PAP/Threeteen⚔️

32 6 0
                                    

Votee dongg
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nard berjalan menuju kamar wiyna, ia seorang diri karena amaira sedang ada jam operasi mendadak sehingga ia harus pulang seorang diri.

Masih amat bingung dengan tingkah laku amaira, yang seolah mencurigakan dan masih amat bingung pula dengan tingkah wiyna yang seolah ada sesuatu yang ingin disampaikan.

Nard membuka pintu ruangan ibunya berada. Ia syok,"amaira?" Wanita anggun itu menoleh lantas tersenyum." Bukan kah kau sedang ada jadwal operasi?" Tanya nard.

"Ya. Aku sudah selesai, itu hanya operasi kecil dan aku menyempatkan datang untuk sekedar melihat kedaan ibumu" balas amaira lalu melirik ke arah wiyna, wanita paruh baya itu mengangguk kecil dan tersenyum.

'Mencurigakan!' Batin nard.

"Aku akan membayar administrasi" nard pamit kembali lalu melangkah menjauhi kamar yang di tempati ibunya. Nard tersenyum smirk.

"Lihat saja permainan ku nona amaira mojahara crosic!" Monolog nard, tersenyum smirk.

Berjalan guna mengawasi kedua manusia itu lewat cctv yang sudah ia pasang di tempat tertentu, nard melihat wiyna dicekik, ditunjuk, sampai wanita paruh baya itu menangis kesakitan akibat cekikan kuat yang amaira berikan.

"Sialan," umpat nard,

"Kau tidak bisa melawannya lewat cara seperti ini, kau harus sabar menghadapinya. Ia keturunan iblis crosic, mereka mempunyai caranya sendiri agar lawan panas melihat kelakuannya yang disengaja. Dan akan mudah ia menghapus rekaman itu dan akan mudah pula baginya untuk melaporkan mu pada kepolisian atas tuduhan palsu" jelas wanita yang sedari tadi memperhatikan nard jauh dua kursi darinya.

"Kau?" Tanya nard melihat mata yang ia kenal juga wajah yang ia kenal. "Polisi yang hampir menangkapmu dua bulan kebelakang!" Nard membelakan matanya, ia tidak salah orang,polisi cantik itu kembali datang padanya dan sudah mengetahui identitasnya. "Ba-bagaimana kau tahu?" Tanya nard terbata bata.

"Namamu branard coralpic, anak dari wiyna sanam dan bruward joralpic, terlahir dari keluarga sederhana dan ditinggalkan oleh bruward sedari umurmu 13 tahun, umurmu sekarang 30 tahun menuju 31 tahun berpropesi sebagai pembunuh bayaran juga psikopat kejam yang bahkan kepolisian tidak dapat megenali jejakmu. Terakhir membunuh wantec crosic yang diperintahi oleh danie yang merupakan kaka ipar wantec sendiri. Bukan begitu tuan branard?" Tanya gadis itu, nard tertegun mendengar semua kata dan setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu. Terlihat amat santai dan kelewat santai ditambah perkataanya yang benar membuat nard kembali bertanya 'apakah tugas polisi seperti ini?' Gumam nard.

"Siapa kau?" Nard dengan lihai mengeluarkan pistolnya yang sedari tadi menyelip di dalam jasnya. "Tenang lah tuan branard, kau akan menyesal bila membunuhku!" Ujarnya santai bahkan masih memasang senyumnya namun, tidak cocok dengan mukanya yang teramat sombong.

"Aku elen jorsica rosejack putri tunggal jors rosejack dan carisa betric" ucapnya mengulurkan tangan sedetik itupun nard menurunkan senjatanya, nard membalas tangan gadis itu dengan menatap tidak percaya mengapa harus putri jors yang ia sukai? Nard mengutuk dirinya telah menolak mentah perkataan jors sewaktu itu.

"Tidak usah terkejut, aku hanya ingin membalas budiku saja padamu karena telah membantu membayar administrasi selama aku di rumah sakit!" Ucapnya begitu tegas dan ketus. "Kau ingin membantu apa?" Tanya nard sembari terus melihat wajah gadis itu yang seketika dibalas tatapan tajam.

"Tidak usah memandangku sepeti itu! Aku bukan patung." Ketusnya lagi.

"Sorry.... em apa rencanamu?" Tanya nard menatap elen serius. "Kita cari tempat lain, disini sangat berbahaya. Banyak mata-mata!" Bisik gadis itu di sebelah telinga nard sembari melirik kesudut lain, begitu tajam matanya.

Elen menarik tangan nard membawa nard keluar dari rumah sakit, meninggalkan wiyna yang masih di cekik oleh amaira. Gadis itu masuk ke dalam mobilnya dan tentu nard memasuki kursi samping pengemudi, nard melirik elen sejenak lalu bertanya, "kita akan kemana?" Tanya nard. Elen tak menjawab melainkan mengemudikan mobilnya cepat sampai sampai nard memegang dadanya terkejut kala elen membantingkan stirnya di tikungan tajam.

"Apa kau sudah tidak waras?" Tanya nard memandang wajah elen namun, sama sekali tidak elen jawab gadis itu lebih suka menjawabnya dengan sebuah isyarat mata, senyuman, juga jarinya.

Mereka telah tiba di sebuah bangunan kuno besar dan terbengkalai, "ayo!" Satu kata dari elen.

Nard keluar mengikuti langkah elen yang gontai seperti pria, elen mengikat rambutnya mendadak entah sebuah ikat rambut dari mana sedetik itu pun rambut elen sudah terikat sempurna menampilkan lehernya yang berkulit kuning langsat.

"Kemarilah!" Elen melambaikan tangannya entah tempat apa ini namun, disini terdapat sebuah papan tulis besar juga banyaknya foto foto ditempel disana dan diberi cakra dengan cat berwarna merah.

"Ini adalah markas ku jangan terkejut melihat markas ku yang jelek ini, bangunan ini turun temurun hingga jatuh di tanganku dan ini sebuah peninggalan kepala kepolisian kami yang telah tewas karena ditembak oleh musuh kami pada saat itu dan mengalami pendarahan akhirnya ia meninggal saat di bawa menuju rumah sakit. Sebelum ia meninggal ia telah mewariskan markas ini kepada ketua kami yang ke 2 dan seterusnya hingga jatuh kepadaku" nard tak berkedip apakah elen memang seperti ini? Pada saat ia bertanya gadis itu sama sekali tidak menjawab nya namun, pada saat ia tak bertanya tiba tiba ia langsung menjelaskannya dengan detail.

"Yahh. Aku memang seperti apa yang sedang kau fikirkan sekarang" celetuk elen nard cukup terkejut ternyata gadis ini juga seorang psikologi sama sepertinya.' Gadis yang langka!' Batin nard.

"Umm. Lalu apa yang akan kau lakukan kepada amaira mojahara crosic?" Tanya nard, lantas elen menarik dalam nafasnya.

"Terutama aku merencanakan sesuatu sebelumnya aku telah menyelidiki kasus amaira mojahara crosic dan yang dari info yang aku cari dia benar benar mencintaimu tulus tuan branard namun, ada sebuah dendam yang masih belum terbalas padamu!" Elen mengetuk-ngetuk meja dengan kukunya tengah berfikir, beda halnya dengan nard yang kini telah memperhatikan wajah elen penuh kagum. 'Dia juga pintar' batin nard lagi.

"Rencanaku lumayan rumit tuan branard namun, ini sangat efektif dan membuat amaira dan semua kelompoknya bisa menjadi bingung dan kehilangan cara" lanjut elen lalu memandang dalam nard. Nard mengangguk, "bagaimana rencana mu?" Tanya nard menaikan satu halisnya dan kini memangku satu kakinya terlihat gagah juga tampan.

"Dengan menjebaknya dan merumitkan rencana kuno ku. Itu bersangkut paut denganmu tuan branard, Saat ini amaira tidak tahu kau telah bersamaku itu ada baiknya dan membuatnya jatuh hati padamu" nard mengerutkan keningnya, "maksudmu berpura pura mencintainya?" Tanya nard dengan pandangan yang santai elen mengangguk lalu mereka sama sama  tersenyum smirk.
.
.
.
.
.
.
.
Makasih yang udah votee

Psycopath And PolicewomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang