PAP/ fourty three⚔️

16 3 0
                                    

Terbang kembali menuju los angeles, nard segera pergi menuju kantornya. Dengan gagah nan gontai pria itu berjalan, itu yang selalu membuat para karyawan wanita menjerit jerit.

Memasuki ruangannya, melihat danie yang duduk dengan mata merah juga dengan pakaian yang kusut termasuk mukanya.

"Kau dari mana saja?" Kesal danie berdiri dari kursi syaiton itu. Nard tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Apa yang sudah kau dapatkan mengenai ayahmu?" Tanya danie lalu duduk bersamaan mereka di sofa.

"Aku sudah mengetahui nama neneku dan marga ayah kandungku" jawab nard.

"Siapa nama nene dan margamu?" Tanya danie masih kepo.

"Nama neneku zenifer heraxi, katanya dulu pun dia seorang pembisnis kaya dan aku pun sudah membuktikannya dengan melihat rumahnya yang bak istana dan terlihat sama seperti foto yang ada di kamar ibuku!" Jelas nard sembari memangku kakinya lalu menyenderkan dirinya.

"Lalu margamu?" Tanya danie yang membuat nard seketika terdiam.

"Entahlah tapi aku harus mengatakan ini! Marga ayahku adalah crosic!" Danie melongo dibuat nard.

"Wait. Bukankah dulu ayahmu bruward bermarga yang sama?" Tanya danie masih bingung terasa ada yang mengganjal.

"Aku pun tidak tahu menahu tapi aku akan terus menyelidiki ini, banyak orang bilang ayahku pun seorang pembisnis termana di amerika!" Nard memasang mimik bingung dan serius.

"Pembisnis ternama?" Tanya danie mengulang kata yang sempat nard sebutkan. 

Nard mengangguk, "tetapi siapa? Pembisnis atau konglomerat di amerika banyak" nard mengerutkan keningnya semakin bingung.

"Jika info yang ada benar berarti ibumu yang telah membohingimu!" Tebak danie. "Mungkin saja" jawab nard menaruh curiga pada ibunya.

"Ohh ya, ini jadwal mu hari ini!" Danie memberikan kertas jadwal pada nard, nard menghela nafas. Sungguh, ia sangat letih.

"Umm, tadi kau menelfonku, ada apa?" Tanya danie menaikan satu halisnya. Sungguh hidup sahabatnya ini penuh misteri.

Nard mengubah ekspresinya menjadi panik dan bingung. Sampai sampai ia memukul dinding.

"What happen, nard?" Tanya danie kembali.

"A-aku.... a-akuu meniduri seorang wanita!" Ucap nard terbata, ekspresi danie sekarang menganga dan membelak.

"What? How could it be?" Tanya danie dengan ekspresi serius juga ikut panik.

"Entahlah! Aku semalam mabuk sampai menghabiskan banyak minuman, lalu aku tidak mengingat apa apa lagi dan yang kurasakan tubuhku panas saat bangun dan aku melihat kamar yang asing ternyata itu vila dan aku sudah telanjang dengan selimut tertutup! Tidak ada siapa siapa disana!" Nard menjelaskan apa yang terjadi dan apa yang ia rasakan.

"Omg! Bagaimana bila wanita itu hamil?" Panik danie.

"Hah? T-tapi aku tidak merasakan batangku berkedut atau pun linu" aneh nard.

"Tapi tetap saja kau meniduri wanita!" Teriak danie, gedeg dengan sikap nard.

"Bagaimana ini?" Panik nard.

"Entahlah! Siap siap kau menjadi seorang ayah dan kau akan melepas elen selamanya!" Ucap danie yang membuat nard semakin panik.

"Bagaimana bila wanita itu hamil?" Tanya nard. Danie mengepret nard menggunakan kertas.

"Nikahi saja, bodoh!" Ucap danie lelah, ancang ancang memukul nard.
            
Malam...

Nard memaksakan dirinya, ini clien terakhirnya jika ia boleh menunda ini akan langsung ia tunda jauh jauh hari. Namun, ini perihal perusahaannya.

"Selamat malam tuan branard" datanglah pria paruh baya dengan stelan formal namun terlihat gagah.

"Selamat malam juga untukmu tuan...?" Nard lupa nama pemilik perusahaan besar itu namun ia mengingat nama perusahaannya saja.

"Panggil aku xander saja" ucap pria paruh baya itu, nard mengangguk ngangguk.

"Silahkan duduk!" Pria paruh baya itu duduk dengan tegap seperti nard.

"Terimakasih" pria itu tersenyum. Nard balas dengan senyum tak kalah ramah.

Nard memanggil pelayan dan memesan makanan untuk dinner dan sedikit minuman alkohol.

"Jadi emm.. tuan xander, bagaimana menurutmu perihal kerja sama perusahaan kami?" Tanya nard mulai membahas ke inti.

"Aku sangat setuju lagi pula perusahaan kami pun kebetulan sangat butuh bantuan kalian" jawab xander.

"Hehhe, aku hairan tuan xander, perusahaanmu sangatlah banyak dan terkenal hampir mendunia tapi kau malah ingin bekerja sama dengan perusahaan kecilku yang tidak ada apa apanya" nard terkekeh merasa hairan saja.

"Karna kerja perusahaanmu kudengar sangat bagus dan akhir akhir ini omset kalian pun meningkat, maka dari itu aku memilih perusahaan kalian" jelas xander.

"Baiklah, semoga kami dapat membantu kendala kalian" ucap nard, sebenarnya perusahaan xander yang membantu perusahaan kecil nard.

"Baiklah" sepakat keduanya.

Diam diam xander tersenyum haru dan merasa bersalah.

"Kalo boleh aku tahu, ada apa dengan mu tuan nard? Wajahmu terlihat lesu tak bersemangat" xander menilik wajah putranya.

"Hmm. Tidak, aku tidak apa apa. Hanya ada kendala dihidupku saja" ucap nard tersenyum lebih tepatnya memaksakan senyumannya.

Mereka makan bersama dengan gaya makan yang sama, sungguh muka keduanya sangat mirip.

"Oh ya, pertanyaan ini mengganjal dikepalaku" ucap nard setelah menghabiskan makanannya.

"Ada apa tuan nard?" Tanya xander

"Mengapa jika dirasa kita sangat mirip?" Nard mengambil handphone dan membanding fotonya dengan muka xander.

"Hehehe. Itu mungkin perasaanmu saja. Tuan nard" xander terkekeh merasa lucu. Sungguh ia telah gagal menjadi ayah, membiarkan anaknya haus akan kasih sayang ayah.

"Kau mengingatkan ku tentang ayahku" nard tersenyum masam.

"Why?"

"Entahlah mungkin aku adalah beban dan aibnya sehingga ayahku tidak pernah menemuiku sama sekali, menampakan wajahnya saja tidak sama sekali." Ucap nard, sungguh walau pun umurnya sudah kepala 3, tetap saja ia masih ingin merasakan keberadaan seorang ayah dihidupnya.

"Aku mencoba terus menerus mencarinya namun, nihil."

"Aku hanya ingin menanyakan sesuatu pada ayahku, apakah aku ini adalah aibmu? Sehingga aku harus diacukan?" Nard menunduk, kesedihnya menjadi datang kembali.

Menegak minuman beralkohol,

"Masalah keluarga, pertemanan, percintaan membuatku sangat membenci semua itu" ucap nard mulai tak sadar bila ia sudah bercurhat pada ayahnya sendiri.

Xander meitikan air mata lalu sedetik itupun ia menghapusnya dengan kasar.

"Kau tidak bersalah tuan nard, kau pum bukan aib ayahmu" ucap xander berusaha menyemangati nard.

"Kau berbicara seolah olah kau adalah ayahku" ucap nard, kesadarannya mulai menurun.

"Aku hanya memberi masukan padamu" jawab xander sama sama meminum minuman beralkohol itu.

Tetapi xander tidak akan mabuk karna ia sudah terbiasa meminum minuman beralkohol.

"Aku akan mengantarmu pulang" ucap xander melihat nard sempoyongan.

Xander menelfon ajudannya menyuruh membawakan mobil nard ke rumahnya dan ia yang akan mengantar putranya dirasa masih sangat rindu sekaligus ia ingin melihat mantan istrinya.

Ia syok ternyata rumah yang ia berikan kepada wiyna masih mereka tempati dan mungkin akan direnovasi karna ada banyak barang barang.
.
.
.
.
.
.
.

Dont forget to vote and follow. 🥂🥂

Psycopath And PolicewomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang