Seminggu berlalu. Aku terdiam di rumah sakit dengan Sindi dan April yang bolak-balik membawa berita terbaru. Menurut mereka, kemarin Kayana nekat melempar kepalaku dengan gelas kaca.
Awalnya, security, memang hanya mengamankan wanita itu di belakang. Namun, Kayana nekat ketika mendengar Gara menanyakan pertanyaan demikian.
“Dia gila! Si Kuyang Medusa itu gila. Depresi. Bener apa kata Pak Gara!” April berkata demikian.
Sindi menggeleng. “Iya aku juga gak suka sama dia.”
Aku tersenyum hampa. Mungkin Kayana merasa Gara menjadi milik mutlaknya. Padahal ... takdir mungkin berbeda. Aku tak tahu hanya saja sikap Kayana memang melukai hati.
“Aku enggak pernah minta Gara begini, Pril, Sin.” Aku mengeluh pada hari kelima.
Lelah juga begini. Namun, kalau dipikir-pikir kontrak kami sudah akan mendekati tiga bulan. Jadi ... hubungan kekasih kontrak ini akan segera usai. Dengan begitu, tak akan ada sakit hati lagi.
Mengenai Gara, lelaki itu membingungkan. Ia bahkan kembali tak mengirimi pesan. Atau sekadar menjenguk bertanya kabar. Aku tak mempermasalahkan sebenarnya, hanya saja kabar tak enak berdatangan tiap hari. April dan Sindi memang kutodong untuk jujur bagaimana keadaan kantor.
“Kayana datang lagi. Koar-koar sambil kasih ini.”
Hari Kedelapan saat aku harusnya keluar rumah sakit pun dikejutkan dengan undangan pernikahan. Kutatap Sindi dan April dengan senyum kepura-puraan. Tertulis nama Sagara Hirul Umam dan Kayana Melisa di sana. Jadi ... apa ini alasan Gara menghindariku?
“Semua orang mulai mengataimu pelakor, Kale. Tapi ... Gara menggertak semua karyawan. Desas-desus itu hilang digantikan dengan kemarahan Gara berhari-hari lamanya. Dia ... kelihatan banyak pikiran.”
Aku mengangguk paham. Ludahku pahit saat tertelan. Ya Tuhan. Sakit, padahal aku sudah mempersiapkan sejak diagnosis setahun lalu. Harusnya, semua baik-baik saja. Namun, hati ini berontak, tetes air mata lancang turun mendera pipi. Sesak mendesak mengeluarkan isakan yang tak tertahan.
“Serius Le. Gara mau nikah? Selama ini gue ngeship dia sama lo. Dia keliatan gak ada buaya-buayanya. Kenapa bisa dia begini?!” April berkata dengan sebalnya.
Sindi yang memelukku pun ikut menangis tersedu. “Kale ... Aku enggak tahu bakalan begini. Padahal aku mulai merestui kalian. Ini aneh!”
Berbagai macam omelan mereka terdengar. Aku diam mendengarkan dan menegarkan hati. Selepas menguasai perasaan, aku mencoba menyela pembicaraan.
“Kontrakku dan Gara memang udah usai. Aku salah agak berharap. Tapi tenang aku ikut bahagia. Makasih kalian.”
Tak ada pembelaan apa-apa semua beban bertumpuk menekan dada. Benar. Aku hanya perlu menyelesaikan ini dengan Gara bukan dengan orang-orang lain yang suka menghakimi, atau teman-teman yang membela.
Hujan mengguyur indekos selepas Sindi dan April pulang mengantarku. Tanggal 06 Februari 2022 memang tertera cantik dalam undangan di tanganku. Artinya ... besok Gara akan melangsungkan akadnya. Bersama Kayana Melisa bukan Kaleya Ragata.
Aku termangu duduk memandang kaca indekos dan berharap ada keajaiban. Misalnya; semua ingatan hilang. Atau, Tuhan mengangkat kesakitan dan memberi banyak keikhlasan.
Hujan tetap setia mendera sampai pukul tujuh malam. Suara ketukan pintu mampu membuatku bangun dari tidur pelarian. Saat pintu terbuka, saat itu pula pemandangan basah kuyup Gara menjadi penampakan pertama.
“Kita perlu bicara.” Lelaki itu menarikku.
Tak banyak cakap, ia menembus hujan. Kami pergi dengan mobil dalam diam. Selepas tiba di basemen, Gara menarikku terburu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jual Mantan (Completed)
Romance"DIJUAL MANTAN! *Harga terjangkau: sepuluh ribuan. *Wajahnya tampan, mapan, tapi suka melakukan pengekangan. *Umur tua, tetapi stamina jangan ditanya. Minat? Hubungi nomor di bawah ini! Sssttt spek oppa korea jangan dianggurin, Gaes! Note: grati...