10-Fleur de Cadavre

59 13 16
                                    

***

CRAS...!

Bunyi deras air keran yang terpapar di wastafel, menggema di ruang kedap nan kecil ini.

Tras! Tras...!

Membasuh wajah, tangan, rambut, serta seragam kotornya, Blue membersihkan diri dalam kesunyian ruang.

Gadis itu terlihat sedikit berbeda dengan aura yang lebih mencekam. Apalagi tatkala ia membiarkan rambutnya tergerai indah. Namun, hal yang membuatnya berbeda adalah sorot mata biru yang memiliki ketajaman layaknya Elang ganas, seakan terpancar kuat sekalipun ia hanya diam dan menatap diri sendiri di pantulan cermin.

"Hah...!"

Menghela nafas berat setelah beberapa saat memperhatikan diri sendiri di layar pantul, Blue mengeringkan wajah sebelum menggunakan kembali lensa kontak yang melindungi mata birunya.

Krikh, krikh, krikh!

Menutup keran untuk menghentikan air, Blue beranjak menuju salah satu toilet. Melepas bajunya, Gadis itu memilih untuk berganti ke seragam cadangan miliknya. Untung, ini adalah sekolah elite yang selalu siap menyediakan perlengkapan Siswa-siswi mereka kapan saja tatkala mendesak.

Setelah beberapa menit mengganti pakaian, Blue membereskan seragam kotornya kemudian keluar dari ruang sempit berdiamater 1x1 tersebut dengan sedikit tergesa. Ia tidak terlalu suka berlama-lama di dalam kamar mandi sekalipun bersih dan wangi.

Ceklek!

Bunyi pintu menyambut keluarnya Putri cantik Blue dari toilet.

"Wah, wah...!' sapa Zero dengan senyum khas sembari menepuk-nepuk kedua tangan seolah memberikan sebuah sanjungan kepada Blue.

Plok! Plok! Plok!

Entah sedari kapan Lelaki bermata pekat tersebut berada di sana. Juga entah apa yang Lelaki tampan ini pikirkan, lantaran memasuki ruangan yang jelas-jelas adalah toilet wanita.

"Lihat, siapa ini?" lanjut Zero tidak dipedulikan oleh Blue sama sekali.

"Untuk apa kau kemari?" tanya Blue dengan nada acuh tak acuh, seraya membereskan sepatu dan seragam kotor, juga beberapa peralatan mandi yang sebelumnya ia ambil dari ruang koparasi sekolah.

"Seorang Blue Arcean, menghabisi teman satu sekolahnya dengan bengis?" ucap Zero menggeleng-gelengkan kepala dengan tatapan heran, akan tetapi bangga.

"Hihi, apa kau sudah kembali ke habitat asalmu, huh?" goda Zero membakar perasaan Blue.

Gadis itu terdiam seketika, dengan wajah kesal dan sedikit amarah yang tidak lagi ingin ia luapkan. Zero seakan tahu segala hal tentang masa lalu yang dimiliki Blue. Hal tersebut seolah mengancam perasaan dan kehidupan baru Blue saat ini.

"Itu bukan urusanmu," kecam Blue melanjutkan berkemasnya.

"Aha?" balas Zero acuh.

"Dengar!" Blue berpaling mengahadap Zero, dengan jarak wajah keduanya yang begitu dekat. "Mereka menyerangku ... Karna dirimu!" kecam Blue menunjuk wajah Zero dengan kepala yang harus sedikit menengadah, lantaran tinggi keduanya yang tidak seimbang.

Beruntung, Zero tengah duduk bersandar di salah satu wastafel. Jadi, tinggi badannya masih dapat tertolong. Jika tidak, yakin sekali Blue akan keluar dengan leher yang cukup kaku lantaran harus menengadah dengan paksa.

"Jadi tolong berhentilah membuat rumor aneh, tentang kita." lanjut Blue menekankan dengan tatapan tajam penuh amarah.

Namun, sangat disayangkan karena Blue tidak dapat meluapkan amarah dan emosinya begitu saja kepada Zero dengan cara memukul.

Lelaki itu hanya tersenyum manis, mengangguk-angguk ringan seraya menaikan kedua alis dan bahunya secara bersamaan. Zero menatap dalam netra Gadis yang sangat berharap ia menyetujui apa yang Gadis kecil itu inginkan.

"Apa kau ingin aku berkata, iya?" tanya Zero selanjutnya, membuat Blue terkekah lirih.

"Hah! Lucu," balas Blue beranjak dari hadapan Zero, menyaut tas kain yang berisikan barang-barangnya, berlalu meninggalkan Zero seorang diri di dalam sana.

BRAK!

Suara bantingan pintu terdengar begitu keras setelah Gadis itu berlalu. Rasanya tidak afdol apabila pintu itu Blue tutup baik-baik.

Zero hanya terkekah melihat tingkah aneh Gadis yang selalu membuatnya gemas. Berdiri tegak, Zero melangkah santai menyusul langkah Blue yang telah berlalu meninggalkannya seorang diri di sana.

"Seekor serigala, mau menyamar menjadi kelinci, ya?" gumam Zero sembari membuka kenop pintu.

Ceklek!

"Mana bisa, Sayang?"

***

Tiba saatnya jam pulang sekolah, saat Blue berjalan cepat untuk meninggalkan kawasan gedung bertingkat megah tersebut. Harinya begitu buruk akhir-akhir ini, apalagi setelah Zero masuk dan mengusik kehidupan tenangnya, hari-hari Blue seolah menjadi semakin suram setiap detik.

"Hah...!" Blue menghela nafas lelah, lantaran dirinya merasa terlalu malas jika harus berjalan ke bawah, kemudian ke depan, ke gerbang utama, dan masih harus melewati beberapa jalan raya, tikungan, juga menyebrangi rel kereta, dan tiba di depan rumahnya.

Mengingat kejadian siang tadi, Blue sedikit takut kalau-kalau ia harus berurusan dengan para Guru dan tertinggi di sekolah ini mengingat siapa yang telah ia habisi tadi. Jika hanya berurusan dengan guru BK, bukanlah masalah besar. Namun, untungnya tidak ada panggilan dari pihak sekolah sama sekali.

Mungkin karna hapal akan ulah Helena yang suka membully? Atau...—

"Gadis Arcean...! Gadis Arcean!" panggil seseorang berlari mendekat, dengan sebutan yang cukup aneh di dengar oleh telinga.

Merasa terpanggil, Blue pun berbalik melihat siapa yang baru saja memanggilnya.

Seorang Gadis sebaya dengan nafas terengah-engah, bergegas cepat mendekati Blue. Berlari begitu kuat, Gadis itu mengejar Blue yang bahkan tidak mendengarkan panggilannya sedari awal.

"Hah! Hah! Hah!" suara tersiksa dari paru-paru Gadis berambut panjang nan ikal tersebut setengah merukuk dengan kedua telapak tangan di letakkan di depan lutut.

"Ung... Kau...?" Blue merasa bingung, lantaran Gadis itu tak kunjung mengucapkan sepatah kata lantaran nafasnya terlalu cepat.

"Hah! Hah! ... Itu, hah!" hanya kata itu yang keluar dari mulut Gadis asing tersebut.

"Um... Sebentar!" Blue lekas membuka ranselnya, kemudian mengeluarkan sebotol air mineral dari dalam sana.

"Ini, minumlah dulu," kata Blue menyerahkan botol berwarna hitam trawang itu kepada Gadis asing di hadapannya.

"Um!"

Tanpa menunggu aba-aba, Gadis tersebut lekas mengambil botol air minum itu dan meneguknya hingga habis.

"Gluk! Gluk! Gluk!" mendengar suara tegukan yang cukup kasar, Blue hanya mampu tersenyum canggung, merasa bahwa Gadis di hadapannya ini sangat aneh.

"Hah...!" ulas lega si Gadis asing.

"Terimakasih!" ucapnya dengan senyum lebar, menyerahkan kembali botol minum yang telah kosong itu kepada pemiliknya.

"Bukan masalah," jawab Blue seraya menyimpan kembali botolnya.

"Oh, iya. Mengapa kau memanggilku?" tanya Blue yang langsung membuat Gadis itu kembali tersadar dengan apa tujuan utamanya.

"Ah! Pushwa dan Rihard, Arcean!"

***
Amanda Do Rara

NB: Hari ini sengaja Up 2x karena kemarin sempat nggak Up 1hari...

Makasih dan maaf ya, para pembaca yang setia🥺

Salam sayang, Amanda Do Rara🍒

BLACK PAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang