PAP/Eleven⚔️

35 6 2
                                    

"Kau harus menikahi amaira,nard!" Tekan wiyna memandang penuh emosi, nard ikut tersulut emosi ini yang pertama kali nard emosi kepada ibunya yang ia cintai juga sayangi.

"AKU TIDAK INGIN MENIKAH!!" Bentak nard dengan nada tingginya hingga wiyna terkejut memandang nard dengan tatapan tidak percaya,nard memandang wiyna dengan sorot amarahnya hingga urat uratnya timbul dan matanya memerah.

"Na-nard? Kau pasti bukan anakku... hikss... ka-kau bukan nard yang ku kenal..." pertama kalinya wiyna pula menangis karena di bentak oleh anaknya sendiri. Anaknya yang ia besarkan sendiri anaknya yang ia kasih sayangi penuh. Kali ini ia membentak kepadanya, rasanya dada wiyna sakit mendengar ucapan nada tinggi anaknya.

"Aku hanya belum siap.bu..." lirih nard mengecilkan suaranya bahkan amat kecil seperti bisikan. Wiyna menggeleng kepalanya kecil.

"Apa alasanmu nard? Hiks... APA?" Tanya wiyna sungguh kepalanya pening. Apa yang salah dari wiyna jujur saja seorang ibu hanya tidak ingin melihat anaknya kesepian juga sendirian tidak memiliki teman hidup terkecuali ibunya sendiri. Sampai kapan ini akan seperti ini? Apakah salah seorang ibu menjodohkan anaknya dengan seorang yang baik dan telah di yakininya akan menjadi seorang yang setia menemani hidup nard! Apakah itu salah?. Tak lebih batin wiyna mengatakan hal itu sungguh yang dihadapannya ini bukanlah seorang nard yang ia kenal!

"Maaf kan aku bu, aku yakin ibu ingin yang terbaik untukku tapi aku mempunyai suatu alasan tertentu dan ini akan sangat menyakitkan ku juga semua orang yang menyayangiku termasuk kau bu... aku tidak dapat menjelaskannya kepadamu bu. Aku sungguh merasa putus asa juga ingin merasa hidup sendiri selamanya dan hanya mencintai ibu dan diriku!" Nard mencoba menjelaskan apa yang ia rasakan harap pengertian dari wiyna.

"Sampai kapan? Sampai kapan, nard?" Tanya wiyna melemah merasakan jantungnya yang kurang sehat dan itulah penyakit wiyna yang selalu ia tahan agar tidak kambuh,

BRUKK!!!

Nard membelakan matanya melihat ibunya _wiyna_ terkapar dilantai dan memegang dada kirinya (jantung). Nard spontan mengangkat tubuh wiyna dan segera ia bawa menuju rumah sakit.

"Maafkan aku bu.." lirih nard serak berusaha tegar menahan air matanya yang ingin luruh.

Nard melihat para perawat membawa ibunya gencar dengan nard disana yang senantiasa ada disana.

"Maaf tuan. Kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien. Dan tuan dimohon menunggu diluar" ujar perawat itu lalu menutup pintunya.

Penampilan nard kacau rambut yang tadinya rapi sekarang menjadi kusut dan tak tentu arah stelan formal licinnya mendadak saja berserakan di lantai dan kemejanya kusut akibat frustasi. Nard sempat berfikir masalah seperti ini saja wiyna sampai kambuh apalagi nanti jika ibunya mengetahui segalanya. Rahasianya!

Melewat di hadapan nard seketika ada seorang gadis mengenakan pakaian rumah sakit dan gadis itu memperhatikan orang yang berada di sampingnya 'tampak kacau' batinnya. Segeralah ia mendekati pria yang entah siapa namanya guna mengambil jas yang tergeletak di depan kakinya dan ia berjalan perlahan dengan membawa tiang infusan yang merupakan infusannya sendiri.

"Tuan? Apakah ini jas mu?" Tanya gadis itu pelan namun terlihat gagah walau ia memakai pakaian rumah sakit.

Nard mendongak guna melihat siapa yang bertanya padanya. Ditatapnya manik mata itu lama dan nard mengingat sesuatu namun ia tak mengingat begitu jelas karena fikirannya tengah kacau.

"Yahh. Itu jas ku. Terimakasih" nard berterimakasih lalu gadis itu melangkah pergi entah kemana sembari membawa infusannya. Terlihat gagah tak seperti gadis pada umumnya dan jalannya pun seperti seorang pria.

Disela sela itu amaira datang karena ia sempat melihat nard di pintu utama bagian barat dan melihat pria itu yang tampak cemas dan tergesa gesa namun sayangnya amaira dipanggil oleh dokter lain untuk mengoprasi kecil dan itu waktu yang sekejap.

"Nard? Kau sedang apa dimari?" Tanya amaira mendudukkan diri di samping nard memandang takjub wajah frustasi nard yang baru ia lihat
'Masih terlihat tampan' amaira membatin.lalu lamunannya buyar kala nard memeluknya, hangat satu kata yang dapat amaira rasakan.

"Kau kenapa?" Tanya dokter bedah itu.

"Ibuku.. ia kambuh karena aku, karena dia menyuruhku untuk menikahi mu" jelas nard didalam hatinya amaira tersenyum.

"Aku turut bersedih, maafkan aku yang hadir dalam hidupmu hingga membuat semuanya menjadi rumit" amaira memasang mimik sedih.

Namun jauh sangat jauh disebelah mereka nampak seorang gadis tersenyum smirk kehadapan mereka, nard juga amaira dan menatap tajam dengan manik matanya yang berwarna biru.

"Aku akan membantumu wahai pria tinggi!" Monolog gadis itu sembari terus memasang smirknya yang  diamati akan terlihat menyeramkan dan mampu membuat bulu kuduk bediri.

Kembali kepada nard ia telah mengungkapkan masalah yang terjadi
Menjadi semakin menyesal dan amat mendalami kesedihannya.

"Nard aku sungguh mencintaimu kali ini aku serius. I love you..." bisik amaira di akhir akhir kata.

"Realy? Aku-" gantung nard,

"-masih menganggapmu seorang adik kecil" lagi.lagi.lagi. dan banyaknya lagi amaira mendengar ucapan yang sama. Jengah? Tentu. Kesal? Tentu, namun amaira akan terus berusaha menggunakan caranya kali ini ia akan menghalalkan segala caranya untuk mendapatkan nard, amaira tersenyum kecut membuang muka ke samping.

"Kalau begitu aku akan berjuang kembali untuk men-" terjeda kembali terjeda oleh jari besar nard yang sudah menempel di bibir amaira,

"Tidak perlu. Tidak perlu kau berjuang untukku" tutup nard kembali menunduk membiarkan amaira yang terus berbicara.

Ruangan itu terbuka menampilkan seorang dokter serta perawat perawat membawa wiyna yang sudah dipasang alat alat yang mungkin itu adalah hidup dan mati wiyna.

"Tuan bisa kita bicara?" Tanya dokter itu serius.

"Kami harus segera menjalani operasi jantung nyonya wiyna. Jika tidak kami akan kehilangannya untuk selama lamanya" DEG! Jantung nard berpacu cepat melihat wiyna dengan mimik bergetarnya.

"Lakukan yang terbaik dok... sa-saya mohon!" Mohon nard lalu dokter itu menganguk lalu menatap amaira yang sangat kebetulan ia perlukan.

"Dokter amaira kita bersiap" ujar dokter itu lalu melangkah menuju ruang operasi juga nard dan amaira.

"Aku akan berusaha!" Ucap amaira meyakinkan.

"Ku serahkan ibuku padamu" ucap nard dengan nada pasrah. Pasrah. Jikalau sesuatu buruk terjadi!

Amira masuk kedalam ruang operasi dan sudah mengganti pakaiannya serba hijau juga masker yang menempel di wajahnya ia mengambil peralatan terlihat lincah dan santai dokter membantu namun segera amaira tolak amaira melakukannya seorang diri. Perawat hanya mengambilkan apa yang dibutuhkan amaira. Amaira tersenyum kala melihat wajah wiyna dan melihat keadaan wiyna sangatlah menakjubkan 81 angka yang tertera di komputer itu,
.
.
.
.
.
.
Three up aku lohhh...-,-

  

  

Psycopath And PolicewomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang