01 | Overprotective Brother(s)

4.4K 212 7
                                    

Dena berjalan menuju ruang keluarga, menghampiri Naja yang sedang fokus bermain Playstation. Dena bosan seharian di dalam rumah tapi bingung juga mau ke mana. Dia sedang berada di rumah berdua saja dengan sang kakak, sementara orang tuanya masih di Jepang untuk mengurus finalisasi kepindahan mereka ke Indonesia.

Naja dan Dena lahir di Jepang karena sang ayah, Reiga Farrabi Galanharsa, berprofesi sebagai diplomat di negeri sakura tersebut. Mereka berdua tumbuh dan besar di sana, dan baru pindah ke Jakarta sekitar dua tahun lalu saat mereka kelas dua SMA. Sengaja mereka dipindahkan saat kelas dua SMA supaya mereka tidak kaget dengan kehidupan di Jakarta yang menurut sang ayah akan sangat berbeda dengan hidup di Jepang. Dan alasan kenapa mereka pindah ke Jakarta adalah karena mereka berdua ingin kuliah di Indonesia bersama sepupu-sepupunya.

Selama di Jakarta, mereka tinggal bersama sang kakek dan nenek karena Reiga masih belum bisa pindah tugas ke Jakarta. Sang ibu, Cathleya Majida atau yang lebih akrab disapa Aleya, harus rela bolak-balik Jakarta-Tokyo setiap dua atau tiga bulan sekali karena tidak bisa sepenuhnya memilih untuk menemani suami atau anak-anaknya.

Setelah dua tahun, akhirnya surat perintah Reiga yang dipindahtugaskan ke Jakarta pun keluar. Oleh karena itu, saat ini dia dan istrinya sedang mengurus semua administrasi terkait kepindahannya ke Jakarta. Mereka tidak sabar untuk segera berkumpul kembali dengan si kembar. Walaupun pada akhirnya, mereka akan tetap terpisah rumah karena baik Naja maupun Dena akan tinggal di Payoda dan Pawana setelah masa perkuliahan mereka dimulai. Setidaknya, mereka sudah berada di kota yang sama. Jika kangen, Reiga dan Aleya hanya memerlukan waktu kurang dari satu jam untuk bertemu anak-anak kesayangan mereka, tidak sampai berbulan-bulan seperti yang mereka jalani selama dua tahun terakhir ini.

"Mas," Dena merebahkan tubuhnya dan menjadikan paha sang kakak sebagai bantalan.

"Hm?" balas Naja dengan mata masih fokus pada layar televisi 55 inch di depannya.

"Bosen."

"Mau ke mana?"

"Nggak tau juga. Ujan di luar, males keluar."

"..."

"Mas."

"Apa?"

"Papa sama mama kapan pulangnya sih?"

"Minggu depan katanya."

"Ck, lama banget. Keburu kita pindah."

"Kita pindah kan masih sebulan lagi, Dek."

Dena mendengus. "Mas."

"Apa, Deeekkk? Bentar jangan gangguin dulu sih. Nanggung ni."

"Ih, Maaassss. Aku tu boseennn."

Naja menyerah. Dia menghentikan permainannya lalu meletakkan console yang sejak tadi dipegangnya itu ke meja di sampingnya. Lelaki tampan itu menunduk menaruh atensinya pada sang adik sambil merapikan rambut Dena yang berantakan, "Yaudah, mau ke mana?"

"Nggak tau."

"Dih."

"Bosen di rumah tapi bingung mau keluar ke mana. Hujan juga."

"Ya, kan naik mobiiiilll," Naja memencet hidung Dena lalu menarik dan menggoyang-goyangkannya dengan sedikit brutal.

"MAS, IH! SAKIT!" Dena menepis kasar tangan besar Naja.

"Ayo, jadi nggak? Kalo nggak, aku mau lanjut main. Nggak usah ganggu."

"Tapi ke mana? Hhee."

Naja mendecak kemudian menyandarkan punggungnya pada sofa di belakangnya. Dia kembali mengusap-usap surai Dena dengan lembut, membuat sang adik jadi mengantuk. Dena memutar tubuhnya supaya menghadap ke kakaknya dan menyembunyikan kepalanya di perut Naja. "Gini aja deh, nggak usah kemana-mana, Mas."

Ghrya Payoda ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang