empat belas

980 71 5
                                    

"Sedikit aneh tapi nyata, kalau gue sebenarnya telpon lo gini itu karena ingin dengar suara lo."

Aezar Almeer

Aezar dan para sahabatnya tengah berkumpul di apartemen laki-laki itu, seperti yang ia bilang pada Samara bahwa sahabatnya akan menginap di sini.

"Gue gak yakin, kalo ni apartemen lo yang bersihkan?" tanya Jeno menyelidik.

"Emang bukan gue, Samara yang bersihin." balas santai Aezar dengan pandangan yang masih terfokus pada layar handphone tanpa berniat menoleh ke arah Jeno.

"Gila! Hoki banget ya jadi lo bisa kenal cewek kayak Samara. Zarr, kalo masa kontrak Samara jadi babu lo udah selesai, Samara boleh kan gue gebet?" tanya Jordy tersenyum jahil.

"Sini lawan gue dulu." ucap Aezar dingin. Enak saja Jordy ingin mengambil Samara-Nya, tentu saja tidak bisa. Samara adalah miliknya, kepunyaannya dan itu mutlak.

"E-eh ampun suhu." ujar Jordy meringis pelan.

"Lo pada kalo makan kacang, kulitnya di buang di tempat sampah njing! Hargai cewek gue yang udah capek capek bersihkan." sentak Aezar dengan sadar atau tidak, menyebut Samara sebagai'ceweknya'.

"Cewek gue gak tuh!!" teriak Ryan yang sejak tadi diam.

"Pfttt..."

"Kenapa lo pada? Asal lo semua tahu ya, Samara bakal jadi cewek gue, tunggu aja." ucap Aezar kesal.

"Gak yakin sih gue kalo Samara mau sama lo, secara kan lo selama ini manfaatkan dia, lo buat dia capek karena tugas dari lo." ujar Jeno diangguki yang lain.

"Gak peduli. Kalau dia gak suka sama gue, ya akan gue buat dia suka." balas Aezar santai.

"Dan kalau gak berhasil? Karena ternyata dia terpikat sama Arga gimana?" tanya Jeno lebih mendesak.

Aezar diam, perasaan gelisah secepat kilat menerpa hati dan pikirannya. Jika yang di katakan Jeno barusan adalah kenyataan, Aezar tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tetapi sebelum itu, Aezar akan memastikan bahwa Samara hanya akan jatuh cinta padanya.

Aezar enggan menjawab ucapan Jeno, sebab menurutnya itu tak penting.

Aezar mencoba untuk menghubungi Samara, entah kenapa ingin mendengar suara perempuan lugu itu.

"Halo?" ucap Aezar gugup.

"Iya, ada apa?" tanya Samara

"Gak papa sih, udah tidur?" tanya Aezar lagi, ia merasa canggung saat ini.

"Belum, habis minum kopi soalnya jadi sulit deh mau tidur." balas Samara.

"Suka kopi?" tanya Aezar. Entahlah, ia sendiri juga bingung kenapa memberi pertanyaan random seperti ini jika hanya ingin mendengar suara Samara.

"Suka, kenapa?"

"Bagus, kapan kapan kita ngopi bareng sambil menceritakan kegiatan yang lo lakukan." ujar Aezar tiba tiba.

"Boleh." balas Samara di sambungan telpon sambil tersenyum.

"Mau bilang, tapi lo jangan geer dulu." ucap Aezar dengan gengsi sedikit.

Aezar AlmeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang