55 | Yaudah, Putusin Aja

827 107 10
                                    

Suasana ruang radio yang sepi membuat Agas mengerutkan keningnya begitu ia memasuki tempat kerja-nya itu. Dia kemudian mengayunkan kakinya menuju studio dan menemukan Nora yang sudah berada di sana.

"Kok, sepi, sih? Pada ke mana?" tanya Agas seraya mendudukkan dirinya di samping Nora.

Nora mengangkat bahunya. "Nggak tau. Gue dateng udah sepi begini. Gue chat Mbak Ve juga belum dibales."

"Hari ini temanya apa? Gue kayaknya belum dapet materi. Apa gue yang kelewat?" tanya Agas lagi.

"Gue juga belum dapet materi. Kadang-kadang Mbak Ve gitu, sih. Suka ngasih materi dadakan."

Agas hanya manggut-manggut dan tidak membalas lagi. Dia mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya saat mendengar suara notifikasi pesan di sana dan mulai membalas pesan yang ternyata dari grup keluarganya.

"Guys!"

Agas dan Nora sama-sama terlonjak kaget saat suara lantang Mauve tiba-tiba terdengar. Keduanya mendongak dan memandang ke arah yang sama. Ke arah Mauve yang tengah melongok dari balik pintu yang baru saja ia buka.

"Kenapa lo, Mbak? Kok, ngos-ngosan gitu?" tanya Nora.

"Hari ini kalian libur siaran," ujar Mauve yang jelas saja membuat dua DJ-nya makin tak mengerti. "Hari ini ada siaran khusus buat acara Kedokteran. Sigi yang bakal ngisi hari ini," lanjut Mauve menyebutkan salah satu DJ-nya yang merupakan mahasiswa kedokteran.

"Terus ini gue sama Nora balik?" tanya Agas.

"Terserah," jawab Mauve dengan mengedikkan bahunya. "Kalau mau di sini, nggak ada yang ngelarang juga."

Agas menoleh pada Nora, mencari tahu apa yang menjadi pilihan gadis di sampingnya. Merasa dirinya sedang diamati, Nora pun menoleh. Dia menaikkan kedua alisnya dan bertanya, "Apa?"

"Lo mau pulang?"

"Iya, lah. Ngapain di sini?"

Agas mengangguk paham, lalu segera berdiri dari kursinya dan membiarkan Nora berjalan keluar terlebih dulu. Agas mengambil sisi di samping Nora begitu mereka berada di luar ruang radio dan menyamakan langkah mereka.

"Ra, nonton, yuk," ajak Agas sambil menolehkan kepalanya sebentar ke Nora, lalu kembali fokus ke depan.

"Sekarang?"

Agas bergumam dan mengangguk. "Udah nggak ada kelas, kan?"

"Iya, sih. Mau nonton di mana?"

"Lo bawa motor?"

Nora mengangguk.

"Yaudah, kita ke rumah lo dulu. Lo taruh motor di rumah, habis itu kita cari mal deket rumah lo. Sekalian ntar malem gue anter ke Bragha," ucap Agas menjelaskan rencana impulsifnya.

"Terus gue baliknya?" Nora berhenti melangkah dan menoleh pada Agas. Hal yang sama juga dilakukan oleh Agas.

"Ya, gue jemput lagi, lah." Nora hendak membuka mulutnya, tapi Agas sudah berucap lagi. "Gue bakal nunggu di rumah Ibu atau di kafe deket sana. Nunggu satu setengah jam selama lo siaran tu nggak lama, Ra."

Agas sudah tahu apa yang ada di pikiran Nora. Gadis itu pasti mengira Agas akan pulang ke Payoda setelah mengantarnya ke Bragha, kemudian kembali lagi ke Bragha untuk menjemputnya. Nora jelas tidak mau Agas melakukan hal itu. Mengingat jarak Payoda dan Bragha cukup jauh.

"How?" tanya Agas memastikan.

Nora tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Oke, deh."

Agas menarik kedua sudut bibirnya dan berniat meraih tangan Nora, tapi gadis itu dengan cepat menjauhkan tangannya. Agas jelas kaget dengan sikap Nora.

Ghrya Payoda ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang