilnya di tepi jalan. " i am sorry tuan branard. Hahah ada yang menonjol dibawah! Hahahah" malu sudah nard saat menyadari resleting nya tidak terkunci dan terbuka sempurna.

"Hah! Aku lupa." Segera lah nard menarik resletingnya dan menutup rapat rapat juniornya yang besar juga panjang. "Pipi mu merah. Apakah kau suka melihat kejantanan pria?" Tanya nard masih agak malu.

"Tidak. Mana mungkin aku menyukainya tadi hanya hal konyol yang entah mengapa membuat ku tertawa" jelas elen lalu menengok ke samping, "apakah kau suka melihat kewanitaan perempuan?" Tanya balik elen, mati sudah nard.

"A-aku ammmm. Tidak suka melihat langsung namun, lewat media" ungkap nard menyengir,elen menggelengkan kepalanya, 'ya tuhan dia cantik sekali ketika tertawa, rasanya aku ingin membuka resleting ku lagi. Agar bisa melihatnya tertawa lepas!' Batin nard.

Menengok kembali ke wajah elen namun, sungguh nard kaget karena telah ditatap sangar oleh sang pemilik mata.

Elen menjadi datar, angkuh, juga tegas kembali, seperti sebelumnya. "Ada apa en?" Tanya nard. Elen tak membalas melainkan menatap lurus kedepan.

Menjalankan mobilnya dengan hati hati, nard akhirnya sampai di pekarangan rumahnya dan memarkirkan mobilnya disana. Terlihat mobil lain "amaira?" Nard melihat mobil juga plat nomor mobil itu yang benar saja itu adalah mobil amaira.

"Gawat!, aku harus bersembunyi tuan branard. Aku takan membiarkan misi kita sia sia!" Elen menatap nard serius. Lalu nard mengangguk.

Turunlah nard dari mobilnya seorang diri. Dengan tasnya agar amaira percaya bahwa nard baru pulang dari kantor. "Nard!" Teriak amaira lalu memeluk nard. Nard tampak risih dengan pelukan erat yang amaira berikan. Terlampau erat sampai dada wanita itu mentok di lambung nard.

"Ada baiknya kalian segera menikah" ujar wiyna yang melihat itu.

"Ibu benar nard, kita akan segera menikah. Benar?" Amaira melerai pelukannya lalu nard mengagguk agar memastikan amaira.

"Nard maukah kau tidur di rumahku?" Tanya amaira.

"Aku tidak bisa amaira, aku sibuk mengurus kantorku! Juga cafe cafe ku" tolak nard. "Apakah kau memiliki wanita lain selain ku?" Tanya amaira mengerucutkan bibirnya.

"Tidak. Aku hanya memilikimu!" Nard mengecup kening amaira. "Kapan kapan bolehkah kau mengecup dibagian sini dengan liar?" Tanya amaira menunjuk pada bibirnya yang tebal bak disengat tawon. Juga lipstik nya yang merah darah terlihat begitu tebal.

"Ya. Ketika kita sudah menikah nanti!" Ucap nard lalu melihat amaira yang begitu kesal. "Ada apa?" Tanya nard kini keduanya telah duduk di tepi kolam ikan.

"Aku ingin dikecup sekarang juga!" Amaira kesal dan mengerucutkan bibirnya. 'Manja sekali wanita ini! Rasanya aku jadi semakin semangat membunuhnya!' Batin nard kesal sangat kesal. "Aku tidak bisa berciuman!" Ucap nard.

"Aku akan mengajarimu!" Keras kepala amaira. Sungguh di dalam pikiran amaira kini hanya nard bahkan wanita itu telah menjadi bodoh karna cinta nard. "Aku tidak mau!" Nard sungguh tak sudi mencium bibir bekas amaira. Bekas yahh ini tentu bukan ciuman pertama bagi amaira namun, ia sudah banyak dicium dan mencium pria lain bahkan sampai berhubungan layaknya suami istri yang telah menikah. 'Mana mau aku mencium bibir bau mu itu?' Batin nard jijik.

"Ck. Kau tidak asik nard. Aku akan membuatmu menghamili ku. Agar kau tidak bisa kabur dariku!" Amaira berucap dengan sungguh sungguh di kepalanya yang hanya satu genggaman tangan nard penuh dengan misi misi gilanya untuk hidup bersama pria pujaanya yaitu branard coralpic, sepupu nya sediri yang bahkan amaira tidak tahu bahwa mereka masih memiliki ikatan darah.

Nard memijat pelipisnya, wiyna meletakan secangkir kopi di meja lalu duduk disebelah putranya, wiyna mengusap punggung nard memeluk putranya. Menangis, terisak di dada putranya.

"Ma- maafkan ibu nard.." ucap wiyna masih berada dipelukan putranya. Nard menggeleng ini bukan salah ibunya maupun salah nard namun, ini salah wantec yang mengawali semuanya.

"Ibu tidak bersalah. Tuan wantec yang bersalah tidak memberitahu identitas kami juga ialah penyebab kematian ayah!" Jawab nard kesal namun, yang lebih kesal ia pada anak bungsu wantec yaitu amaira.

"Salah kami juga nard. Karna tak memberitahu amaira, bahwa kalian adalah sepupu" wiyna melerai pelukannya lalu duduk, sambil memegang dadanya yang sakit namun, ia tahan.

"Aku sudah memberitahu itu bu. Namun, amaira tidak percaya karena dibawah pengaruh bibi sam. Amaira hanya mengira ia adalah anak bibi sam dan paman ziez. Mereka kejam namun, aku pun merasa kesal pada amira dia wanita licik bahkan jika ibu ingin mengetahuinya ia akan membunuh tuan edward kaka kandungnya sendiri!" Jelas nard teramat pusing disisi lain ia kasihan pada amaira namun, wanita itu tak pantas untuk diberi kata 'kasihan'.

"Apakah kau yang membunuh edward?" Tanya wiyna, nard mengangguk. "Aku tidak punya cara lain bu. Edward tidak mengerti, lebih baik aku yang membunuhnya dari pada ia harus mati ditangan adiknya sendiri!" Sungguh nard tidak mempunyai niatan untuk membunuh edward, edward lelaki baik dan ramah namun, pria itu keras kepala dan susah bila dinasehati.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa voteee

Psycopath And PolicewomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang