PAP/ fourty nine⚔️

21 3 0
                                    

Elen tidak bisa tidur, biasanya ia akan tidur bila sudah jam 12 malam. Ia memikirkan esok bagaimana? Apakah ia akan menjadi seorang istri dan seorang ibu?

Sungguh bila seperti ini ia belum siap menghadapi semuanya. Bagaimana bisa ia meninggalkan pekerjaannya yang sudah lama ia kerjakan dan tentu saja ia menikmati rasanya menjadi polisi wanita, lalu bagaimana dengan perjuangannya dari awal merintis menjadi polisi biasa? Hingga sekarang ia dipercaya menjadi pemimpin. Ia sungguh menikmati profesinya bahkan mencintai profesinya. Bagaimana ini?

Mau dibatalkan pum sudah tidak akan bisa, karna undangan telah tersebar bahkan tamu penting dari negara lain pun akan datang dalam pernikahannya dengan nard.

"Bagaimana ini?" Monolog elen. Ia turun ke bawah untuk memakan camilan.

Ia mengambil beberapa camilan lalu duduk di sofa sambil melamun. Memikir keras hingga urat di kepalanya samar samar terlihat.

"Elen?" Tanya carisa dari belakang, ia melihat putrinya tengah melamun. Carisa tahu ala yang tengah dipikirkan putrinya saat ini.

Carisa mendekat, lalu duduk di samping putrinya. Mengusap punggung anaknya.

"Ibu tahu kau belum siap meninggalkan pekerjaan mu" tebak carisa, elen menoleh berkontak mata dengan sang ibu.

"Benar bu, aku bingung disisi lain aku mencintai nard namun disisi lain aku tidak ingin meninggalkan pekerjaanku yang sangat aku cintai pula" elen berucap lalu mendengus.

"Ibu pun seperti itu dulu" ucap carisa tersenyum. Elen melotot setahu nya ibu nya tidak pernah kerja dulunya.

"Ibu dulu bekerja sebagai pembuat baju di butik. Ibu merajut, ibu menjahit dan ibu pun mendesain baju. Ibu sangat mencintai pekerjaan ibu, namun ibu bertemu ayahmu dan ayah mu ingin ibu menikah dengannya. Ibu pun di landa kebingungan pada saat itu" carisa tersenyum pada putrinya lalu mengusap rambut lurus putrinya.

"Lalu ibu memilih pekerjaan atau memilih menikah dengan ayah?" Tanya elen sangat penasaran pasalnya cerita itu menggantung.

"Ibu memilih menikah dengan ayahmu" ucap carisa tersenyum seraya nostalgia.

"Mengapa ibu memilih ayah? Bukan kah ibu mencintai profesi ibu?" Tanya elen lagi. Benar benar penasaran.

"Nene mu dulu berkata pada ibu, 'rumah tangga jauh lebih penting dari profesi mu nak, profesi mu hanyalah jalan untukmu mencari uang bukan kebahagiaan' akhirnya ibu mengerti apa yang dikatakan nene mu, ibu pun mengerti walaupun ibu sangat mencintai pekerjaan dan selalu bahagia saat bekerja. Namun, hidup dengan ayahmu sangat sangat bahagia. Terkadang kita harus kehilangan suatu kebahagiaan demi kebahagiaan yang lebih besar" ucap carisa, ia menangis.

Air mata nya mengalir, teringat saat ibu nya mengatakan itu dan satu minggu setelah carisa dan jors menikah ibu carisa meninggal dunia.

"Ibu hiks... pun ingin melihat kau bahagia dengan nard dan memiliki anak" carisa memeluk putrinya. Hanya elen anak yang ia punya, sejujurnya ia pun tidak ingin putrinya jauh darinya namun, ini demi masa depan juga kebahagiaan putrinya.

"Ini sulit untukmu elen namun, kebahagiaan pun sulit di temukan. Ibu tahu dan ibu percaya pada nard maka dari itu ibu titipkan kau padanya agar menjaga dan menemanimu hingga tua nanti" ucap carisa lagi ia terus menangis.

Elen ikut menangis memeluk sanga ibu, ia memang harus merelakan salah satu dari yang ia cintai dan ia akan merelakan pekerjaanya demi nard.

Keadaan yang sama hanya saja nard kini bersama xander, pria itu banyak dinasihati oleh sang ayah walaupun xander ini sangat mesum + aga gila dan bahkan dia pun tidak mengurus dan membesarkan nard. Namun, ia memiliki jiwa dewasa.

Psycopath And PolicewomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang