empat

1.3K 111 5
                                    

Gue bilang duduk temani gue makan. Gue gak terima penolakan apapun dari mulut lo."

Aezar Almeer

"Lo tuh kalo jadi orang yang gesit dikit dong, jangan lambat gitu! Buru jalan lelet banget." ejek Aezar menoleh ke belakang melihat Samara yang tengah membawa tas dan juga Hoodie miliknya.

"Sabar dong, kamu juga jadi cowok ngomong mulu dasar cerewet. Bukannya bantuin." balas Samara menatap punggung tegap didepannya dengan tajam.

"Gue?? Bantuin lo? Inget itu tugas babu." ucap Aezar tak berperasaan.

"Gak usah banyak cingcong lo, buru!" lanjutnya dengan galak.

Keduanya berjalan menaiki tangga menuju kelas Aezar. Samara tak henti-hentinya menggerutu selama perjalanan, banyak pasang mata yang menatap aneh dirinya.
Rasanya ia ingin sekali melenyapkan sosok didepannya ini, agar hidupnya di lingkungan sekolah aman dan damai.

"Samara! Lo kok bawain tas Aezar si? Lo ada hubungan apa?" tanya Dodi teman sekelas Samara.

"Gak usah mikir macem macem lo, gue sama dia cuma partner yang dimana dia jadi babu gue." balas Aezar.

"Ha? Babu!" teriak Dodi sepontan.

"Iya Kenapa? Lo gak terima? Kalo gak terima gue patahin kaki lo, mau?"

Dodi yang mendengar lantas berlari terbirit-birit.

"Jadi kalo tuh cewek babu lo, boleh dong kita suruh suruh dia juga Ae?!" seru salah satu siswi perempuan yang kebetulan tengah berkumpul.

Samara seketika menatap Aezar yang diam, gadis itu dengan buru-buru memejamkan matanya sembari merapalkan doa berharap agar Aezar tidak menyetujui ucapan siswi itu.

Aezar menatap sejenak Samara yang tengah memejamkan mata dengan mulut yang berkomat kamit, ia hendak tertawa namun ini bukan situasinya.

"Boleh,"

Samara membuka matanya dan menatap Aezar tak percaya.

"Dalam mimpi lo! Dia babu gue dan hanya perintah gue yang harus dia turuti, untuk lo semua jangan coba coba untuk jadikan Samara babu juga." lanjut Aezar membuat Samara tersenyum, sedangkan para siswi hening tidak ada yang menjawab.

Aezar kemudian melanjutkan langkahnya di ikuti Samara.

"Makasih ya, aku pikir tadi kamu mau iyain perkataan mereka." ujar Samara tersenyum.

"Gue gak nolongin lo, gak usah geer.Gue cuma kasihan aja sama mereka kalo punya babu kayak lo." elak Aezar.

"Masa? Iya deh percaya. Dasar gengsi." balas Samara dengan tersenyum.

"Iya lah! Lo harus percaya sama gue."

Keduanya tak henti-hentinya berdebat hingga tak sadar bahwa keduanya sudan tiba di kelas Aezar.

"Nih! Aku udah anter sampai kelas kan?"

"Dih! apaan lo, taruh itu di meja gue sekalian." jawab Aezar lalu menyelonong masuk.

Aezar AlmeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang