02-Tulipes Bleues

152 23 13
                                    


***

Tet...! Tet...! Tet...!

Bel berbunyi, menandakan pelajaran akan segera dimulai. Segera, para Pelajar berbondong-bondong kembali ke kelas dan bangku masing-masing. Blue yang sudah berada di bangkunya sedari pagi pun lekas bersiap untuk memulai jam pelajaran dengan mengeluarkan buku, pena, dan beberapa peralatan yang sekiranya diperlukan.

"Blue, apa kau sudah mengerjakan PR-mu?" tanya Maody, Teman duduk satu barisnya.

"Tentu," balas Blue yakin. "Apa kau belum mengerjakannya?"

"Aku juga sudah mengerjakannya. Hanya saja...—" Maody menahan kata-katanya sejenak dengan tatapan memelas. "Apa aku boleh melihat jawaban nomor tujuh milikmu?"

"Hum, silahkan," balas Blue memberikan buku PR-nya untuk dilihat oleh Maody.

"Oh! Terimakasih, Blue!" ungkap Maody penuh terharu. "Kau memang sangat bisa diandalkan."

Tak selang beberapa lama, Guru pun memasuki kelas mereka. Itu membuat Maody lekas membalikan badan menghadap ke papan tulis kembali, sembari berbisik "Terimakasih," pada Blue tentunya.

"Pagi, Anak-anak," sapa Ibu guru dengan senyum semaunya.

"Pagi, Bu...!" seru kompak para Murid di kelas tersebut.

"Hari ini, kita kembali kedatangan murid baru," ungkap Ibu guru seraya mempersilahkan. "Ayo masuk?"

Setelahnya, Lelaki jangkung berhoodie hitam dengan setangkai tulip biru di genggaman, berjalan perlahan memasuki kelas. Berhenti tepat di hadapan para Teman-teman barunya, Lelaki misterius itu membuka tudung hoodie selaku memperlihatkan wajah tampan yang ia miliki.

"Halo?" sapa si Anak Baru dengan senyum tipis nan manis.

Seketika, sorak-sorakan dari para Hawa di dalam sana lekas memenuhi seisi ruangan, terkecuali Blue. Gadis itu lebih memilih untuk membaca buku cetaknya, tanpa ada rasa penasaran sedikitpun untuk melihat seberapa tampan Teman barunya tersebut.

"Astaga... Tampan sekali...!" seru salah seorang.

"Apa kau seorang artis?" timpal yang lainnya.

"Oh, Ya Tuhan...!"

Tidak heran mengapa mereka bereaksi seperti itu. Anak baru tersebut memang benar-benar tampan adanya. Dengan kulit putih, hidung bangir, bibir indah, mata tajam, juga perawakan tubuh atletis yang mempesona, seolah-olah ia harus menciptakan keindahan tersebut dengan susah payah.

"Tenangkan diri kalian, Anak-anak," tegur Ibu Guru menenangkan. "Biarkan Teman kita memperkenalkan dirinya terlebih dahulu."

Masih dengan senyum manis yang terkesan ramah, Lelaki tersebut lekas memperkenalkan diri.

"Halo?" sapaan ringan yang dibalas kericuhan sejenak. "Nama saya Zero ... Zero Allen."

Deg!

Blue sedikit terkejut mendengar marga yang disandang Teman barunya tersebut. Lekas, ia mengangkat kepala untuk melihat, siapa sosok bermarga Allen yang tiba-tiba saja sekelas dengannya. Namun, dengan cepat netra coklat itu malah menangkap fokus pada setangkai tulip biru yang ada di genggaman Lelaki bernama Zero Allen di depan sana.

Tak melepaskan komentar apa-apa, Blue lekas memalingkan pandangan seraya mengedipkan mata beberapa kali, seolah tengah memikirkan sesuatu dalam kepalanya.

"Zero ini adalah anak pindahan dari luar negri, jadi ia kurang fasih dalam berbahasa. Mohon bantuannya semua," jelas Bu guru mewakili.

"Baik, Bu...!" sahut mereka serempak, terkecuali Blue.

BLACK PAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang