09-Rose Empoisonnée

59 16 19
                                    

***

"Kau!"

Mata Helena membelak, memekik murka tatkala melihat Blue yang sudah bangkit dari tempatnya.

Dengan wajah datar yang seolah memancarkan aura mencekam, Blue melepas ikatan rambutnya dengan santai. Terlihatlah, selip-selipan biru dari rambut legam Blue yang persis seperti gaya pirangan anak nakal zaman kini kebanyakan. Dengan tatapan tajam yang melekat di wajah cantiknya, Blue menyisir rambut yang menghalangi wajahnya mengenakan jari kebelakang sebelum kembali mengikat.

"Hah...," menghela nafas panjang, Blue membersikan wajahnya dengan ujung kemeja.

"Mulutmu itu ... Merepotkan sekali, ya?" ujar Blue santai, dengan tatapan yang tidak pernah mereka dapati sebelumnya.

Lekas ketiga teman Helena, Ammy, Richa, dan Aviva beranjak untuk menyerang Blue mewakili ketua komplotan mereka. Namun, saat Ammy masih sampai mengangkat tangannya, Blue lekas menarik tangan tersebut, memutarnya, kemudian mematahkan dengan sekali pukulan dari siku.

Krak!

Suara ngilu dari tulang yang patah itu dapat didengar oleh si Pemilik lengan.

"Akh...!" jeritan histeris yang sangat memanjakan telinga, keluar dari bibir Ammy yang langsung bertekuk lutut dengan lengan bengkoknya.

Gadis berambut batok tersebut meraung-raung kesakitan di lantai, dengan tangannya yang tak lagi berbentuk seperti sebelumnya. Melihat kejadian tersebut, Helena, Richa, dan Aviva semakin naik darah walaupun dengan perasaan takut.

Lekas, Richa maju seraya mengambil nampan makanan dari meja sembarang murid, kemudian memukulkan keras nampan berbahan aluminum tersebut ke arah Blue yang masih fokus menikmati jeritan demi jeritan dari Ammy.

"Hah...!"

TRANG!

Namun, dengan mudah Blue menangkis serangan Richa dengan satu tangan, kemudian merebut nampan tersebut dengan tangan satunya sebelum membuang.

TRANG!

Mencekik leher Richa dengan satu tangan, Blue menempatkan jari-jemari pada titik lemah manusia, hingga membuat Gadis berkacamata tersebut terus batuk dan meronta-ronta lantaran tidak dapat menghirup sedikitpun udara. Wajahnya memucat, dengan air mata dan air liur yang keluar secara refleks.

"Hakh— ... Akh—"

Gadis berkacamata tersebut hampir mati kehilangan nyawa, apabila Blue tidak segera melepaskannya dengan cara menjambak rambut Richa serta membanting kepala Gadis tersebut ke atas meja beberapa kali dengan keras.

BRAK! BRAK! BRAK!

"Akh...!" pekik histeris beberapa Gadis yang menonton pertunjukan menarik ini ketakutan.

Kacamata Richa hancur berkeping, hingga serpihanya mengenai wajah mulus Gadis tersebut, membuka luka baru yang mengalirkan darah segar. Melihat ketidak bergunaan Richa yang kemungkinkan besar sudah pingsan, Blue langsung saja menghempas tubuh Gadis tak berguna itu ke lantai.

Melihat tangannya yang terbelit beberapa helai rambut Richa yang rontok dan menempel, Blue hanya mampu mengibas-ibaskan tangannya untuk melepas bangkai tersebut.

"Wow...! Habisi mereka! Habisi mereka!"

Suasana semakin mencengkam, lantaran sorak meriah dari para Murid berandal yang membenci Gorgie beserta komplotannya menjadi penonton yang selalu siap mendukung Blue dari luar arena, memecah suasana kelam ini.

Melihat kekalahan kedua Temannya, Helena dan Aviva yang sebenarnya sudah ragu untuk maju pun malah nekat untuk tetap menyerang lantaran tidak ingin kehilangan muka di hadapan seluruh Siswa-siswi di sekolah. Pasalnya, mereka adalah pentolan nomor satu di sana.

BLACK PAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang