44 | Who's That Lucky Girl?

845 111 41
                                    

Suara derit ponsel bermode senyap di atas nakas, membuat Agas yang sedang merapikan rambutnya, beranjak dari meja rias dan menghampiri benda tersebut. Terpampang nama Gienka di layar, sehingga membuat pria itu segera menggeser ikon warna hijau di sana.

"Halo, Gi?" ucapnya setelah menyalakan mode loudspeaker. Pria itu kemudian meletakkan kotak berwarna hitam itu kembali ke atas nakas, sementara dirinya melenggang ke sisi lain ranjang untuk mengambil tas ranselnya.

"Halo, Gas? Udah di kampus belum?"

"Belum. Gue masih di rumah. Kenapa?" jawab Agas sambil mengemasi buku-bukunya ke dalam tas.

"Gue mau nitip absen, dong."

"Loh, nggak jadi balik hari ini?"

"Jadi ..., tapi ini pesawatnya delay. Gue nggak tau bakal sampe berapa jam delay-nya. Soalnya di sini lagi hujan deres."

"Owalah ... Tapi, gue rencana bolos kelas fotografi, sih. Gue ini masih di rumah nyokap," balas Agas menyebutkan kelas pertamanya hari itu.

"Oh, kirain lo di Payoda. Yaudah, deh, sedapetnya aja, haha. Sorry, ngerepotin, ya, Gas."

Agas terkekeh pelan mendengar kata-kata Gienka. Dia berjalan menuju nakas tempat ponselnya berada, lalu meraih benda tersebut dan mendekatkannya ke telinga setelah mematikan mode loudspeaker. "Gi ..."

Gienka hanya bergumam sebagai jawaban. Membiarkan suara hiruk-pikuk bandara memasuki saluran teleponnya dengan Agas.

"Lo bakalan tetep balik hari ini, kan?" tanya Agas.

"Iya, lah. Gue udah bolos seminggu. Nggak mungkin gue extend lagi."

"Gue jemput lo ke airport, ya."

"Hah?" Suara Gienka terdengar kaget.

"Gue, kan, lagi di rumah nyokap. Deket sama airport. Sekalian aja ke kampus barengan."

"Tapi, gue nggak tau bakal ketahan di sini sampe jam berapa, Gas."

"Yaudah, gue tungguin."

"Bisa-bisa lo bolos seharian, Agas!"

"It's okay. Gue belum pernah absen sama sekali pas hari Senin. Lagian, gue masih ngantuk. Sambil nungguin lo, gue bisa tidur lagi."

"Hm? Tumben jam segini masih ngantuk?"

"Mas Gava pulang. Makanya, semalem begadang sampe pagi. Anak-anak juga di sini, baru pada balik tadi habis Subuh."

"Oh, reunian," timpal Gienka sambil terkikih, yang juga menular pada Agas.

"Ya, begitulah," jawab Agas. "Yaudah, lo ntar kabarin gue lagi aja, ya."

"Oke, thank you, ya, Gas."

"Don't mention it."

Begitu sambungan teleponnya dengan Gienka terputus, Agas memutuskan untuk keluar kamar, lalu menonton film di ruang keluarga terlebih dahulu.

Namun, saat melewati balkon, dia menemukan Gava sedang bermain gitar dan bernyanyi kecil di sana. Akhirnya, Agas pun urung turun ke lantai bawah dan memilih untuk menghampiri sang kakak.

"Loh, nggak jadi berangkat?" Gava terkejut saat Agas duduk di kursi di sampingnya.

"Nggak, nanti mau jemput temen sekalian di airport," jawab Agas seraya meraih cangkir berisi kopi hitam yang ada di atas meja dan menyeruputnya.

"DEK! MAS AJA BELUM MINUM!" protes Gava.

"Dikit, elah. Pelit amat."

"Bikin sendiri, elah. Males amat," balas Gava mengikuti gaya bicara Agas seraya melempar tisu tepat ke wajah adiknya itu.

Ghrya Payoda ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang