tujuh

1.3K 109 6
                                    

”Jika... Dia memang bisa untukku sini.... Dekat dan dekatlah.”

Aezar Almeer

Aezar tengah duduk di kursi panjang yang di sediakan di warung tempat biasa ia nongkrong jika jam istirahat sekolah.

Bukan hanya dari sekolahnya saja, tetapi dari sekolah lain pun banyak yang menghabiskan waktu istirahat di warung itu.

Aezar tidak sendiri, ia bersama ketiga sahabatnya.

Ryan, laki-laki itu tengah asik memakan bakwan dengan cabai, sedangkan Jordy dan Jeno mereka berdua sibuk mabar game online.

Aezar pula sibuk menyesap rokok yang baru ia beli.

”Temen babu lo itu siapa namanya Ae, lo kenal gak?” ujar Ryan.

Aezar mendengus tak suka saat Ryan menyebut Samara dengan sebutan babu, entahlah ia rasa hanya dirinya saja yang boleh memanggil itu sedangkan orang lain jangan.

”Dia punya nama, bukan babu.” ketus Aezar.

”Tapi lo sendiri panggil dia babu 'kan, kenapa gue gak boleh?” tanya Ryan heran.

”Ya Karena dia babu gue bukan babu lo, jadi lo pada cukup panggil dia dengan namanya. Awas aja kalau sampai gue denger lo panggil dia babu, abis lo!” ujar Aezar dengan datar.

”Yaelah, iya dah.” timpal Jeno dengan pandangan yang masih asik memandangi layar handphone.

”Jadi, itu yang sering bareng Samara siapa Lo tahu namanya?” tanya Ryan.

”Gue gak kenal.” jawab Aezar datar.

”Iya Aezar 'kan cuma kenal Samara doang ygy!” seru Jordy.

Aezar dengan cepat menyumpel mulut Jordy dengan tahu.

”Bang gue bungkusin gorengan dong tiga ribu. Mau gue cemil di kelas nanti.” seru Jeno seraya menyodorkan uang lima ribu.

”Siap!” balas pemilik warung seraya mengambil plastik.

”Oh iya bang, itu renyekan gorengan banyak banget di jual gak?” tanya Jeno, sedangkan yang berada di warung hanya mendengarkan.

”Engga itu gratis.” jawab penjualnya.

”Oh yaudah kalau gitu gorengan gue itu renyekin semua biar gratis.” ucap Jeno membuat penjual tersenyum masam.

”Bego! Bukan gitu konsepnya.” sahut Ryan menempeleng kepala Jeno.

Aezar Almeer

Aezar berjalan santai hendak mencari Samara, karena sejak pagi ia belum bertemu dan berbicara dengan Samara. Entahlah Aezar merasa tidak afdhol jika belum bertemu dan berbicara dengan Samara. Dasar aneh!

Kata sahabatnya Samara, perempuan itu tengah pergi ke taman dekat dengan lapangan.

Maka dari itu Aezar berniat menghampiri Samara.

Selama perjalanan tak sedikit siswi yang menyapa atau melayangkan tatapan genit yang membuat Aezar bergedik ngeri.

Hingga ia kini sudah tiba di taman, dan benar saja Samara tengah duduk dekat dengan pohon sambil membaca yang Aezar ketahui sebuah novel.

Aezar AlmeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang