sepuluh

1.1K 110 6
                                    

"Lo cantik."

Aezar Almeer

Dengan perasaan gelisah Samara berjalan terburu-buru menuju warung belakang sekolah di mana tempat favorit Aezar beserta teman-temannya.
Samara mendapat kabar bahwa Aezar berkelahi dengan Arga, dan katanya pemicu utamanya adalah dirinya.

Dengan napas yang tersendat sendat, keringat yang bercucuran dari dahi karena teriknya matahari. Disana, sudah banyak para siswi menonton perkelahian itu tanpa ada niat melerai, dan disana terlihat jelas Aezar dan Arga saling serang tanpa ada yang mau mengalah.

Tanpa pikir panjang Samara maju, jika dirinya adalah pemicu utama perkelahian itu, maka Samara harus menghentikannya.

"BERHENTI!" seru Samara dengan kencang, sekejap riuh siswa berhenti begitu juga Aezar dan Arga yang diam mematung.

Wajah dua laki-laki itu sudah di penuhi oleh lebam lebam. Samara menatap Arga dengan perihatin, kerah baju laki laki itu sobek, sudut bibir yang robek, dan memar di sudut mata juga dahi.

Samara berganti menatap Aezar yang masih diam tanpa ekspresi. Laki-laki itu tidak separah Arga, Aezar hanya luka di dahi dan pipi.

"Ini ada apa?" tanya Samara.

"Hanya urusan laki laki, bukan hal serius." jawab Aezar sambil merapihkan seragamnya.

"Kalau bukan hal serius, harus banget ya pakai berantem?" tanya Samara.

"Kadang berantem satu satunya cara untuk menyelesaikan masalah antara laki-laki, Sky." tutur Aezar masih dengan posisi yang sama.

"Tapi kamu gak papa?" tanya Samara.

"Hm," Aezar menjawab dengan sekali anggukan.

"Samara, gue pamit ke uks mau obati luka dulu." seru Arga yang sejak tadi masih diam, hendak berjalan tapi tiba tiba Samara menahannya, "Tunggu, mau aku bantu obati?" tawar Samara.

"Bol-" belum sempat Arga menjawab, Aezar lebih dulu menyela. "Gue juga luka, gue butuh lo." ucap Aezar cepat seraya menahan tangan Samara.

"Tapi Arga lebih parah." balas Samara seraya meringis melihat luka di wajah Arga.

"Gue lebih butuh lo Sky, gue cuma mau di obati sama lo. Kalau lo ga mau, lebih baik gue biarin aja lebam ini." ujar Aezar lagi sambil menyentuh area lebamnya.

Samara di buat bimbang, di satu sisi ia ingin sekali menolong Arga tetapi di sisi pain ada Aezar yang juga membutuhkannya.

"Lo obati Aezar aja, biar gue yang obati Arga." sahut Zahwa seraya menepuk pundak Samara.

Samara mengangguk mengiyakan.

Arga pergi dengan langka berat, ia pikir Samara yang akan mengobatinya.

"Bubar lo semua!" seru Ryan, membuat para siswa pergi seketika.

Aezar menarik pelan tangan Samara untuk masuk kedalam warung.

Pemilik warung, Bi Ijah namanya. Berjalan menghampiri Aezar dengan wajah khawatir.

"Ih, akhirnya berhenti juga berantemnya." celetuk Bi Ijah.

Aezar AlmeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang