Lampu di dalam ruangan teater mulai dinyalakan satu per satu, para penonton pun mulai keluar satu per satu, termasuk Agas dan Dena. Mereka berdua berjalan beriringan, bergabung dengan penonton lainnya keluar dari gedung teater.
Sesuai dengan percakapan mereka berdua lewat chat semalam, saat ini Agas dan Dena sedang berada di salah satu mal di Jakarta usai menonton film. Tadi mereka berangkat langsung dari kampus setelah kelas Dena selesai.
Saat ini keduanya sedang berjalan menuju salah satu restoran Jepang yang ada di mal tersebut. Dena ingin makan ramen karena dia rindu masakan Jepang.
"Kali ini gue yang bayar, ya," ujar Dena begitu mereka berdua duduk di salah satu sudut restoran Jepang yang mereka datangi.
"Gue aja," jawab Agas setelah meletakkan tasnya di kursi sebelahnya.
"Gue aja, Agasthya. Kan lo udah bayarin bioskop sama jajan."
"Kan gue yang ngajak lo."
"Berarti karena makan di sini gue yang ngajak, jadi gue yang bayar. Oke sip!"
Agas hanya menghela napas dan akhirnya mengangguk pasrah ketika Dena memutuskan secara sepihak perkara siapa yang akan membayar makan sore mereka itu.
Sebenarnya, dalam keluarga mereka tidak mengharuskan laki-laki yang harus selalu membayar jika sedang pergi bersama, entah makan ataupun belanja. Tapi hal itu berlaku jika konteksnya benar-benar hanya intern keluarga Galanharsa saja. Jika sudah melibatkan orang lain, pihak laki-laki yang harus mengeluarkan dompet mereka.
Oleh karena itu, sebenarnya Agas tidak keberatan jika dia ditraktir makan oleh Dena, toh sudah sering juga Dena mentraktir dirinya makan. Hanya saja kali ini Agas yang mengajak Dena pergi, sudah seharusnya dia yang membayar semua pengeluaran saat itu. Tapi melihat bagaimana keras kepalanya Dena, terlebih saat ini tujuannya mengajak pergi Dena adalah untuk membuat mood sepupu perempuannya itu membaik, maka Agas memilih mengalah saja.
"Arigato gozaimasu (Terima kasih)," ucap Dena saat pramusaji mengantarkan pesanan mereka. Mata Dena berbinar melihat ramen yang begitu menggiurkan di hadapannya. Disendoknya kuah ramen tersebut lalu disesap pelan setelah sempat ditiup sebentar guna menghilangkan hawa panasnya, "Uwaaa, it's really been a long time. Gue nggak inget kapan gue terakhir makan ramen."
"Enak?" tanya Agas sambil mengunyah sushi roll-nya.
Dena mengangguk cepat lalu mulai mengaduk-aduk isi mangkuk ramen tersebut sebelum mulai menyantapnya. Agas terus memperhatikan gadis di depannya itu, mengamati setiap ekspresi yang diciptakan oleh Dena. Lega rasanya melihat Dena terlihat baik-baik saja di tengah pertengkarannya dengan Naja.
Bicara soal Naja, lelaki itu terus uring-uringan sejak kemarin malam. Agas sudah terbiasa melihat sepupunya seperti itu jika sedang berselisih paham dengan Dena, tapi lama-lama jengah juga karena tadi pagi-pagi sekali Naja sudah membuat keributan dengan menumpahkan sup yang baru saja dibuat oleh Aksan. Pecahlah adu mulut antara Aksan dan Naja, membuat Agas dan penghuni Payoda lainnya memulai hari mereka dengan kepala sedikit migraen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghrya Payoda ✓ [Completed]
FanfictionSebuah cerita tentang riuhnya para bujang penghuni Ghrya Payoda, yang terkadang makin dibuat ramai oleh penghuni Ghrya Pawana. --- The sequel of Triptych. Bisa dibaca terpisah tanpa harus membaca Triptych terlebih dahulu. --- ⚠️Trigger warning ⚠️ Th...