PAP/twenty one⚔️

24 6 1
                                    

Pagi datang nard terus saja kepikiran tentang kondisi elen saat ini, paman jors mengatakan bahwa elen demam tinggi dan tidak enak badan. Namun, gadis itu terus memaksakan diri untuk bekerja.

"Mengapa en sangat keras kepala!" Geram nard dan pada akhirnya pria itu memutuskan untuk pergi ke kepolisian namun, mereka sudah memiliki rencana tentang pembunuhan pria tersebut.

Terbayang terus terbayang bagaimana jika orang suruhan nya buka mulut? Namun, nard akan menanggung resikonya tapi satu yang selalu ia fikirkan ia takut amaira membalas kan dendam tersebut pada wiyna juga elen.

"Akhhhh!" Frustasi nard ia pun kini harus memikirkan cara agar amaira tidak mengenal ataupun mengetahui elen, nard hanya tidak ingin gadis itu terluka.

Sampailah nard di kepolisian mencari elen di ruang kerjanya dan ternyata gadis itu sedang tidur dengan posisi duduk, nard terkekeh melihat wajah gemas elen seakan ia ingin sekali mencubit pangkal hidung gadis itu.

"Ekhemm, en!" Deham nard agar gadis itu bangun dari tidurnya. Namun, diluar dugaannya elen bahkan tak terusik sama sekali.

Ide jahil terlintas dibenak nard,

Ia mencubit pangkal hidung elen sampai sampai gadis itu terbangun karna sesak nafas.

"Ck... APA KAU SUDAH TAK WARAS?" Kesalnya padahal wajahnya pucat namun garangnnya tidak hilang, pikir nard.

"Maafkan aku en tapi aku terpaksa karena kau tidur terlalu pulas" nard menunduk merasa bersalah pula.

"Ada keperluan apa kau kemari?" Tanya elen ketus juga cepat.

"Aku membawa ini untukmu, ibuku yang membuat!" Jawab nard memberikan sekantong keresek yang berisikan obat obatan.

"Terimakasih. Titipkan salam ku untuk ibumu" jawab elen menatap nard sejenak, memikirkan apa yang ada di isi otak pria itu.

"Aku harap kau jangan terlalu berlebihan tuan branard, aku merasa risih karena perhatian mu!" Ungkap elen memang benar. Belakangan ini ia sangat merasa tak nyaman bila berada di dekat nard, elen takut nard berbuat yang tidak tidak padanya.

Elen bukan tipikal orang yang ingin selalu diperhatikan. Ia tak seperti wanita lain yang ingin perhatian dari seorang lelaki, elen merasa jijik juga takut di waktu yang bersamaan ketika ada lelaki yang memberikannya perhatian lebih dan elen pun wanita normal walaupun ia bisa segalanya namun, sekuat kuatnya tenaga elen tak bisa di samakan dengan tenaga pria. Ia hanya takut itu terjadi karena yang elen tahu nard itu mesum.

"Aku cemas padamu jadi aku perhatian padamu" jawab nard seadanya entahlah nard pun tak bisa membaca pikiran elen saat ini sungguh sulit ditebak. Bahkan tak tahu bahwa elen takut padanya yang nard tahu ia adalah gadis yang pemberani.

"Tidak usah mencemaskan ku. Pikirkan saja dirimu sendiri, aku bisa berbela diri! Lagi pula aku seorang polisi!"elen berdiri lalu beranjak pergi dari sana.

"Tunggu en!" Panggil nard. En pun menghentikan langkahnya.

"Ada apa lagi?" Tanyanya.

"Soal kasus itu" bisik nard lalu mendekat pada en.

"Kau sudah menyuruh orang untuk kemari?" Tanya elen, nard mengangguk lalu menghela nafas.

"Aku berjanji takan mencemaskan mu lagi namun, kali ini aku benar benar cemas karena aku takut orang itu buka mulut pada crosic dan pada akhirnya mereka dendam pada ku namun jika dirimu bersangkut paut dengan ku aku tidak yakin kau akan selamat, en!" Jelas nard. Lalu kembali menunduk.

"Jangan pikirkan itu, aku akan selamat. Tenang saja!" Ucap elen agar nard tenang dan berfikir jernih.

"Aku tahu orang itu siap mati untuk menuntut crosic namun, walau pun orang itu mati crosic akan mudah mencari tahu!" Sungguh nard sudah kehilangan idenya untuk ini karena bersangkut paut dengan nyawa ibunya juga pada elen.

Psycopath And PolicewomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang