delapan belas

560 51 7
                                    

HAI SORRY YA BARU BISA UPDATE DARI SEKIAN LAMA HEHEHE.

ENTAH KENAPA FEEL UNTUK CERITA AEZAR INI BENAR BENAR HATI-HATI BANGET AKU BIKINNYA💐

AGAR PEMBACA GA KECEWA, SEMOGA YA HEHEHE

JADI MOHON DI MAKLUMI KALAU LAMA BANGET UPDATENYA🌷
SOALNYA AKU JUGA LAGI REVISI ARDOLPH UNTUK VERSI CETAK HWHWHW💌

JANGAN LUPA YA VOTE DAN KOMEN BANYAK-BANYAK!!!!
__________________________

Saat ini, Samara adalah hal yang paling Aezar sukai dan senangi

Aezar Almeer



Entah kenapa, Samara merasa Aezar seperti berbeda dari biasanya. Laki-laki itu terkesan acuh dan dingin tidak seperti biasanya. Bahkan sejak pagi sampai jam istirahat sekolah Aezar sama sekali tidak menyapa atau memanggilnya, aneh. Bahkan di kantin seperti ini Aezar seperti orang yang tidak kenal dengannya, ada apa dengan Aezar?

Harusnya Samara merasa senang karena Aezar tidak mengganggunya, tapi apa ini? Lihatlah, gadis itu bahkan merasa galau.

Hingga pesanan yang di pesan Zahwa datang pun Samara masih enggan untuk menyentuhnya.

Zahwa yang menyadari ada yang tidak beres dengan tingkah sahabat lemotnya. "Woe, lo kenapa?" tanya Zahwa heran seraya melambaikan tangannya di depan wajah Samara.

"Aezar tingkahnya aneh hari ini, apa aku ada buat kesalahan ya?"

Zahwa mengernyit, bukannya hal bagus ya jika Aezar tidak lagi menyuruh Samara teru menerus. Tapi ini, kenapa justru Samara yang bertingkah seolah tidak rela.
"Lo aneh anjir, bukannya senang Aezar ga maksa lo buat kerja ini itu. Udahlah ga usah dipikirin, nikmati kebebasan lo hari ini tanpa campur tangan Aezar." nasehat Zahwa.

Samara diam, memang ada benarnya juga ucapan Zahwa. Tapi bagaimana, fokusnya terpecah saat melihat Aezar lagi-lagi membuang muka saat ia tatap. Perasaan-perasaan aneh ini membuat Samara menjadi gundah gulana, ia bertanya-tanya apa kesalahannya hingga membuat Aezar seperti itu? Apa mungkin karena ia pergi dengan Arga kemarin? Ah sepertinya tidak mungkin. Pasalnya saat pergi dengan Arga, Aezar menyetujuinya. Tidak mungkin bukan jika Samara menghampiri Aezar, lalu bertanya? Runtuh sudah harga dirinya. Samara tidak mau. Biarkan saja seperti ini, untuk perasaannya Samara yakin ini hanya sesaat nanti atau esok juga akan biasa saja.


Aezar Almeer


Aezar masih saja menatap Samara dari kejauhan, gadis itu tengah menunggu jemputan di halte. Ingin rasanya menghampiri lalu mengantarkannya untuk pulang. Sudah hampir sepi sekolah, Samara juga belum di jemput. Aezar akhirnya hendak menyalakan mesin motornya lalu menghampiri Samara berniat mengantarkan pulang, namun baru saja hendak menyebrang Samara ternyata sudah mendapat tumpangan dari Arga, lagi-lagi Aezar kalah.

Laki-laki itu hanya menghela napas gusar, menyesakkan sekali melihat orang yang kita sukai justru terlihat lebih senang dengan orang lain bahkan hingga tertawa.

Apa ia jujur saja soal perasaannya? Tidak, tidak, Aezar tidak mau. Kalau di tolak bagaimana? Kan malu.

Sudahlah dari pada berlarut-larut dalam ke galauan yang tidak pasti, Aezar sebaiknya pulang saja.

Di dalam perjalanan pulang pun Aezar hanya tersenyum miris, jadi gini rasanya melihat orang yang kita sukai justru ramah dengan orang lain ke timbang dengan kita. Jika resiko jatuh cinta semenyakitkan ini, Aezar tidak mau.Sangat merepotkan sekali rasanya.

"Bangsat! Lo berhasil buat gue kayak orang bego Sky." gumam Aezar menggeleng miris.

Tujuannya saat ini bukan langsung pulang, Aezar akan singgah ke toko alat lukis. Sudah lama sekali ia tidak kesana dan sudah lama sekali Aezar tidak menyentuh kanvas serta kuas. Rasanya ia rindu dengan benda itu, terpikir mungkin perasaan yang ia rasakan akan ia tuangkan dalam lukisan.

Sedikit cerita, bahwa Aezar inu memiliki hobi melukis. Tak jarang ia melukis apa yang ia rasa.


Aezar Almeer


"Arga makasih ya udah antar aku pulang, maaf ngerepotin." ucap Samara sambil menyodorkan helm milik Arga.

Arga tersenyum manis memperlihatkan lesung pipinya.
"Iya sama-sama, btw gue senang kok di repotin sama lo. Terus terus ya repotin gue, hehehe." balas Arga.

Samara terkekeh mendengarnya, menurutnya jawaban Arga sangat lucu. Mana ada orang yabg mau di repotin terus menerus, Arga ada-ada saja.
"Kamu ini, di repotin kok malah senang. Biasanya orang kalau di repotin tuh malah ga suka." ujar Samara.

"Khusus buat lo, gue mau di repotin sama lo dan gue harap lo mau melibatkan gue dalam hal senang, bahagia, dan sedih Samara." tutur Arga.

Samara mematung, ia mendadak canggung, bingung hendak menjawab apa.

"Ga usah di pikirin, masuk gih. Gue pulang dulu, kalau besok lo butuh gue, bilang aja." ujar Arga.

"Iya hati-hati, makasih ya sekali lagi." ucap Samara.

Arga mengangguk lantas menyalakan motornya dan pergi meninggalkan kediaman Samara.

Samara lantas masuk kedalam rumahnya, sat melewati ruang tamu Samara melihat mamanya sedang duduk menonton televisi.

"Assalamualaikum mah." seru Samara seraya mengecup pipi sang mama.

"Waalaikumsalam, di antar siapa hayo?" ujar sang mama langsung di lanjut introgasi.

"I-tu temen kok mah, abis tadi dia nawarin tumpangan yaudah deh aku ga nolak." jawab Samara dengan menyengir.

"Temen apa temen?" goda sang mama membuat Samara mengerucutkan bibirnya sebal.

"Teman mah." balas Samara.

"Iya deh percaya. Sana gih mandi, kamu udah bau asem." ucap mamanya membuat Samara seketika mencium seragamnya.

"Bercanda, sayang." ujar sang mama terkekeh.

"Ih mama, ga lucu." balas Samara.

"Makanya sana mandi."

"iya, iya." ujar Samara sambil berjalan menuju kamarnya.

"Inget jangan main ponsel, mandi dulu!" terik sang mama.


Aezar Almeer


Aezar saat ini tengah berada di ruang khusus tempatnya melukis, ruangan itu di buat sang ayah khusus untuknya sejak kecil.

di ruangan itu dinding di penuhi dengan lukisan karya Aezar, tidak banyak yang tahu jika Aezar memiliki hobi melukis. Hanya beberapa orang yang ia izinkan untuk tahu.

Aezar ingat sekali pesan sang kakek saat saat dia masih berusia 7 tahun, katanya jika kita mencintai seseorang atau mengenang seseorang. Tuangkan rasa itu dalam lukisan, agar abadi dan akan selalu di ingat. Aezar percaya akan hal itu, bakat lukis yang Aezar milik turunan dari sang kakek yang merupakan seorang seniman pada masanya.

Tapi menjadi seniman bukanlah ke inginan Aezar, melukis hanyalah hobinya bukan cita-citanya.

Dengan telaten dan lues Aezar menggerakkan kuasnya, melukis apa yang ada dalam pikirannya.

Saat ini, Samara adalah hal yang Aezar sukai dan senangi.


Aezar AlmeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang