Nora sedang mengemasi barang-barangnya saat dia menyadari kalau rekan DJ-nya saat ini terlihat diam saja, seperti tidak berniat untuk ikut beres-beres dan beranjak dari tempat mereka selesai siaran itu.
"Kak?" panggil Nora pelan dengan menyentuh pundak Agas.
Agas pun sedikit tersentak, kemudian menoleh ke arah Nora. "Ya?"
"Nggak mau pulang?"
"Hm? Ya, pulang. Kenapa emangnya?"
"Gue sih yang mau tanya lo kenapa? Akhir-akhir ini, lo kayak sering zoned out."
"Oh." Agas mengerjap, lalu mulai ikut merapikan meja di depannya. "Lagi banyak pikiran aja akhir-akhir ini."
Nora manggut-manggut sambil ber-oh panjang tanpa berniat untuk memperpanjang percakapan mereka. Dia melanjutkan kegiatannya, kemudian bergegas pergi dari tempat itu.
Sejak kabar perjodohan Agas dan Gienka tersebar beberapa minggu lalu, hubungan Agas dan Nora pun ikut merenggang. Mereka hanya berinteraksi saat siaran saja. Selebihnya tidak pernah. Agas sempat beberapa kali menghubungi Nora, tapi gadis itu memilih untuk tidak menggubrisnya. Hingga akhirnya, Agas juga ikut menjaga jarak.
Setelah berpamitan dengan Mauve, Nora keluar ruang radio diikuti Agas beberapa langkah di belakangnya.
"Nora."
Nora menghentikan langkahnya, lalu memutar badannya ke belakang untuk menjawab panggilan Agas. "Ya?"
"Can we talk? Bentar aja. Urusan radio."
Nora berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan. "Kantin?"
"Kafe depan? Gue kebetulan belum makan. Sekalian aja, boleh?"
Kening Nora berkerut samar.
"Di kantin terlalu rame. Gue janji cuma sebentar. Lo boleh pergi duluan kalau percakapan kita udah selesai. Lo nggak perlu nungguin gue selesai makan."
Ada jeda sejenak yang diurai Nora hingga kemudian mengangguk lagi. Agas masih keras kepala seperti dulu ternyata. "Terserah lo aja, deh. Ayo, buruan."
Mereka berdua jalan beriringan menuju kafe yang berada di seberang PKM. Kafe itu tidak terlalu luas, makanannya enak, tapi harganya agak overprice untuk kalangan mahasiswa biasa macam Nora. Makanya, kafe itu tidak terlalu ramai.
Tapi, beda cerita bagi mahasiswa semacam Agas, yang justru bingung cara untuk menghabiskan uangnya.
"Jadi ... lo mau ngomong apa?" tanya Nora to the point.
Mereka sudah sampai di kafe dan duduk di sofa set yang berada di sisi dinding kaca. Pesanan juga sudah dicatat oleh salah satu pramusaji di sana.
"Lo beneran nggak mau makan?" tanya Agas balik, merujuk pada pesanan Nora yang cuma es coklat dalam kemasan take away.
Nora menggeleng. "Sejak awal yang pengin makan di sini kan lo, bukan gue. Dan, gue juga nggak bisa lama-lama di sini karena gue masih ada acara habis ini. So, can you just make it quick?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghrya Payoda ✓ [Completed]
FanfictionSebuah cerita tentang riuhnya para bujang penghuni Ghrya Payoda, yang terkadang makin dibuat ramai oleh penghuni Ghrya Pawana. --- The sequel of Triptych. Bisa dibaca terpisah tanpa harus membaca Triptych terlebih dahulu. --- ⚠️Trigger warning ⚠️ Th...