30-Lotus des Neiges

40 8 4
                                    

***

Suasana canggung seolah tengah menyelimuti kedua sejoli yang masih berada di tengah keramaian ini. Blue Arcean dengan pikiran luasnya, dan Bass Thiwan dengan tatapan menyelidik.

"Kau tidak perlu menjawab jika tidak ingin," ujar Bass mencairkan suasana.

"Ah, begitu, ya?" gumam Blue seolah baru saja kembali bernafas.

Namun, masih terasa sebuah ganjalan besar di hati keduanya. Di tengah keramaian yang sebelumnya terasa begitu menyenangkan, kini seakan berubah menjadi keramaian yang begitu menegangkan.

"Sebenarnya...," Blue mulai membuka suara, seperti hendak menyampaikan sesuatu.

"Sebenarnya?" ulang Bass penasaran.

"Aku bertarung dengan beberapa preman jalanan kemarin malam." ungkap Blue berbohong.

"Bersama dengan Zero Allen, pacarmu?" tanya Bass yang masih tidak percaya.

"Tidak, aku pulang sedikit lebih larut, dan mendapati diri yang sudah terlalu lelah," ucap Blue mau tidak mau harus melanjutkan bakat aktingnya.

"Tapi, Nenek berkata jika kau mengurung diri setelah jam pulang sekolah kemarin. Bahkan, ia berkata kau pulang satu jam lebih awal," tuntut Bass tidak ingin dibohongi.

"Aku bahkan bertemu Rebecca sebelum akhirnya kembali ke rumah," gumam Blue tidak berbohong.

"Kau mengendap-endap?" terka Bass penasaran.

"Tidak, aku melompat dari jendela kamarku." ujar Blue mengingat bagaimana Zero mengajarinya menyelinap.

"Hah?"

"Hum! Zero yang mengajarkan itu padaku!" sahut Blue keceplosan.

"Apa?" sontak Bass lebih terkejut.

Blue terdiam sesaat, seperti salah tingkah akan tetapi sudah terlanjur keceplosan.

"Dia pacarku, bukan?" ujar Blue membiasakan hal itu kepada Bass yang terlihat sedikit syok.

"... Wajar jika ia kerap melakukannya." lanjut Blue sedikit malu.

"Memasuki kamarmu dengan cara menyelinap?" cecer Bass tidak habis pikir.

"Aku juga tidak bisa melarangnya." gugus Blue membela diri.

"Hah, aku tidak akan ikut campur dalam hubungan kalian," kata Bass pasrah.

"Tapi, apa Allen tahu dengan keadaan mu saat ini?" tanya Bass memastikan.

"Hum, tidak mungkin Lelaki gila itu tidak mengetahuinya, jika ialah yang membantuku mengobati luka-luka ini," kata Blue meyakinkan.

"Ah, aku mengerti."

"Bisa kau rahasiakan ini dari Nenek?" tawar Blue meminta.

"Kau takut beliau akan cemas?" tantang Bass.

"Pasti Nenek akan cemas jika mengetahui ini, bukan?" kilah Blue yang diangguki ringan oleh Bass.

"Tenang saja, aku pegang rahasia mu." kata Bass dengan senyum meyakinkan.

Sedikit bersyukur, Bass bisa mempercayai apa yang ia katakan barusan. Walau tidak sepenuhnya berbohong, tapi Blue juga tetap merutuki dirinya sendiri untuk kebohongan besar ini.

"Oh, aku ke sini untuk mengantarkan catatan pelajaran, juga tugas harian yang tidak kau tahu selama dua hari ini." kata Bass mengambil sebuah catatan yang telah ia print di dalam tasnya, kemudian memberikan itu kepada Blue.

"Ah... Terima kasih, Ketua kelas!" ucap Blue tidak enak hati.

"Kau mengingkari janjimu, huh?" gumam Bass berkomentar.

BLACK PAPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang