twenty

8.3K 463 59
                                    

Seminggu setelah Chenle melahirkan putra mereka , Jisung kembali ke kehidupan awalnya. Malam ini Jisung masih berada di ruang kerja miliknya yang berada di mansion Chenle. Ia memilih bekerja di rumah daripada meninggalkan Chenle dan putranya sendirian.

kringg kringg kringg....

Suara telepon mengganggu fokus Jisung ke laptopnya yang berisikan banyak angka angka yang tidak sembarang orang tau maksudnya. Jisung mengangkat telepon tersebut dengan cepat.

"Tuan muda maaf menelepon malam malam , tugas dari tuan muda sudah saya laksanakan. Jika anda ingin mengunjungi makam kedua orang tua kandung anda saya akan menunjukkan jalan ke arah pemakaman tersebut" Ucap seseorang ditelepon kepada Jisung.

"Saya terima laporannya. Dan saya tidak butuh menjenguk mereka , memang ini yang saya harapkan dari dulu. Terimakasih , pastikan semua bukti sudah kalian lenyapkan" Jisung memijat pangkal hidungnya saat panggilan itu terputus.

Ia kembali mengerjakan beberapa berkas yang sempat terbengkalai, sebelum ketukan halus di pintu mengganggunya. Matanya yang tadi menyipit sekarang terbuka lebar melihat siapa yang datang kedalam ruanganya.

"Hei , kenapa belum tidur? Bukankah tadi baby sudah tidur? Aku pikir kamu juga tidur"Jisung membiarkan Chenle duduk di pangkuannya dengan menghadap ke arah nya.

"Ji bisakah kau menghisap nipple ku? Kau lihat bajuku basah , anakmu sudah kenyang dan aku harus membuat air ini berhenti sejenak agar aku bisa tidur" Rengek Chenle yang terlihat menggemaskan di mata Jisung.

"Tentu saja , sudah lama bukan aku tidak melakukan hal ini?"Jisung menggendong Chenle dengan sangat hati-hati mengingat jahitan di perut Chenle belum benar benar kering.

Ia meletakkan tubuh Chenle di kasur king size yang berada di dalam ruangan itu. Lalu ia ikut merebahkan tubuhnya di sebelah chenle. Dengan perlahan membuka kancing piyama milik chenle hingga sebatas perutnya. Matanya berbinar menatap dada Chenle yang terlihat berisi. Atau efek dia baru saja melahirkan? Mungkin hal itu dapat mempengaruhi ukuran dada Chenle.

Dengan segera Jisung mengulum nipple Chenle , sedikit menghisap nipple Chenle. Ia tersenyum saat cairan hambar mengalir menuju kerongkongannya. Matanya terpejam lelah , selama seminggu ini ia sama sekali tidak berhenti bekerja.

"Jisung lelah ya?" Tanya Chenle sembari mengusap lembut surai legam milik Jisung.

"Tidak , aku baik baik saja" Jawabnya singkat.

Tanpa sadar mereka berdua tertidur pulas , sebelum pukul 3 pagi tangisan Jicelo menggema dari kamar sebelah. Jisung bergegas menuju ke putranya , ia membiarkan Chenle tertidur pulas disini. Menggendong bayi mungil tersebut. Benar benar ajaib , putranya langsung terdiam di dekapannya , mata bulat putranya menatap ke arah Jisung.

"Membangunkan papa hm? Celo lapar ya sayang" Jisung mencoba mengusapkan jari telunjuknya di pipi Jicelo , tetapi bibir putranya tidak mengikuti gerak jarinya.

Jisung melirik ke arah ranjang putranya , ada botol susu dengan susu yang masih tersisa separuh. Ia mambawa botol tersebut lalu berjalan ke arah dapur. Ia membuang susu tersebut yang ia yakini sudah basi. Mulai membuka kulkas, mengambil sekantong asi , menuangkan air panas pada baskom kecil lalu memasukkan sekantong asi tersebut agar sedikit hangat.

"Sebentar ya sayang , kamu kangen papa ya? Maaf papa selalu sibuk karena papaa menghindari mama kamu melakukan banyak pekerjaan" Jisung tersenyum , putranya sangat cerdas. Diajak bicara seperti ini putranya pasti selalu tersenyum.

Setelah dirasa cukup Jisung mulai mengambil kembali asi tadi , dan mengambil botol baru yang bersih. Menuangkan asi tersebut kedalam dot untuk anaknya. Sebelum memberikan asi tersebut untuk anaknya ia meneteskan asi tadi ke punggung tangannya.

Mommy || JichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang