***
'Pulang bersamaku, nanti.'
Pesan singkat yang Zero berikan kepada Blue, melalui secarik kertas saat jam pelajaran terakhir. Blue tidak bergeming, dan hanya melempar pandangan sinis pada lelaki yang berstatus pacarnya setelah membaca isi surat. Tersenyum dengan manis, Zero memperlihatkan tataan gigi rapihnya, dengan mata yang menyipit.
Setelah kejadian di kantin tadi pagi, Zero segera dipanggil ke ruang BK. Namun, alih-alih mendapatkan peringatan dan hukuman, Lelaki bermarga Allen di sekolah itu malah dibiarkan berkeliaran dengan bebasnya, padahal si Korban langsung dilarikan ke rumah sakit. Walau cideranya tidak separah itu.
"Apa maunya, sih?" guman Blue yang merasa muak dengan semua perlakuan palsu Zero.
Namun, Blue juga tidak ingin terlibat banyak masalah bersama Zero. Untuk itu ia memilih pergi terlebih dahulu tadi.
Mengeluarkan ponsel pintarnya dari dalam laci, secara diam-diam Blue mengirim pesan pada ketiga temannya, untuk pulang lebih awal. Karna gadis tersebut tidak ingin mengambil resiko besar, jika teman-temannya harus menjadi korban ancaman berikutnya oleh Zero.
Teet...! Teet...!
Suara bel sekolah menggema di setiap penjuru sekolah, menandakan waktu pulang telah tiba. Dengan gerakan cepat, Maody yang berada dalam kelas yang sama dengan Blue dan Zero, beranjak meninggalkan kelas yang masih terbilang ramai. Sedang Blue hanya mengawasi dari belakang.
Setelah sekiranya aman, Blue pun lekas beranjak cepat untuk meninggalkan Zero yang masih sibuk berbincang dengan teman-teman di sana. Gadis itu berlari menuruni anak tangga, dengan harapan Zero tidak bisa mengejarnya. Namun, saat melihat Rebecca di depan tangga lantai dua tengah berdiri menunggunya, Blue langsung saja membelak bingung.
"Hai, Blue!" sapa Rebecca yang langsung mendapatkan tarikan di pergelangan tangannya, untuk ikut berlari bersama Blue.
Dengan perasaan bingung, gadis itu tetap mengikuti langkah tamannya. Mereka pun berlari secepat mungkin menuruni tangga, dan menelusuri koridor panjang lantai satu yang terbilang ramai agar dapat keluar dari gedung sekolah.
"Apa Zero mengejarmu?" tanya Rebecca yang memang tidak mengetahui apa-apa.
"Apa kau tidak membaca pesan yang kukirimkan, huh?" hardik Blue dengan nafas yang hampir sama dengan Rebecca.
"Astaga...!" keluh Rebecca panik.
"Apa Zero tidak akan menyusul kita, Blue?" tanya Rebecca lagi di sela pelarian mereka.
"Entahlah, kuharap begi,_"
BRUK!
"Ah!"
Tanpa sengaja, Blue menabrak tubuh seseorang yang menghalangi jalan mereka.
"Blue!" dengan panik, Rebecca lekas membantunya berdiri.
"Uhk...!" keluh Blue berdesis kesakitan, sembari memegangi kepalanya.
"Kau baik-baik saja, Blue?" tanya Rebecca khawatir.
"Um, kurasa," sahut Blue singkat.
Namun, kedunya lekas dikejutkan dengan sosok Zero yang telah sigap berdiri di hadapan mereka, menunggu keduanya cukup lama di sana.
"Allen?" pekik Rebecca shok.
Dengan senyum semanis madu, ketampanan ekstra, juga gaya yang dapat memalingkan setiap wanita yang melihatnya terkecuali Blue dan yang tahu sifat asli Zero, Lelaki jangkung berkulit putih itu terkekeh lirih, dengan pandangan mengejek.
"Ingin kabur, Sayang?" tebak Zero dengan pandangan merendahkan dan meremehkan kepada Blue.
"Kau? ...," Rebecca masih bingung tidak percaya jika Zero dapat menyusul langkah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PAPER
RomanceMenceritakan tentang kehidupan seorang gadis bernama Blue Arcean, yang bertemu lelaki tampan nan baik hati di toko bunganya. Namun, siapa sangka jika laki-laki tersebut malah datang ke sekolah Blue sebagai anak baru? Zero Arcean, lelaki tampan denga...