41-Orchidée Noire

34 6 21
                                    

***

Ruang berdimensi persegi, dengan diameter 3x3 yang bercat biru di sana, nampak masih terang benderang dari luar jendela. Berisikan dua sejoli yang masih saling bertukar rindu, bibir keduanya masih bertaut, dengan Zero yang memimpin keadaan.

"Hah...," Blue menarik nafas dalam-dalam, setelah Zero memberikan jeda dalam permainan.

Namun, tidak ada sepuluh detik, Zero langsung melanjutkan aksinya tersebut.

"Zero_," bibir Blue kembali terbungkam, dengan tubuh yang kalah dalam pelukan Lelaki tersebut.

"Hump!" desis Blue tatkala Zero menggigit kecil bibir kenyalnya.

Gadis itu terlihat terus mendorong tubuh Zero, berusaha menjauhkan diri untuk sesaat. Namun, lain Blue lain Zero. Terlihat, Lelaki berkulit putih itu sangat menikmati dan terus terobsesi dengan tubuh gadisnya.

Zero tampak terus menyerang, dengan tangan yang sudah tidak bisa diam. Ia memasukkan tangannya ke dalam kemeja seragam yang Blue kenakan, menyentuh lembut kulit punggung mulus milik Blue, hingga membuat gadis itu kegelian.

Tidak puas sampai di sana, Zero lantas melepas satu demi satu kancing kemeja putih tersebut, sehingga memperlihatkan kedua bukit indah milik Blue yang masih tertutup bra hijau berendra. Hal itu membuat Zero semakin sulit menelan ludahnya sendiri.

"Zero! Aku belum mengunci pintu dengan benar." kecam Blue menahan Zero untuk terlalu banyak beraksi.

Mengetahui hal itu, Zero terdiam sejenak, kemudian bangkit seraya membopong tubuh Blue layaknya membopong anak kecil. Hal itu cukup membuat Blue terkejut dan refleks berpegangan dengan mengalungkan kedua tangan ke leher Zero.

Akan tetapi dengan gerakan cepat, Zero meletakkan tubuh Blue di atas ranjang, kemudian bergerak gesit mengunci pintu dan mematikan lampu. Melihat hal itu, Blue sedikit ketakutan, kalau-kalau Zero tidak dapat menahan hasratnya.

"Zero, kau," perkataan Blue tertahan, tatkala Zero dengan gerakan cepat menubruk tubuh Blue, untuk langsung berbaring bersamanya.

"Tidur." ucap Zero sembari memeluk tubuh Blue dengan tenang.

"Aku tidak bisa tidur tanpa mandi," unggah Blue setelah berpikir beberapa menit, mencari alasan untuk mengusir Zero dari kamarnya.

"Kau ingin aku memandikan mu, huh?" terka Zero yang kemudian bangkit sesaat untuk melepas Hoodie hitam yang ia kenakan.

Melihat Zero yang malah bertelanjang dada, membuat Blue bergeleng kuat seraya memejam dengan erat. Lelaki itu lantas kembali ke posisi semula, setelah ia menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh keduanya.

Memeluk erat tubuh Blue yang sedang berkeringat dingin menahan perasaan takut yang meruak, Zero kembali membenamkan wajahnya ke ceruk leher Blue, mencari kenyamanan gadis aroma gadis kesukaannya.

Nafas berat Zero perlahan terasa jelas menubruk kulit mulus pipi dan leher Blue. Sesekali Zero harus menelan sendiri ludahnya dengan sedikit kesusahan, bernafas lembut di sisi telinga Blue, seraya menahan sesuatu yang sebenarnya tidak bisa ia tahan.

Blue tidak merespon apa-apa, mencoba terpejam dalam keadaan apapun. Gadis itu menggigit kecil bibir bawahnya, bekas di mana Zero menciumnya tadi. Saat ini, Blue tahu bahwa Zero tidak akan melepaskannya begitu saja.

Namun, beberapa saat keduanya terdiam, tiba-tiba saja Zero menarik salah satu tangan Blue, dan mengarahkannya ke suatu tempat di bagian tubuhnya.

Deg!

"Zero?" sontak Blue terkejut, tatkala menyadari apa yang sedang dipegangnya saat ini.

"Lakukan apa yang bisa kau lakukan, Sayang," bisik Zero dengan nafas berat, yang kemudian melahap kulit leher gadis tersebut.

BLACK PAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang