***
"Aku sudah tidak tega membunuhmu,"
Zero menahan kata-katanya, seraya melepaskan celana seragamnya, meninggalkan celana boxer hitam sebatas paha yang masih ia kenakan sebagai pelindung terakhir.
Bergerak mendekati Gadis yang semakin mundur dibuatnya, Zero menarik dagu Blue, kemudian tersenyum manis untuk memperhatikan gigi taringnya yang terawat.
"Mengapa kau tidak menjadi seperti Ibumu saja?" tanya Zero yang ditutup dengan menjilat pipi lebam Blue.
"Apa ... maksudmu?" tanya Blue dengan mata berkaca-kaca, memperlihatkan bagaimana hancur perasaannya saat itu.
"Jadilah Jalang kecil untuk ku, Arcean." ujar Zero berbisik lembut di telinga Blue.
"Hah, hah, haha?" Blue tertawa hambar, dengan mata kosong yang tidak mampu mengutarakan apa yang ada dalam hatinya.
"Jadilah Jalang seperti Ibumu," lanjut Zero yang langsung mendapatkan tamparan keras di pipinya kembali.
"PLAK!"
"Jaga mulutmu!" kecam Blue murka, dengan air mata yang sudah tak dapat dibendungnya lagi.
"Ibuku bukan perempuan yang tidak memiliki harga diri seperti itu!" lanjut Blue berapi-api, bangkit seraya hendak meninggalkan Lelaki laknat yang selalu mengusik kehidupannya tersebut.
"Hah, kau yakin seperti itu?" selidik Zero mengguncang perasaan dan pikiran Blue.
"Ibumu, adalah Jalang yang menggoda Ayahku, Sialan!" umpat Zero seraya menarik kasar jaketnya yang dikenakan oleh Blue, hingga kain jahitan itu terlepas dari tubuh mungil Blue.
"KRAK!"
"Akh!"
Blue meringis kesakitan, tatkala jahitan jaket tersebut menyakiti lengannya.
"Kembali ke sini, Sialan!" umpat Zero tatkala mendapati Blue berlari keluar kamar.
"Sial!"
Mengambil kembali ikat pinggang berbahan kulit yang ia lepaskan sebelumnya, Zero lantas mengejar langkah Blue yang masih sempoyongan, bergerak sekuat tenaga menuju ruang utama di lantai satu, di mana pintu utama untuk keluar dari neraka ini akan terbuka.
"Mau ke mana kau?"
"CETRASH!"
"Ah!"
"Gludak!"
Pecutan ikat pinggang Zero, mengenai punggung mulus Blue tatkala gadis itu menuruni anak tangga. Akibatnya, Blue harus terjatuh dari pertengahan tangga, hingga ke bawah.
Masih merintih kesakitan di bawah sana, Zero dengan cepat menyusul Blue, sebelum ia bangkit dan melarikan diri.
"Keparat kecil!" umpat Zero seraya langsung menjambak rambut Blue, kemudian memaksanya untuk berdiri.
"Akh, Zero!" rintih Blue memegangi kepalanya yang terasa ngilu.
"Kau pikir, kau bisa lari dariku, huh?" kecam Zero menarik kembali tubuh Blue ke atas, dengan cara menggeret dan menjambak rambutnya.
"Zero, ampun!" pinta Blue memelas.
"Hiks! Ampun, Zero, ampun!" Blue terus berusaha membujuk, walaupun Zero berpura-pura tuli dengan rintihannya.
Setibanya di kamar, Zero langsung membuang kasar tubuh Blue kembali ke atas ranjang. Mengambil kain dasi dari dalam nakas lemarinya, Zero lantas mengikat salah satu tangan Blue di pengujung ranjang dengan kuat, hingga terlihat sangat jelas, bahwa tangan Blue memucat dan mati rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PAPER
RomanceMenceritakan tentang kehidupan seorang gadis bernama Blue Arcean, yang bertemu lelaki tampan nan baik hati di toko bunganya. Namun, siapa sangka jika laki-laki tersebut malah datang ke sekolah Blue sebagai anak baru? Zero Arcean, lelaki tampan denga...