25 | Another Point of View

838 116 12
                                    

"Kak Agas!"

Agas yang baru keluar dari kelas spontan menoleh ketika namanya dipanggil. Terlihat Nora sedang berjalan cepat ke arahnya dengan senyum lebar tersungging di bibirnya.

Agas mendengkus pelan. Dia masih sedikit menyimpan dendam pada gadis itu gara-gara perkataannya kemarin di ruang radio. Mau apa gadis itu ada di sini hari ini? Bukannya siaran masih hari Kamis, ya? Demi Tuhan, Agas sedang malas bertengkar.

"Hai, Kak!" sapa Nora begitu mereka berdua berhadapan.

"Lo anak seni juga?" tanya Agas tanpa membalas sapaan gadis di depannya.

"Bukan," Nora menggeleng. "Gue anak manajemen, hehe."

"Terus lo ngapain di sini?" Agas mengernyit. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.

Nora menyodorkan selembar kertas ke hadapan Agas, "Ini question list buat besok Kamis."

"Lo jauh-jauh ke sini cuma buat ngasihin ini ke gue? Terus dari mana lo tau gue ada kelas di sini sekarang?" Agas mulai menatap horor Nora sambil mengeluarkan satu tangannya kembali untuk menerima kertas yang disodorkan Nora kemudian membacanya.

Nora tergelak, "GR banget. Gue kebetulan ada perlu sama dekan seni makanya gue ke sini. Terus pas gue mau ke lift, eh liat lo keluar dari sini. Yaudah, gue samperin."

Agas tidak menanggapi alasan Nora, tapi tidak mau membantah juga sebab ruang kelasnya saat ini memang berada di lantai yang sama dengan ruang dekan.

"Eh, terus gue minta foto lo dong, Kak."

Agas mengangkat kepalanya dan menatap datar gadis di hadapannya, "Buat apa lagi?"

"Buat gue post ke IG radio. Buat sneak peek gitu. Sebenernya gue bisa aja sih cari di internet atau ambil dari IG lo. Tapi ntar jatuhnya gue nyolong, kan. Makanya mending gue minta lo dulu. Kecuali lo nyuruh gue buat ambil dari IG lo, itu beda ceritanya."

"Lo maba, kan?" tanya Agas, melenceng dari apa yang sedang dibahas oleh Nora. Gadis itu menatap Agas bingung tapi tetap mengangguk sebagai jawaban. "Masih maba aja lo udah cerewet banget, ya."

Tawa Nora pecah. Sepertinya dia sudah mulai terbiasa dengan kalimat-kalimat sarkas Agas. "Maklumlah, Kak. Kan gue penyiar radio. Kalau gue nggak cerewet, gue jualan apa dong? Hahaha."

"Suka-suka lo aja, deh."

"Oh iya, nanti di IG gue bakal kasih kesempatan buat para pendengar Neo Radio buat kasih pertanyaan ke lo juga. Jadi kalau bisa, besok Kamis lo datengnya jangan mepet jam siaran ya, Kak. Biar kita bisa milihin pertanyaan-pertanyaan yang keliatannya oke."

Agas kembali mengangguk saja sebagai jawaban.

"Gas, sorry lama— Eh, sorry, gue nggak tau lo lagi sama temen," suara Gienka yang baru datang mengundang atensi Agas dan Nora. "Gue ke sana dulu aja deh ya, Gas."

"Eh, nggak usah, Kak," cegah Nora saat Gienka hendak beranjak dari sana. "Gue udah selesai kok sama Kak Agas."

Gienka pun mengurungkan niat untuk meninggalkan Agas dengan gadis yang tak dia kenal itu. Gienka berdiri di samping Agas, memusatkan perhatiannya pada ponsel karena tidak mau mengganggu Agas dan temannya.

"Yaudah, Kak, gitu aja, deh. Gue duluan, ya. Jangan lupa foto lo kirim ke gue," pungkas Nora sebelum dia pergi meninggalkan Agas dan Gienka.

"Ambil di IG gue aja. Gue males nyari," seru Agas pada Nora dan direspons dengan acungan jempol oleh gadis itu tanda mengerti.

 Gue males nyari," seru Agas pada Nora dan direspons dengan acungan jempol oleh gadis itu tanda mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ghrya Payoda ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang