51-Fleur Perdue

33 4 1
                                    

***

"Kau brengsek, Zero!" umpat Blue yang langsung menanyakan tinjunya ke rahang bawah Zero.

BUAGH!

"Akh!" Zero terpental sedikit menjauh, menahan sakit di area wajah.

"Sialan!" umpat Zero habis kesabaran.

Laki-laki itu bangkit, kemudian bergerak untuk melayangkan tamparan. Namun, dengan keras Blue menendang perut Zero, sehingga ia terpaksa harus jatuh ke lantai. Zero terkekeh geli melihat wajah Blue yang memerah, memendam amarah. Sepertinya, ini terasa lebih seru dari apa yang Zero pikirkan.

"Kau ingin melakukannya?" tanya Zero membanting topik.

Blue terdiam, akan tetapi langsung turun dari ranjang.

"Kau tahu jika kau akan kalah, bukan?" cerca Zero bangkit dari bersantai-santai di lantai.

"Tentu. Tapi setidaknya, aku tidak terlihat terlalu pasrah di pelukan mu." kecam Blue yang membuat Zero tersenyum puas, mengangguk-angguk lirih meladeni.

"Majulah. Hajar aku semaumu, sebelum aku yang menikmati tubuhmu semauku," ulas Zero yang langsung mendapat tendangan keras dari Blue, sebagai pembukaan pertarungan.

PAKH!

Zero menangkis dengan tangannya, seperti menangkis pukulan anak kecil.

"Serangan yang bagus, Sayang. Ini lebih baik dari pukulan cecunguk-cecunguk brandal di sekolah kita," kata Zero memuji.

Tak berhenti sampai di sana, Blue langsung menyerang dengan pukulan bertubi, mengandalkan tenaga yang ia miliki, juga latihan yang selama ini ia lakukan.

BUGK! BUGK! BUGK!

Zero tidak membalas sama sekali. Ia hanya menangkis, menangkis, dan menangkis. Sekalipun Blue menendang, menyerang, memukulinya bertubi-tubi.

BUGH! BUGH! BUGH!

Mulai dari pukulan atas, bawah, samping, kanan, kiri, sampai tendangan atas, bawah, sampai tendangan bolak-balik sekalipun, Zero sama sekali tidak bergeming dibuatnya.

"Hosh! Hosh! Hosh!" Blue menghentikan sejenak serangannya, bernafas dengan tergesa mengikuti detak jantung.

"Seharusnya kau tidak menyerang dengan perasaan, Sayang."

Mendengar teguran Zero, air mata langsung saja menitih tanpa henti, membasahi wajah berkeringat Blue yang panas memerah.

"Akh, hiks!" Blue tak kuasa menahan sakit dalam hatinya, mengetahui hal mengerikan yang hanya ia ketahui seorang diri.

"Mengapa? Hiks!" Blue bertanya dengan tangis deras yang tidak ingin berhenti.

"... Mengapa kau begitu bajingan, Zero?" tuntut Blue berteriak lantang.

Zero terdiam sejenak, kemudian melangkah mendekati tubuh gadisnya itu.

"Jika aku tidak bajingan, bukankah akan terlalu mudah untuk mendapatkan mu, Arcean?" bisik Zero yang langsung mendorong kasar tubuh Blue untuk kembali ke atas kasur.

"Zero!_"

Belum sempat Blue bereaksi, Zero terlebih dahulu membungkam mulut Blue dengan bibirnya.

"Hump!" Blue masih berusaha melepaskan diri dari cengkraman Zero.

Namun, laki-laki itu terlalu brutal kali ini. Tangannya tidak ingin diam sama sekali. Ia mulai meraba paha mulus Blue dari bawah, perlahan masuk kebagian atas. Menarik kuat penghalang tubuh yang masih Blue kenakan, kemudian dengan lancang menyentuh area sensitif yang selalu Blue jaga selama ini.

BLACK PAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang