***
Berjalan santai mendekati sekelompok orang yang tengah sibuk bercengkrama dengan akrab dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari sana, Blue menyembunyikan kedua tangan ke dalam saku jaket yang ia kenakan tudungnya untuk menutupi sebagian kepala.
Kedatangan Blue seorang diri di sambut baik, penuh semangat, serta senyum ramah dari mereka yang tidak lain adalah komplotan Helena. Beberapa dari mereka bangkit, seraya mematikan rokok yang tengah dinikmati dengan cara menginjak.
"Apa Gadis ini yang membuatmu babak belur seperti itu, Helen?" tanya seorang Pria dengan senyum menggelikan.
Ia adalah salah satu Kakak kelas di sekolah ini. Terkenal dengan keberandalannya juga, terhitung sebelas dua belas dengan Helena. Berjalan mendekati Blue, tangan nakalnya menyentuh lembut kulit pipi Blue mengenakan punggung jari telunjuk dan tengahnya.
"Kau cantik sekali, Nona," puji Pria bermata sipit tersebut mendapat tanggapan acuh nan sinis dari Blue. "Bagaimana jika berpacaran denganku saja?"
"Singkirkan tangan kotormu, sebelum seseorang mematahkannya," ujar Blue datar, memperingatkan secara baik-baik.
"Oh, Astaga... Aku ketakutan," olok Pria tersebut memancing gelak tawa dari para Teman lainnya.
"Ahahaha...!" suara yang sangat memuakan.
"Haha, bagaimana jika kita bersenang-senang saja, Cantik?" goda Pria tersebut menyarankan. "Aku bisa memuaskan mu."
"Cih!" sinis Blue membuka tudung jaketnya, memperlihatkan sorot tajam yang menarik perhatian siapapun yang melihat.
"Oh, oh, oh... Tatapan seperti itu tidak cocok dengan wajah cantikmu, Sayang," keki salah seorang dari mereka ikut maju mendekati Blue.
"Mari buat kesepakatan denganku," ajak Pria bermata coklat, dengan tubuh tinggi dan kekar tersebut seraya memainkan ujung rambut Blue secara memutar di jarinya.
"Kencan bersamaku malam ini, dan aku akan membebaskan mu dengan tangan terbuka," lanjut Pria itu menawar, ditutup dengan mencolek dagu runcing Blue.
Tak!
Cukup keras Blue menepis tangan Pria asing tersebut dengan jijik.
"Ku peringatkan sekali lagi, jangan menyentuhku jika tidak ingin kehilangan jarimu," tegas Blue mulai habis kesabaran.
"Ahahah...!" mereka menganggapi itu sebagai candaan.
"Dari mana asalnya keberanian seperti itu, huh?" timpal Helena berjalan maju dengan lagak sombongnya.
Wajah babak belur yang belum sempat sembuh itu sudah kembali bergaya, padahal baru siang ini dibubuhi luka oleh Blue.
"Keberanian dari Gadis kotor sepertimu!" bentak Helena mendorong kasar bahu Blue, akan tetapi Gadis bermata biru itu tetap tegak di tempatnya walaupun sedikit terguncang. Heran, Blue melepas soflens-nya saat hendak bertarung?
"Di mana Aleah dan Maody?" tanya Blue terus terang, dengan tatapan datar tak mengekspresikan apa-apa.
"Ahahah...!" Helena terbahak sekuat yang ia inginkan, kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Blue.
"Apa kau merasa khawatir, pada dua gadis bodoh itu, huh?" tanya Helena mengecam.
"Aku tanya sekali lagi, di mana Aleah dan Maody?" ulang Blue malas membuang-buang waktu.
"Mereka ada di sini!" sahut seorang perempuan, yang bersetatus Kakak kelas.
Lekas, hal itu membuat Blue mengalihkan pandangan, dan Helena yang ikut berpindah posisi.
Terlihatlah Aleah dan Maody yang telah babak-belur, berlutut tak berdaya di hadapan mereka dengan keadaan berlumuran darah, juga baju yang basah nan kotor. Rambut mereka dipotong acak-acakan, menandakan seberapa keras mereka dibully sedari tadi. Melihat itu, seketika membuat darah Blue mendidih dalam sunyi.
"Inilah akibat jika kau melawan kami, Bodoh!" pekik Helena melejit, dengan senyum kepuasan yang tidak dapat digambarkan lagi bagaimana perasaannya. "Lihat? Ini salahmu, Arcran! Ini salahmu!"
Namun, dengan datarnya Blue menjawab, "Sayang sekali, aku sama sekali tidak merasa bersalah, Georgie!"
Seketika, wajah Helena berubah menjadi marah, lantaran melihat senyum Blue mengoloknya.
"Apa kau gila, huh?" bentak Helena dengan suara nyaring. "Kau bahkan tidak memikirkan Teman-temanmu?"
Helena terus berteriak dengan keras, memancing emosi Blue untuk segera melakukan perlawanan.
"Dasar sikopat gila!" umpat Helena murka. "Kau bahkan tidak marah melihat kedua cecunguk itu kuhabisi, huh?"
"Apa maksudmu, Georgie?" lirih Blue santai. "Kau tidak tahu jika aku tidak sedekat itu dengan mereka, huh?"
"Bohong! Lalu untuk apa kau datang kemari jika kau tidak khawatir kepada mereka, huh?" kata-kata Helena langsung membuat Blue terbahak sekuat-kuatnya.
"Ahahaha...! Ahahah...!"
Semua mata menatap aneh dengan tawa Blue yang berlebihan.
"Georgie... Georgie...," lirih Blue seusai terbahak. "Aku memang tidak sedekat itu dengan mereka. Namun, aku tidak suka mereka menyalakan ku atas kejadian ini."
Helena mengernyitkan kening dengan bibir atas sedikit terangkat. Menahan amarah yang sudah meluap akibat dendam.
"Untuk itu, akan kubalaskan dendam mereka sepuluh kali lipat!" lanjut Blue dengan senyum cantik, terlihat mengerikan bagi mereka yang ada.
"Wah, wah... Gadis manis sepertimu, tidak baik menjadi psikopat!" pungkas seorang Kakak kelas yang terlihat pendiam dan kalem, seraya berjalan mendekat.
"Bagaimana jika kita selesaikan ini baik-baik?" sarannya dengan senyum lembut yang terlihat munafik.
Laki-laki itu menyentuh tubuh Blue mulai dari bahu, hingga turun ke lengan. Mengangkat tangan Blue, Bajingan itu meninggalkan sebuah kecupan manis di punggung tangan Blue yang berlapis kain kasa.
"Ah... Lembutnya," ungkap Kakak kelas tersebut dengan wajah mesum.
Memilih tidak merespon, Blue terdiam tenang dengan senyuman manis yang semakin mengembang pesat seraya menawar, "Bagaimana jika kita bersenang-senang, saja?"
KRAK!
"Aakkhhh...!"
***
Di sisi lain, sesosok tampan berhidung bangir dengan sorot mata tajam, tengah memperhatikan pergerakan Blue dan berandal-berandalan tersebut dari atap gedung.
Dengan santai ia duduk sembari menikmati sekaleng soda, memperhatikan apa yang sebenarnya mereka lakukan di bawah sana. Namun, semakin ia perhatikan, semakin senyumnya mengembang dengan tatapan menikam.
"Wah, wah...," gumamnya menghabiskan isi dari kaleng soda yang entah keberapa. "Pertunjukan yang menakjubkan."
Krak...!
Tangannya dengan kuat meramas kaleng tersebut menjadi buntalan acak, sebelum membuang ke sembarang tempat.
Tlak!
"Akan kuhapal wajah-wajah mesum itu," lanjutnya dengan senyuman indah. "... Dan kubunuh siapapun yang menyentuh milik-ku."
***
Amanda Do Rara
NB: Halo...
Sebelumnya, saya minta maaf karena baru saja Update bab terbaru dari BLACK PAPER.Ada beberapa masalah dan kendala beberapa hari ini, jadi sebagai penulis, saya meminta maaf sebesar-besarnya kepada para pembaca tetap yang sudah penasaran dengan kelanjutan cerita ini.
Selanjutnya, saya berterima kasih kepada para pembaca yang setia menunggu dan senantiasa bersabar. Dukungan dan semangat dari kalian adalah hal terpenting bagi saya.
Sekian, dan Terima kasih...!
Amanda Do Rara🍓
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PAPER
RomanceMenceritakan tentang kehidupan seorang gadis bernama Blue Arcean, yang bertemu lelaki tampan nan baik hati di toko bunganya. Namun, siapa sangka jika laki-laki tersebut malah datang ke sekolah Blue sebagai anak baru? Zero Arcean, lelaki tampan denga...