47-Moulinet Enflammé

31 2 1
                                    

***

Blue menjatuhkan tubuh lelah ke kasur empuk di kamar. Matanya menatap lurus ke arah langit-langit ruangan yang bertemakan putih, seraya menggigit-gigit kecil bibir dalamnya, memikirkan sesuatu yang mengganjal sanubari, membebani pikiran.

Terbayang kembali ingatan saat Zero menciumnya di atas bianglala tadi. Saat itu, Blue hendak menolak. Namun, Zero teramat membawanya jauh dalam ketenangan. Lelaki itu bersikap lembut, tenang, dan begitu memberikan kehangatan tersendiri bagi Blue.

...

"Ah, Zero,_" pekik Blue lirih, mencoba melepaskan diri dari Zero hendak menautkan bibirnya.

Namun, tanpa peduli dengan keadaan, Zero lekas membungkam kembali bibir indah Blue, seakan tidak ingin gadis itu lari darinya.

"Hump!"

Blue memejamkan mata, mencengkeram kuat Hoodie Zero di bagian lengan, membiarkan Lelaki berparas tampan itu melakukan apa yang hendak ia lakukan dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Hah! Hah!" gadis itu terengah-engah, tatkala Zero melepaskan tautan kedua untuk sesaat.

Gadis itu menghirup oksigen banyak-banyak, seakan kadarnya akan segera habis. Namun, sekali lagi Zero tidak dapat menahan diri.

"Ump, uh...!"

Kembali, Zero membawa gadisnya kedalam permainan. Perlahan, Lelaki itu memasukkan tangannya dari balik Hoodie Blue, meraba halus punggung lembut milik Blue, mencari-cari sesuatu yang sangat ingin ia dapatkan saat ini.

"Akh, Zero...," keluh Blue mendorong Zero perlahan, tatkala Lelaki itu mengecupi leher, pipi, dan telinganya.

"Hentikan." pinta Blue menjauhkan diri.

Alih-alih mendengarkan, Zero malah semakin tidak bisa menahan diri, dan terus menyerang dengan pergerakan lembut.

"Ah... Zero...," Blue berusaha melepaskan diri dari cengkraman Lelaki tersebut.

"Ugh... Kau sudah berjanji, Zero...," ujar Blue mengingatkan.

"Umph... Shh... Ah..., Zero...!" Blue tak kuasa menahan erangan, tatkala Zero memainkan benda kenyal yang menempel kuat di dadanya.

"Zero, hentikan!" bentak Blue di sela sadarnya, mendorong tubuh Zero dengan sekuat tenaga.

Terdorong menjauh, Zero lekas sadar akan apa yang ia lakukan barusn.

Greb!

Lelaki itu lantas memeluk erat tubuh Blue, menyembunyikan wajah ke ceruk leher sang Gadis yang hanya terdiam menyaksikan tingkah anehnya. Zero terdiam tenang, seakan menikmati aroma lavender yang bercampur dengan keringat di tubuh Blue.

"Maafkan aku," ungkap Zero berbisik lirih.

Menghela nafas panjang, Blue sepertinya sudah hapal dengan pergerakan pacarnya itu.

"Sekalipun aku memaafkan mu, kau pasti akan mengulanginya lagi, bukan?" hardik Blue sedikit kesal.

Zero terdiam, tidak ingin menjawab sepatah kata pun. Zero mengakui, bahwa ia tidak dapat menahan diri untuk tidak menyentuh gadisnya. Untuk itu, Zero memilih diam membisu, lantaran tahu jika masih ada kesempatan lagi di lain waktu.

Untuk beberapa saat, mereka tetap berada di posisi tersebut, tanpa berniat mengubahnya sama sekali. Namun, lama-kelamaan Blue merasa pegal di bagian pundaknya, lantaran Zero tak kunjung berpindah dari sana.

"Zero...?" panggil Blue kesal.

"Hum...?" sahut Zero dengan nada manja.

"Lepaskan aku." pinta Blue menegaskan.

BLACK PAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang