lima

1.3K 121 3
                                    

"Takut, gue benci hujan Sky dan gue gak suka petir."

Aezar Almeer



Hujan deras mulai turun membasahi ibu kota pada malam hari. Seorang remaja laki-laki tengah meringkuk dia atas kasur dengan menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut, raut wajahnya terlihat sekali kecemasan disana.

Dia tengah berada di apartemen pribadinya, karena di rumah yang besar itu tidak ada penghuni selain asisten rumah tangga. Kedua orang tuanya tengah melakukan perjalanan bisnis.

Hal seperti ini yang Aezar benci, hujan yang begitu deras dan ia hanya seorang diri.

Dan hal ini juga yang membuatnya kadang melarang keras sang bunda untuk pergi bersama ayahnya, jika hujan seperti ini bundanya akan memeluknya dan menenangkannya.

Aezar bingung, beberapakali dia memaki dirinya sendiri karena terlalu lemah dengan hujan.

Hingga nama seseorang terlintas begitu saja di pikirannya.

Lalu dengan buru-buru ia mengutak-atik ponselnya untuk menghubungi orang itu.

"Halo?"

"Sky cepat lo ke apartment gue." Aezar berucap dengan nada rendah.

"Ha?!" disana Samara melotot tak percaya, Aezar tidak salah kan menyuruhnya untuk ke apartemen laki-laki itu saat hujan deras seperti ini? Dan apa tadi Sky, cih! Apa apaan laki-laki itu memanggil nama tengahnya--- Samara menggerutu tak jelas.

Ponselnya kembali berbunyi, ternyata share lock dari Aezar.

Mau menolak tapi ia tak berani, lagi pula dari suara Aezar barusan Samara bisa menyimpulkan bahwa laki-laki itu sedang tidak baik baik saja.

Samara hanya memakai piyama di lapisi sweater, ia mengambil dompetnya di atas nakas.

Samara keluar dari kamar, berjalan menghampiri supir yang biasa bertugas mengantar.

"Mau kemana nak?!" seru Arsen yang sedang duduk sambil menyeruput secangkir kopi.

"Emm a-anu pah, m-mau ke rumah Zahwa. Iya ke rumah Zahwa!" ujar Samara terkejut melihat papanya.

"Mau ngapain? Kamu gak lihat di luar hujan?" tanya Arsen dengan menatap Samara penuh selidik.

"Tahu kok, cuma ini tuh genting banget pah mengenai tugas yang harus di kumpulkan besok." balas Samara.

"Benar? Kamu lagi gak bohongi papa 'kan?" tanya Arsen lagi yang masih tak percaya.

"Iya kok Pah beneran." jawab Samara cepat sambil mengangguk.

"Yasudah."

"Makasih papa! Oh iya kalo sampai nanti aku belum pulang, berarti aku nginap di rumah Zahwa ya pap. Maafin Samara ya allah, Samara udah bohong. " Samara mengucapkan kalimat terkahir dalam hati.

"Iya, hati hati!"

Aezar Almeer


Samara akhirnya tiba di gedung apartemen milik Aezar. Perempuan itu dengan segera memasuki lift menuju lantai tempat Aezar.

Aezar AlmeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang