⚠FOLLOW SEBELUM BACA!⚠
Cerita ini mengisahkan seorang gadis SMP yang menyukai seorang pemuda SMK.
Perjuangan dan alur perjalanannya mendapatkan hati pemuda itu, berusaha bertahan di saat badai selalu menerpa perjuangannya.
Semesta Cempaka Putri. Gad...
Holla! . . “Aku pernah di perlakukan seperti putri oleh laki laki yang kini telah pergi”~CahyaOfficial17 . .
•🦋•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Empat remaja SMP sedang berdiskusi di sebuah warung rujak di dekat sekolah mereka.
Bukan untuk kerja kelompok, tapi untuk membantu salah satu teman mereka.
Kini Aryan, Yessa menatap lekat kedua adik kelasnya.
"Menurut gua, kita harus periksa setiap CCTV di lorong itu deh" usul Prima.
Yessa menggeleng pelan. "Ada CCTV di setiap lorong, dan setau gua gada satupun yang bisa ngerekam sampai tangga" ujar Yessa.
Lia berdecak kesal. "Ini swasta apa negri sih? fasilitasnya buruk amat!"
"Heh, gak boleh gitu cantik, bagaimanapun itu tetep sekolah kita" ucap Aryan sok lembut.
Lia mendelik sini. "Najis"
"Gak sopan sama kakak kelas" ejek Aryan.
"Dih kalo ada Semesta di sini!, lo pasti bakal di ban-" ucapan Lia tergantung.
Ia merasa rindu dengan temannya itu. rindu tingkah konyolnya, tawa recehnya, dan saat ia dan Prima membully Semesta sampai gadis itu ngambek.
Lapisan kaca mulai terlihat di matanya. "Gua jadi kangen cenong deh...."
Prima melirik Lia. "Waktu kita gak banyak, cuma dua hari, dan kita harus dapet minimal saksi atau rekaman CCTV itu. ini menyangkut masa depan bestaik gua"
Prima menatap Yessa lekat. "Gua minta tolong sama lo, sebagai adik kelas"
"Kenapa gak sebagai pacar aku aja?" Yessa menatap teduh netra Prima membuat gadis itu hampir salah tingkah.
Namun jangan lupakan prilaku brengsek Yessa yang membuat Prima marah.
"Sa! bisa serius gak sih?!" sinis Prima.
"Iya sayang, maaf" sahut Yessa lembut.
Deg!
Okeh kali ini Prima sedikit deg deg-an.
"Ck, serah lo!"
"Satu jam lagi sekolah tutup, kita harus gercep cuy" ucap Aryan melirik jam tangannya.
"Yodah ayok ke sekolah!" ucap Prima lantas menarik Lia dari sana.
