17-Rose Verte

40 12 19
                                    

***

"Tolong berhenti di depan saja!" ujar Rebecca pada Moeza yang membuat Blue tersadar kembali dari lamunan.

Moeza lekas membawa mobilnya untuk menyingkir dari jalan, perlahan berhenti tepat di depan jalan yang Rebecca minta.

"Rumahmu di sekitar sini?" tanya Moeza masih dengan keramahan hatinya.

"Um! Terima kasih banyak, Nyonya!" ungkap Rebecca seraya membuka pintu untuk turun. Namun, Blue pun ikut turun bersama gadis tersebut.

Melihatnya, Moeza lekas menurunkan kaca jendelanya, dan bertanya pada Blue yang tiba-tiba saja turun tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Apa rumahmu juga berada di sekitar sini, Arcean?" tanya Moeza yang membuat Blue mengangguk ringan.

"Terima kasih atas tumpangannya," ujar Blue dengan wajah lelah.

Moeza hanya tersenyum, setelah itu mempersiapkan diri untuk kembali menyetir dan berlalu.

"Bukankah rumahmu berada di daerah selatan, Blue?" terka Rebecca merasa janggal.

"Um, aku hanya ingin memastikan jika kau pulang dengan selamat." ungkap Blue tanpa ekspresi, seraya berjalan meninggalkan Rebecca agar menyusul.

"Eh...? Aku akan sangat merepotkan mu jika demikian," ujar Rebecca menyusul langkah temannya tersebut.

"Semakin merepotkan, semakin bagus." ujar Blue melirik dengan senyum tipis ke arah Rebecca.

"Apanya yang bagus? Aku hanya akan semakin merasa berhutang budi kepadamu." gumam Rebecca memanyunkan bibirnya.

"Memang itu tujuan ku." aku Blue percaya diri.

"Hah...?"

"Ahaha, kau masih tidak paham rupanya." kekah Blue menggoda Rebecca.

"Huh, mentang-mentang aku tidak sepandai dirimu!" ketus Rebecca sedikit kesal.

"Bukan aku yang berkata demikian," balas Blue santai.

Keduanya berjalan sembari bertukar tawa. Walau baru berkenalan dua hari ini, Blue tidak terlalu kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan Rebecca. Pasalnya, gadis itu adalah anak yang benar-benar baik dan periang. Ia dapat dengan cepat bergaul lantaran sifat ekstrovet yang mendominasi.

"Sampai sini saja, Blue." ujar Rebecca setibanya di depan jembatan kompleks.

"Aku bisa masuk sendiri ke dalam, pulanglah," anjur Rebecca menyarankan.

"Tidak. Ini sudah terlalu malam, Becca, tidak baik meninggalkan seorang gadis cantik sepertimu, berjalan seorang diri di malam hari." kata Blue menolak, dengan cara yang terbilang manis.

"Ahaha, lantas mengapa jika malam, Blue?" tanya Rebecca merasa tersanjung.

"Aku sudah terbiasa pulang sendirian. Lagipula, ini masih ramai, Blue," lanjut Rebecca sembari memperhatikan sekitar.

Pemandangan yang cukup menarik, dengan lampu hias yang menghiasi sepanjang jembatan dan sungai kecil itu.

"Kau boleh pulang sendiri saat siang, Becca, tapi tidak untuk malam." kukuh Blue yang hanya diterima kesunyian dari Rebecca.

Menoleh ke belakang, Blue mendapati Rebecca yang menghentikan langkahnya, untuk tetap berada di tengah jembatan berukuran sedang ini. menghampiri gadis yang masih menikmati pemandangan seraya menyangga kepalanya dengan kedua tangan yang berada di pinggiran pembatas jembatan.

"Apa yang kau lakukan, huh?" tanya Blue menghampiri.

"Lihatlah, bukankah ini indah?" tanya Rebecca meminta Blue beristirahat sejenak.

BLACK PAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang