Gedung megah dengan berbagai hiasan mewah menjadi pemandangan pertama. Aku meneguk ludah, baru satu langkah kenapa rasa lara datang menggempur pertahanan? Kutarik napas, mengembuskan, dan tak kutemui apa-apa. Kosong. Rongga dadaku tetap dipenuhi lara. Pikiranku tetap dipenuhi bayangan Gara dan Kayana.
Jika saja Gara menalakku kemarin. Maka beda ceritanya. Beda. Pasti rasanya tak sesakit ini. Pasti rasa sadar memenuhi hati. Bukan rasa menjadi istri pertama yang muncul, tetapi rasa mantan istri yang hanya perlu disingkirkan tanpa tetapi.
Tak ada siapa-siapa yang membuatku tegar selain diriku sendiri. Namun, cekalan erat di kedua tangan menyadarkanku. Sindi dan April menatapku dengan penuh iba seakan mereka mengetahui apa yang sebenarnya.
Ah, lelucon macam apa ini? Mana mungkin Kaleya yang senyumnya secerah mentari menjadi wanita sedih dengan wajah tersakiti? Tak ada sejarahnya. Maka ... Kupaksa tersenyum. Namun, air mata mereka jadi jawaban.
“Kale ....”
Aku mengangguk. Rasanya luar biasa ya. Ketika lara menyerbu dan senyuman harus tetap bertakhta. Sungguh, nikmat dalam senyap.
Tamu undangan mulai berdatangan. Kuambil posisi di depan dengan duduk tegak. Meski ya ... kursi untuk ijab kabul di depan mengingatkanku pada pernikahanku sendiri yang ... akan karam.
Pernikahan tak berguna. Begitu menurutku. Karena aku gagal menjadi seorang istri.
Gara dan penghulu datang bersamaan.
Benar saja, tak ada tatapannya untukku. Lelaki itu dingin, tak tersentuh. Aku terdiam. Ingin tergugu, tetapi kembali ditampar. Ini kan yang kumau?Khotbah nikah disampaikan. Kayana datang bersama Nyonya Revi dengan senyum kemenangan. Aku terdiam ingin menunduk, tetapi mendadak sendiku kaku.
Panjang lebar suara penghulu terdengar. Namun, tak ada satupun kata yang masuk di kepala. Semua berlalu begitu saja.
Aku terlalu fokus untuk mencari cara bagaimana aku bahagia nanti, walaupun tanpa Gara, meskipun dengan status janda, dan dengan kekurangan yang tak ada obatnya. Hingga khutbah selesai, aku baru tersadar. Gara menjabat tangan penghulu, aku melihat lamat-lamat tangannya gemetar.
“Benar, Pak!” ujar Gara di mikrofon.
Mendadak suasana hening. Polisi tiba-tiba datang dari berbagai penjuru. Kayana dan Nyonya Revi dicekal tangannya. Gara berdiri dengan mata memerah penuh amarah.
“Saya ingin membalas perlakuan mereka.”
Hening. Semua tamu undangan berbisik-bisik. Sedangkan aku mencoba menebak apa yang kiranya terjadi selanjutnya.
“Saya sudah memiliki istri dan dipisahkan secara paksa oleh ibu tiri saya, Nyonya Revita. Dengan segala tipu daya, wanita tua ini berhasil menggiring saya ke titik ini untuk; menikah dengan anaknya. Tujuannya satu. Agar ia memiliki harta warisan dari almarhum ayah saya yang telah meninggal dunia.”
Aku kaku di tempat. Terkejut dan tak menyangka siasat licik Nyonya Revita. Hening melanda. Nyonya Revita mencoba melepaskan diri dengan wajah menunduk-nunduk, sedangkan Kayana tak jauh beda.
“Wanita serakah ini harusnya sudah memiliki beberapa aset. Namun, harta memang membuatnya buta hingga ingin semuanya. Padahal semua harta kekayaan ini adalah hasil kerja keras almarhum ayah dan ibu kandung saya. Seenaknya, ibu tiri saya mau menikmati dan menghabiskan sesukanya. Luar biasa!”
Gara bertepuk tangan.
“Tak hanya itu.”
Jeda. Lelaki itu melirikku.
“Ia memisahkan saya dengan istri sah saya. Hampir saja hal itu terjadi, tetapi saya pura-pura tak mengerti. Tuduhan-tuduhan menyakitkan memang wanita itu lemparkan. Seperti; istri saya yang kecelakaan, hilang ingatan, dan kabur dengan lelaki selingkuhan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jual Mantan (Completed)
Romance"DIJUAL MANTAN! *Harga terjangkau: sepuluh ribuan. *Wajahnya tampan, mapan, tapi suka melakukan pengekangan. *Umur tua, tetapi stamina jangan ditanya. Minat? Hubungi nomor di bawah ini! Sssttt spek oppa korea jangan dianggurin, Gaes! Note: grati...