32-Pluie de Fleurs

36 7 8
                                    

***

Malam yang sunyi, dengan era bumi di bawah langit 10.56 PM. Terlihat jelas, jika lampu kamar Blue masih belum padam sedari tadi. Masih terdapat tamu tak diundang yang fokus dengan tumpukan komik yang sudah digarapnya sejam lalu.

Lelaki itu tengah duduk sembari menyembunyikan tubuhnya di dalam selimut tebal milik Blue, sembari membaca kata demi kata yang ada di komik bergenre thriller-komedi tersebut. Jelas sekali, jika ia ingin menghabiskan satu season dari seris komik tersebut.

Lain halnya dengan Blue yang masih sibuk dengan tumpukan tugas yang sepertinya tidak ada habis-habisnya di garap. Gadis itu sesekali mengetik di laptop, sesekali memegang ponsel, melihat kertas tugasnya, kemudian menulis, melirik sekilas ke arah Zero, lalu melanjutkan kembali kegiatannya.

Seperti itu dan selalu seperti itu. Mengulang dan berputar, mengerjakan satu-persatu masalah yang ada dihadapannya. Sesekali, Blue terlihat menguap, dan meminum air mineralnya untuk menetralkan diri.

"Apa kau tidak mengantuk?" tanya Zero setelah habis membaca dua puluh empat komik dengan satu season.

"Belum," ujar Blue berbohong, masih sibuk dengan urusan laptopnya.

"Baiklah, aku akan tidur terlebih dahulu kalau begitu." ungkap Zero seraya bangkit untuk mengembalikan semua komik yang ia turunkan ke tempatnya semula.

"Kau tidak boleh tidur di kamarku, Zero," kata Blue memperingatkan.

"Mengapa?" tanya Zero sinis.

"Aku tidur bersama mu di sana tadi pagi." lanjut Zero mengarahkan kasur empuk milik Blue.

Menghela nafas berat, Blue berbalik untuk melihat wajah Zero.

"Aku tidak mengizinkan mu tidur di sini ketika malam." tegas Blue memperjelas.

"Mengapa?" tanya Zero mengulang.

"Apa kau akan berubah menjadi vampir ketika malam hari?" desak Zero tidak terima.

"Kau jelas tahu apa alasannya, Zero...!" ujar Blue yang ditutup dengan uapan lelah dari dalam tubuhnya.

"Huwah...!" Blue menarik hidung bangirnya, sebagai refleksi ketika ia menguap.

Melihat air mata yang ikut keluar dari ujung mata gadisnya, Zero lantas beranjak mematikan pendingin ruangan, kemudian menarik kursi Blue untuk mendekat ke arah ranjang.

"Tidurlah jika kau lelah, Bodoh!" cerca Zero mengutuk gadisnya.

"Ungh...! Tidak! Tidak!" keluh Blue menolak, kemudian mendorong kembali kursinya ke arah meja.

"Aku tidak akan tidur, sebelum menyelesaikan beban pelajar ini!" tegas Blue bersemangat.

Namun, beberapa menit kemudian....

"Ah... Mengapa otak ku susah sekali untuk mengerti, sih...?" keluh Blue berputus asa, meringik sedih dengan kepala tertidur di atas meja.

"Itu karena otak, mata, dan tubuhmu lelah, Gadis bodoh!"

"Bukg!"

Zero memukulkan pelan buku yang dipegangnya ke kepala Blue.

"Hah...! Berhentilah menyakiti ku, Bajingan!" hardik Blue membentak kesal.

Tertawa lirih dengan respon Blue, Zero langsung duduk di ujung meja belajar, kemudian melihat lembar-lembaran tugas yang telah membuat pusing gadisnya itu.

"Hah... seharusnya kau meletakkan titik X di sini," cerca Zero mengoreksi.

"Ini," Zero menunjuk soal yang lain.

BLACK PAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang