Dena mengembuskan napas panjang begitu kelas mereka dinyatakan purna dan sang dosen keluar kelas. Dia merobohkan dirinya ke samping, lalu bergelayut manja pada Airin yang sedang mengemasi buku-bukunya.
"What's wrong?" tanya Airin.
"Kepala gue mendadak pening dengerin penjelasan Bu Ine tadi. Banyak banget hafalannya, damn it!" Dena menyebutkan nama dosen mata kuliah Filsafat Seni yang baru saja usai itu.
Airin dan Hito yang duduk mengapit Dena refleks tertawa mendengar jawaban gadis Galanharsa itu.
"Ke Gramed, yuk, Rin," ajak Dena dengan dagu masih bertengger di pundak Airin.
"Ayo, aja. Tapi, nanti, ya. Gue sama Hito mau bikin tugas Antropologi Tari dulu," jawab Airin yang sudah selesai mengemasi barang-barangnya. "Tugas kelompok lo udah kelar?"
Dena menarik badannya, kemudian mengangguk. "Udah, kemarin. Harus sekarang banget lo berdua ngerjain tugasnya?"
Airin dan Hito mengangguk bersamaan.
"Setelah nyocokkin jadwal sama yang lain, ketemu waktunya yang pas ya cuma hari ini," jawab Hito.
Dena menurunkan bahunya seraya mendengkus pelan. Tangannya terulur ke atas meja, lalu menarik buku-buku dan menyimpannya ke dalam tas. "Yaudah, deh, gue sendirian aja kalau gitu ke Gramed-nya."
"Gue temenin, Denaya. Tapi, nanti habis gue kelar nugas. Nggak lama paling," ujar Airin.
"Iya, ntar gue anterin," timpal Hito. "Ada yang mau gue beli juga di Gramed."
"Keburu mati bosen gue," jawab Dena. "Santai aja. Nggak apa-apa gue pergi sendiri. Ntar kalau kalian selesainya cepet, susul gue aja."
"Tapi, De—"
"It's okay, Bestie. Take it easy, huh." Dena menepuk pundak Airin dua kali. Dilihatnya ekspresi Airin yang masih tidak setuju dengan keputusannya yang hendak pergi sendiri.
"Lo bawa motornya, deh, kalau gitu." Airin mencoba bernegosiasi.
"Nggak mau, ah, panas."
"Kalau gitu bawa mobil gue." Hito yang sekarang menawarkan kendaraannya.
Dena menggumam sejenak, kemudian menggeleng lagi. "Nggak, ah, males. Mau naik taksi aja gue. Tinggal duduk, nyampe, hehe."
Airin dan Hito tidak lagi mendebat Dena. Mereka berdua akhirnya menuruti saja apa maunya gadis itu. Dilarang pun tidak ada gunanya.
Mereka bertiga keluar dari ruang kelas dan berpisah setelah menuruni tangga. Airin dan Hito menuju ke taman kampus sebab mereka akan membuat tugas di pendopo yang ada di taman, sedangkan Dena melanjutkan langkahnya untuk keluar kampus.
Dena sedikit memicingkan matanya begitu dia sampai di lobi karena siang hari ini cukup terik. Setelah menimbang-nimbang akan memanggil taksi di mana, Dena akhirnya memutuskan untuk berjalan lebih dulu sampai main gate dan baru naik taksi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghrya Payoda ✓ [Completed]
FanfictionSebuah cerita tentang riuhnya para bujang penghuni Ghrya Payoda, yang terkadang makin dibuat ramai oleh penghuni Ghrya Pawana. --- The sequel of Triptych. Bisa dibaca terpisah tanpa harus membaca Triptych terlebih dahulu. --- ⚠️Trigger warning ⚠️ Th...