PAP/fivety two⚔️

14 3 2
                                    

Kini keduanya telah bangun dari tidur sambungnya, mereka tidak bangun di siang hari melainkan sudah sore hari.

Keduanya bangun dengan wajah yang terlihat kusam akibat keringat. Keduannya berpelukan mesra.

"Mandi bersama?" Tawar nard agar elen tidak terpaksa. Elen mengangguk.

"Tapi vaginaku sangat nyeri!" Keluh elen. Ia bergelanyut manja di rahang nard yang membuat nard tersipu.

Nard mengangkat tubuh elen bak cinderella ia membawa tubuh elen di bak mandi. Menyalakan sower lalu mereka mandi dengan baju yang masih menempel.

Membuka baju dihadapan elen ia memperlihatkan betapa gagah dirinya. Nard pun batangnya yang bergelantung tegak.

"Mengapa dia menegang?" Tanya elen.

"Sebab ada dirimu!" Jawab nard lalu tertawa, ia mengangkat elen dan mendudukan wanita itu di closet lalu membuka baju nya.

Mengambil shampoo juga sabun lalu ia menyabuni dirinya dan istrinya. Ia akan membuang aksi solonya dengan para sabun sebab pujaan hatinya telah melekat padanya.

"Mengapa sabun itu bolong?" Tanya elen merasa heran.

"Ohhh ini? Ini karna ada cacing besar yang awalnya besenyaman di sana" jawab nard enteng.

Lalu keduanya tertawa bersama. Sebab elen tidak sepolos itu! Ia tahu semuanya bahkan sampai wiyna pernah berkata bahwa nard pernah solo dengan menyebut namanya hingga berteriak.

Mereka bermandi dengan biasa, tidak ada adegan panas dan sebagainya.

Setelah selesai dan sama sama telah memakai baju yang couple mereka pergi dengan menggunakan black lamborgini milik nard.

"Kau akan bawa aku kemana nard?" Tanya elen. Sekarang pun wajah elen telah segar, sudah tidak terasa sakit tetapi masih terasa linu.

"Kita akan pergi ke kebun binatang" jawab nard sempat terkekeh.

"What? Yang benar saja" elen ikut terkekeh ia sangat bahagia bersama nard. Kisah cinta yang lumayan aneh dan penuh dengan drama.

"Aku masih ingat dimana kau menangis melihat mayat sialan itu dan kau mengira itu aku" elen tertawa mengingat nostalgia itu.

"Kau tahu? Disitu aku menangis dan merasa dunia ku hancur mrs. Crosic" nard tidak bisa membayangkan bila elen tidak ada di sampingnya.

"Dan kau tahu? Aku tidak bisa hidup tanpamu" nard melirik elen yang tersenyum ke arahnya. Elen memeluk lengan suaminya.

"Aku menyayangimu mr. Psikopat!" Ungkap elen, nard mengusap tangan halus istri garang nya.

"Um, aku pun sangat sangat menyayangimu mrs. Policewoman" mereka terkekeh bersama, bercanda bersama.
                   ___________________

"Nard, aku ingin berfoto dengan monyet itu!" Elen menarik tangan suaminya.

"Oke baiklah" nard hanya menuturi perkataan elen. Ia mem foto istrinya dengan monyet yang sedang tersenyum geli.

Nard merasa geli pada hewan satu itu ia sangat jiji dan entahlah ia tidak suka.

"Apakah hasilnya bagus?" Tanya elen. Nard mengangguk.

"Apa kau tidak jijik dengan hewan itu?" Tanya nard, elen yang sedang melihat foto foto nya berhenti lalu menatap nard dengan wajah kesal.

"Aku menyukai hewan itu!" Ucap elen yang membuat nard kaget tapi tidak ia ekspresikan.

"Oh, maafkan aku" ucap nard.

Elen terus berjalan jalan di tengah tengah hewan hewan. Sesekali wanita itu memotret hewan dan sesekali pula nard mempotret elen dengan hewan hewan, dan kalian tahu? Wanita itu sama sekali tidak takut dengan hewan hewan buas.

Sikap elen menjadi sedikit manja sejak mereka akan menikah. Entahlah mungkin itu sikap yang wajar.

"Nard belikan aku monyet!" Elen meminta permintaan untuk yang pertama kalinya.

"Huuh, baiklah aku besok akan membeli dua ekor monyet for you" nard menghela nafas tak bisa membantah istrinya yang kepalang ia cintai. Lagi pula monyet tidak ada apa apa nya di banding istrinya yang ia cintai.

"Sayang? Mari kita makan siang" elen mengiyakan ajakan nard dengan senang hati karna suaminya akan membelikannya dua ekor monyet.

Mereka makan dengan tenang hingga dimana ia melihat amaira bersama danie. Mereka tertawa bersama dan terlihat danie yang mengusap perut buncit amaira.

"Nardd!!" Panggil danie. Nard hanya tersenyum.

Mereka terlihat mendekat, wajah elen menjadi tersenyum senang melihat kedatangan amaira.

"Amaira?" Panggil elen. Mereka berpelukan lalu saling tertawa.

"Apa kabar mu?" Tanya nard lalu duduk santai dengan danie.

"Aku baik. Mengapa bisa dua orang mengerikan macam kalian kesini?" Tanya danie,Nard terkekeh.

"Aku yang mengajak elen kemari, aku pikir dia tidak menyukai tempat ini tapi dia benar benar pecinta fauna sampai sampai dia menyuruhku membelikan dua ekor monyet" nard melirik sahabatnya yang tertawa.

"M-monyet? Hhahahah" danie tertawa entahlah disaat orang orang bahkan tidak menyukai hewan itu namun elen berbeda.

"Hehehe aku jadi gemas padanya. Dia lebih manja dari yang ku kira" nard memandang elen yang tengah berbicara ria dengan amaira.

"Ya begitulah wanita dan kau harus ekstra sabar jikalau elen hamil. Lihatlah wanita itu! Bulat macam bola namun manja nya kelewatan" danie terkekeh ia menunjuk amaira yang tengah mengandung.

"Entahlah danie, elen sepertinya tidak minat. Ia mencintai pekerjaannya itu" nard mengingat saat elen tidak ingin melepaskan pekerjaannya.

"Huuh nanti pun, dia pasti ingin memiliki anak karna melihat amaira" danie menengok ke arah nard, Nard hanya menggeleng mana mungkin elen ingin mengandung bahkan dia lebih lebih mencintai pekerjaannya.

Amaira dan elen sangat dekat bahkan mereka pun bersahabat sekarang, seperti suami mereka. Berghibah itu ternyata begitu menyenangkan.

"Apakah dia bergerak?" Tanya elen melihat perut buncit amaira. Amaira mengangguk semangat.

"Dia menendang perutku" ucap amaira lalu ia mengelus kaki putrinya yang tengah ia kandung.

"Apakah itu sakit?" Tanya elen meringis saat amaira memasang wajah tertahan.

"Tidak sakit hanya sedikit linu saja dan ini yang membuat ku sangat senang" jawab amaira terkekeh.

"Bagaimana denganmu en? Apakah kau tidak berminat memiliki anak?" Tanya amaira, elen menghela nafasnya.

"Aku sangat ingin memiliki anak sepertimu dan bisa merasakan rasanya mengandung namun bagaimana dengan pekerjaanku?" Bimbang elen ia menatap kosong ke depan.

"Ketahuilah bahwa wanita akan selalu memilih anak juga suami di bandingkan dengan pekerjaan. Aku pun begitu, aku rela meninggalkan pekerjaanku sebagai dokter karna anak juga danie suamiku. Bukan karna terpaksa namun selagi kebutuhan kita sangat terpenuhi mengapa tidak?" Jelas amaira.

"Lagi pula mengandung sangatlah enak, kita bisa sangat sangat manja kepada suami kita" amaira terkekeh benar benar ia menikmati rasanya mengandung.

"Benarkah? Aku jadi ingin memiliki anak" elen menekuk bibirnya ke bawah, mengingat betapa kejamnya ia saat itu memilih pekerjaannya di bandingkan suaminya.

"Mengapa kau sedih?" Tanya amaira.

"Aku sedih, nard mungkin sangat sedih jauh lebih sedih dari ku" ucap elen, ia melihat suaminya yang tengah berbincang dengan danie.

"Karna kau memilih pekerjaanmu, di bandingkan suamimu?" Tebak amaira, elen mengangguk lemas.

"Aku punya ide" amaira tersenyum geli, entah apa ide wanita hamil itu.

Psycopath And PolicewomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang